sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id samsung
Selasa, 29 Des 2020 10:04 WIB

Prediksi Kaspersky soal risiko digitalisasi pendidikan tahun depan

Kaspersky memberikan beberapa prediksi mengenai digitalisasi pendidikan, sekaligus mengenai potensi risiko terbesar yang dapat terjadi di sektor pendidikan di tahun mendatang.

Prediksi Kaspersky soal risiko digitalisasi pendidikan tahun depan
Source: Kaspersky

Pandemi Covid-19 membuat sistem pendidikan di seluruh dunia mengalami perubahan yang signifikan dimana pengajar dipaksa menguasai berbagai platform baru, seperti seperti Zoom, tanpa kehilangan kualitas pendidikan walaupun mengajar dari jarak jauh. Diperkirakan digitalisasi pendidikan ini juga akan terus berlanjut, dan bisa menjadi hal yang baik sekaligus buruk. 

Di satu sisi, terdapat berbagai kemungkinan dan platform baru, termasuk yang pada awalnya tidak ditujukan untuk pendidikan, termasuk akun TikTok. Pada awalnya, para pengajar tidak menggunakan platform ini dan lebih memilih YouTube. Namun pada 2020 TikTok telah menjadi platform populer untuk memproduksi konten pendidikan. 

Di sisi lain, banyak dari alat pendidikan digital baru ini tidak hanya meningkatkan pengalaman baru dalam pendidikan, tapi juga memperkenalkan ancaman baru. Kaspersky telah mengungkapkan beberapa prediksinya mengenai potensi risiko terbesar yang dapat terjadi di sektor pendidikan di tahun mendatang. 

Pertama adalah Pengembangan Sistem Manajemen Pembelajaran (Learning Management System) Pendidikan. Ini memungkinkan pengajar untuk melacak proses pembelajaran siswa, menunjukkan perkembangan mereka dan aspek yang membutuhkan perhatian dari pengajar. Meskipun sudah ada beberapa sistem terkenal seperti Google Clasroom, tapi pasar untuk sistem LMS terlihat masih akan terus berkembang. 

Seiring dengan bertambahnya jumlah dan popularitas LMS, jumlah situs phishing yang terkait dengan layanan pendidikan dan konferensi video juga akan bertambah. Tujuan utama mereka adalah mencuri data pribadi atau menyebarkan spam di komunitas pendidikan. Pada pertengahan 2020 saja, sebanyak 168.550 pengguna unik menghadapi berbagai ancaman yang didistribusikan dengan kedok platform pembelajaran online/aplikasi konferensi video populer - peningkatan 20,455% jika dibandingkan dengan 2019. 

Selain itu, sistem LMS juga membuka potensi untuk hal baru tidak terduga lainnya, seperti ancaman Zoombombing. Apalagi jika sekolah terus melakukan pembelajaran jarak jauh, sistem ini akan terus menjadi vektor serangan yang populer.

Kedua, terdapat perhatian lebih banyak pada layanan video, seperti YouTube, Netflix, dan lainnya. Pasalnya akan terdapat lebih banyak kreasi konten video pendidikan sebagai produk jadi dan digunakan sebagian oleh guru di kelas. Faktanya, sekitar 60% guru sudah menggunakan YouTube di kelas. 

Meskipun video dapat menjadi alat pendidikan yang ampuh, ada juga banyak konten yang tidak sesuai usia yang dapat ditemukan di layanan video populer, dan pembuat konten tersebut dapat menggunakan topik pendidikan sebagai kedok. Ini bukan ancaman baru, tetapi dengan pertumbuhan digitalisasi, relevansinya dapat semakin berkembang.

Ketiga adalah penggunaan platform media sosial dalam proses pendidikan. Media sosial diperkirakan dapat menjadi cara yang bagus untuk mendorong keterlibatan siswa selama dan setelah kelas, dan berfungsi sebagai cara bagi guru untuk terhubung dengan siswa. 

Namun terdapat pula beberapa ancaman terkait regulasi konten. Saat ini, pengajar atau administrator layanan harus mengatur konten di LMS dan aplikasi konferensi video secara manual. Memoderasi konten di platform media sosial atau obrolan grup online adalah hal yang lebih besar, terutama di grup atau obrolan publik. Hal itu membuka jalan bagi konten yang tidak sesuai, komentar yang menyinggung, dan cyberbullying

Terdapat pula kekhawatiran lainnya yaitu privasi. Aplikasi atau layanan yang tidak dikonfigurasi dengan benar adalah cara populer untuk mengeksploitasi data pribadi, bahkan tanpa alat dan kerentanan khusus. Dalam kasus terkait, siswa dan tenaga pengajar dapat menjadi korban serangan semacam itu.

Keempat adalah gamifikasi proses pendidikan. Hampir semua orang di sekolah sudah mengetahui tentang belajar dengan Minecraft. Namun selain dari gim ini, terdapat banyak layanan yang memungkinkan untuk kegiatan belajar sambil bermain, termasuk While True: Learn, Classcraft, Roblox, dan lainnya. Namun, segera setelah memasukkan gim ke dalam kelas, itu akan berpotensi membuka risiko yang sama dengan yang para siswa hadapi saat bermain gim dari rumah, seperti penipuan dan penindasan dari orang tidak dikenal, file berbahaya yang disamarkan sebagai pembaruan atau add-on game, dan lainnya. 

Faktanya, kekhawatiran terbesar dan terdekat saat ini adalah mengenai privasi. Mengelola privasi di layanan apa pun membutuhkan klarifikasi dari pengguna, tetapi banyak pengguna (terutama anak-anak yang lebih muda) tidak tahu cara mengontrol setelan privasi dengan tepat. Selain itu, akan ada banyak layanan yang menyediakan alat untuk mengatur proses pendidikan secara online, dan para pengajar kemungkinan besar akan menggunakan lebih dari satu. Akibatnya, untuk setiap alat dalam setiap kasus para pengajar perlu memberikan perhatian khusus tidak hanya untuk melindungi informasi pribadi mereka sendiri, tetapi juga data siswa mereka.

Share
×
tekid
back to top