sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
Rabu, 09 Feb 2022 11:03 WIB

Ini tanggapan Menkominfo terkait metaverse dan media massa

Menkominfo Johnny G Plate baru saja membahas metaverse dan masa depan media massa di Indonesia pada era digital.

Ini tanggapan  Menkominfo terkait metaverse dan media massa

Metaverse hingga saat ini menjadi bahasan yang panas di seluruh dunia. Dalam berbagai kesempatan, cukup banyak perusahaan yang berbicara mengenai kepemilikan atau sedang mengembangkan metaverse milik mereka sendiri.

Pemerintah di berbagai negara pun sudah mulai mengatur kebijakan dan menanggapi terkait topik ini. Lantas, bagaimana dengan pemerintah Indonesia terkait tanggapan mereka perihal metaverse?

Ternyata, pemerintah Indonesia pun sudah memiliki pandangan mereka sendiri terkait dengan dunia digital tersebut, terutama di bidang media massa. Adalah Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate yang telah memberikan pandangan mengenai hal tersebut.

Johnny menjelaskan, perkembangan metaverse memungkinkan kemunculan model bisnis baru untuk industri media. Sebagai informasi, Menkominfo pada tahun 2003 menyatakan bahwa telah muncul platform second life, yakni komunitas virtual online yang memungkinkan pengguna membuat avatar dan berinteraksi di dunia virtual.

Dalam platform itu, menurutnya telah hadir The Second Life Environment, yaitu surat kabar online yang memungkinkan pemilik dan pembuat bisnis virtual untuk mengiklankan layanan atau produk mereka kepada konsumen di dalam platform second life.

“Hal ini dilakukan melalui pembelian tempat iklan yang dapat diubah menjadi artikel dan siaran pers, di mana pendapatan dan akan diperoleh melalui pembayaran yang dilakukan via papan iklan yang terdapat di sport virtual perusahaan dengan mata uang yang berlaku pada platform tersebut,” kata Johnny, seperti dikutip dari laman resmi Kominfo (9/2).

Selain itu, dia juga memaparkan bagaimana kondisi kondisi penggunaan media massa di Indonesia. Dia mengatakan, di 2021, mereka melihat lonjakan pengguna media berbasis seluler yang sangat signifikan.

“Konsumsi media cetak turun sekitar 50%, media televisi sekitar 24%, radio sekitar 19%. Di sisi yang lain, media berbasis desktop mengalami peningkatan konsumsi sebesar 20%, dan bahkan media berbasis seluler naik sebesar lebih dari 460%,” papar Johnny.

“Ini menurut catatan dari bandwith, record, and risky time tahun 2021,” tegasnya.

Dia juga memiliki pandangan soal sektor produksi, dimana sebanyak 75% eksekutif perusahaan global bidang komunikasi, jurnalisme, dan media massa menunjukkan adanya kebutuhan untuk berinovasi yang lebih tinggi dari sebelumnya.

“Sebagai salah satu industri yang paling terdampak akibat pandemi dan disrupsi teknologi digital, 86% dari para eksekutif tersebut percaya bahwa untuk bersaing di dunia yang serba digital dibutuhkan strategi bisnis yang memposisikan audiens serta pelanggan sebagai mitra kerja,” jelasnya.

Hal penting lain yang dia bahas adalah soal pertumbuhan arus data yang semakin besar. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan identifikasi, serta menyasar khlayak dengan lebih akurat. 

Bahkan, perkembangan kecerdasan buatan memudahkan perusahaan untuk membangun personalisasi produk, serta layanan bagi audiens yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

“Saat ini di Indonesia kita melakukan roll out dan deployment 5G untuk merespons munculnya beragam teknologi, serta media digital yang baru misalnya metaverse, cloud computing, yang akan semakin mendorong pergeseran produksi maupun konsumsi di bidang komunikasi jurnalisme dan media,” katanya.

Jonny juga menegaskan, pada tahun 2019 lalu tercatat layanan yang digunakan oleh setiap layanan 5G hanya berkisar sekitar 11,7 Gigabyte. Proyeksi pada tahun 2028 mendatang akan meningkat sampai dengan 725% atau sekitar 84,83 Gigabyte setiap bulan.

“Pada masa tersebut diprediksikan pula layanan informatif, inovatif dan kreatif yang berbentuk audio visual baik berupa video berkualitas tinggi, augmented reality, virtual reality, dan lainnya akan mendominasi 90% data berbasis teknologi 5G,” tandasnya.

Share
×
tekid
back to top