sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
Senin, 08 Apr 2019 23:06 WIB

Review Huawei P30: bukan hape tanggung

Setelah beberapa waktu lalu saya mengulas P30 Pro, kini saatnya saya mengulas Huawei P30 atau bisa dibilang sang adik P30 Pro. Kamera yang diusungnya juga masih bekerja sama dengan Leica.

Review Huawei P30: bukan hape tanggung

3 kamera cukup

Huawei masih bekerja sama dengan Leica untuk kamera belakang P30. Ada tiga kamera belakang pada P30: satu beresolusi 40 MP f/1.8 untuk memotret sudut pandang lebar, satu beresolusi 16 MP f/2.2 untuk memotret sudut pandang super lebar, dan satu lagi beresolusi 8 MP f/2.4 untuk memotret subjek di kejauhan hingga 3x pembesaran. Fitur Optical Image Stabilization (OIS) hanya terdapat spada lensa telefoso. Keputusan menggunakan OIS pada lensa zoom cukup tepat lantaran getaran tangan seakan lebih terasa ketika memotret subjek jauh.

Jika disetarakan dengan kamera berformat 35mm, focal length untuk lensa lebar P30 adalah 27mm. Sedangkan untuk lensa super lebar dan lensa telefoto masing-masing memegang focal length 17mm dan 80mm.

Performa yang dihasilkan lensa telefoto cukup baik karena saya tidak melihat adanya distorsi. Ini berkat lensanya bertipe aspherical (ASPH).

Ketika memotret menggunakan lensa telefoto, saya sangat tertolong oleh fitur OIS-nya. Sebelum menekan tombol shutter, saya sudah sangat merasakan keandalan fitur OIS ini. Dengan demikian, hasil foto lensa zoom 3x tidak menampilkan gangguan blur akibat getaran tangan.

Hasil zoom optik 3x:

Detil yang dihasilkan oleh lensa telefoto sangat baik. Kebetulan saya memotret di tenagh taman dengan pohon-pohon yang rindang. Meski tidak terlalu tajam, detil yang dihadirkan memiliki tingkat tekstur yang sangat baik. Daun-daun yang ada di kejauhan juga tetap terlihat dengan bagus. Tingkat exposure terlihat cukup rapi, tidak ada bagian yang terlalu terang. Bagian bawah pohon tetap terlihat, tidak mengalami gangguan under-exposure.

Ketika saya memotret menggunakan zoom digital 5x, hasil yang ditampilkan tetap tanpa cacat. Daun-daun yang rindang menampilkan tekstur yang rapih seperti saat saya memotret menggunakan 3x zoom. Exposure yang dihadirkan tetap tampil merata. Zoom digital yang mampu dihadirkannya hingga 30x. Pada tingkat zoom ini, P30 sudah tidak dapat menghadirkan detil warna yang akurat serta banyak terjadi penurunan detil. Selain itu, OIS yang dimiliki lensa telefoto tidak mampu menstabilkan guncangan tangan.

Hasil foto zoom 5x:

Saya lebih sering memotret menggunakan lensa lebar. Lensa ini berpadu dengan sensor beresolusi 40 MP serta aperture f/1.8. Seperti P30 Pro, Huawei menghadirkan beragam macam mode pada P30: Aperture, Night, Portrait, Photo, Video, Pro, dan More. Mode ‘More’ akan menampilkan beberapa fitur pemotretan lain seperti Slow-mo, Monochrome, AR lens, HDR, dan lain-lain.

Mode Aperture menawarkan bukaan lensa dari angka f/0.95 hingga f/4. Ketika saya menyetel aperture f/0.95 untuk memotret benda berukuran kecil (kamera mirrorless), efek bokeh yang ditawarkan memang bagus tetapi pinggiran subjek terlihat kurang alami, terutama pada bagian hood lensa. Meski demikian, detil tekstur yang dihadirkan tetap tajam. Saat Saya beralih ke aperture f/2.8, efek bokeh yang dihasilkannya sangat alami tanpa mengganggu pinggiran subjek.

Hasil aperture f/0.95:

 

Hasil aperture f/2.8:

Lain cerita ketika saya memotret subjek berukuran lebih besar (orang), penggunaan aperture f/0.95 terlihat alami. Setiap rambut teman saya terlihat cukup baik, tidak terganggu oleh efek blur. Aperture f/2.8 memberikan efek blur yang mulus, kamera tidak secara cermat memilah subjek utama dan mana latar belakang.

Hasil aperture f/0.95:

 

Hasil aperture f/2.8:

Baik lensa lebar dan lensa super lebar tidak dilengkapi dengan fitur OIS, tetapi gambar tidak terganggu oleh blur akibat goyangan tangan. Ini berkat dukungan AI Image Stabilization (AIS) eksklusif dari Huawei. Meski tidak setara OIS pada lensa telefoto, AIS cukup membantu mengurangi gangguan blur. Pada dasarnya AIS merupakan Electronis Image Stabilization (EIS), namun memiliki performa lebih mutakhir karena berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Berbicara seputar AI, P30 juga dilengkapi dengan fitur Master AI agar dapat mendeteksi apa yang akan saya potret. Fitur ini cukup akurat. Contoh, ketika saya memotret situasi di taman dengan pepohonan rindang dan banyak rumput, smartphone P30 akan langsung mengalihkan mode pemotretan “Greenery” agar warna hijau yang ditampilkan lebih hidup namun tetap menjaga detil setiap rumput dan daun.

Ketika saya memotret air mancur, Master AI pada P30 akan mengubah skema pemotretan menjadi ‘Water Fall’ yang menambahkan warna biru pada air serta mengurangi kecepatan shutter speed agar pergerakan air lebih dramatis pada hasil foto.

Kebetulan taman di tempat saya memotret juga ada kandang burung yang berukuran cukup besar. Ketika saya membidik kandang burung tersebut, kamera langsung mengubah mode menjadi ‘Historical Buildings’ sehingga tekstur kayu akan lebih terlihat serta warna coklat meningkat. Menurut saya, pendeteksian kandang burung menjadi ‘Historical Buildings’ bukanlah sesuatu yang keliru mengingat kandang burung yang saya potret menyerupai rumah klasik.

 

Performa pemotretan monokrom cukup baik karena tekstur helai rambut tetap terlihat. Pembagian warna grey-scale dan hitam menjadikan tekstur pada subjek tetap terjaga, meski tidak terlalu istimewa. Pada pilihan Aperture dan Portrait, efek bokeh yang ditampilkan tidak terlalu baik. Batang pohon yang ada di belakang subjek terlihat seolah-olah hampir setara dengan subjek. Pinggir kepala subjek yang saya foto juga terlihat kurang alami. Tetapi secara keseluruhan, hasil foto B/W P30 keren.

Fotografi pada minim cahaya juga menampilkan hasil yang ciamik. Selepas senja saya jalan-jalan ke stasiun MRT. Ketika saya memotret beberapa kereta yang sedang diam dari atas stasiun, hasil yang dihadirkan menyajikan exposure secara merata, dari bagian yang terkena sinar matahari hingga bagian yang minim sinar matahari.

Hasil foto monokrom mode standar:

 

Hasil foto monokrom mode Aperture (f/2.8):

 

Hasil foto monokrom mode Portrait:

 

Hasil foto saat senja:

Ketika malam hari sudah tiba, saya menggunakan mode Night untuk memotret di bilangan Bundaran HI. Gangguan ISO dapat ditangani dengan baik. Saya tidak melihat gangguan grain di bagian langit atau di area gelap lainnya. Lampu-lampu gedung terlihat jelas tanpa ‘saling menyatu’ dengan yang lainnya. Tetapi lampu-lampu jalan terlihat agak bleber. Meski demikian tidak terlalu menganggu.

Foto malam hari:

Performa video dapat ditampilkan secara aman ketika saya merekam sambil berjalan. Stabilisasi gambar yang ditawarkan cukup baik, tidak terjadi hasil yang terlalu goyang. Tetapi stabilisasi gambar tidak mampu mengadirkan gerakan video yang terjaga ketika saya berlari.

Hasil warna video lumayan bagus dengan struktur daun yang cukup terlihat secara mendetil. Meski tidak sebagus ketika saya memotret, penataan exposure terbilang baik. Saya juga sempat merekam pada malam hari yang diterangi oleh lampu-lampu jalan sambil diboncengi oleh teman. Kestabilan hasil video cukup baik, namun masih menunjukan beberapa getaran. Detil yang dihadirkan terbilang lumayan, meski daun-daun pada pepohonan tidak menampilkan tekstur yang alami.

Beralih kamera depan, Huawei melengkapinya dengan sensor beresolusi 32 MP dengan aperture f/2.0. Seperti kamera belakang, kamera depannya mengantungi mode HDR agar wajah tetap terlihat meski membelakangi cahaya. Mode ini juga memungkinkan bagian layar belakang (background) tidak terganggu oleh gejala over-exposure.

Kamera depan mampu menyajikan warna kulit yang alami dengan mempertahankan tekstur. Helai rambut terpotret dengan rapih. Tetapi daun-daun yang di belakang subjek tidak setajam ketika memotret menggunakan kamera belakang.

Untuk seru-seruan, P30 memiliki beberapa mode pemotretan agar dapat mengubah background. Di antaranya adalah Foldings Blind dan Stage Lightings. Secara keseluruhan, kedua mode dapat mendeteksi antara wajah dan baju subjek. Namun bagian rambut di pinggiran kepala tampak tidak alami.

Huawei tidak bekerja sama dengan Leica untuk kamera depan. Tetapi dapat saya katakan kamera depannya cukup untuk mengambil wajah agar menjadi lebih kece dengan bantuan mode Beauty sehingga dapat mengubah warna kulit dan mengubah bentuk anatomi dagu.

Hasil kamera depan standar:

 

Hasil kamera depan mode Foldings Blind:

 

Hasil kamera depan mode Stage Lightings:

    Share
    ×
    tekid
    back to top