sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id samsung
Selasa, 27 Jul 2021 16:30 WIB

Foto telanjang palsu selebgram Indonesia tersebar akibat deepfake

Deepfake yang berkembang dengan pesat, kini banyak disalahgunakan. Terbaru, seorang selebram Indonesia mengaku mendapati foto telanjang palsu yang mirip dengannya.

Foto telanjang palsu selebgram Indonesia tersebar akibat deepfake
Credit: Unsplash

Serangan Deepfake di era digital kian meraja lela. Dengan keterbukaan akses terhadap persebaran foto, video, dan audio yang ada di media sosial, seseorang dapat dengan mudah untuk melakukan Deepfake atau merekayasa suatu foto, video, maupun audio agar tampak seperti asli. Praktik rekayasa ini dilakukan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI). Terbaru, kabar mengenai serangan Deepfake juga menimpa seorang selebgram asal Indonesia, Titan Tyra.

Melalui posting-an di akun Instagramnya, ia mengeluhkan telah terdampak serangan Deepfake. Titan mengatakan, beberapa waktu ke belakang telah menemukan beberapa foto telanjang palsu yang menampilkan wajahnya. Foto telanjang palsu itu kedapatan tersebar di Twitter dan berbagai platform media sosial lain. Titan menegaskan foto telanjang palsu itu bukan miliknya, melainkan hasil rekayasa seseorang. Dalam posting-annya, ia juga ingin meningkatkan perhatian publik terkait modus kejahatan baru di media sosial menggunakan Deepfake.

 

 

Terlepas selebgram tersebut yang mengaku terserang Deepfake, rekayasa foto, video, atau audio memang telah banyak digunakan oleh seseorang yang ingin mendapat keuntungan tertentu dari korban. Dilansir Indian Times (27/7), Deepfake telah menjadi kejahatan yang paling mengkhawatirkan atas perkembangan teknologi AI. Deepfake mampu memfasilitasi beberapa kejahatan, yang mencakup phising, pemerasan, dan pemalsuan informasi.

Merujuk pada perkembangan Deepfake, sebenarnya teknologi perekayasaan menggunakan AI ini telah banyak dimanfaatkan oleh beberapa industri film, contohnya seperti penggunaan CGI. Namun kian lama, sudah banyak orang yang menguasai Deepfake dan bisa memproduksi secara mandiri gambar Deepfake. Dengan perkembangan yang kian pesat, Deepfake akhirnya disalahgunakan untuk tindak kejahatan.

Hasil perekayasaan dari Deepfake ini sangat sempurna, hingga tidak bisa terlihat dengan mata telanjang. Tim peneliti dari University of Washington pernah melakukan eksperimen untuk membuat video Deepfake yang menggunakan pidato dari Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama. Video Deepfake ini sangat luar biasa, sangat tidak tampak apabila itu hasil rekayasa.

Tim peneliti ini menggunakan perangkat lunak AI untuk membuat video Deepfake. Sementara itu, mereka membutuhkan waktu yang lama untuk dapat mengomposisikan data kumpulan suara dan gestur dari Barack Obama agar bisa tersatukan menjadi video. Dengan perkembangan yang pesat ini, tentu kejahatan menggunakan Deepfake semakin mudah dilakukan. Di sisi lain, perusahaan pengembang platform media sosial, seperti Google, YouTube, Facebook, dan sebagainya, telah berkomitmen untuk melawan Deepfake.

Perusahaan tersebut telah menyiapkan beberapa perangkat lunak untuk mendeteksi Deepfake agar bisa meminimalisir penyebarannya di media sosial. Meski demikian, pengguna media sosial juga tetap harus memiliki kewaspadaan, dengan selalu melakukan verifikasi informasi terlebih dahulu. Selain itu, pengguna juga disarankan untuk tidak mudah menyebar foto sembarangan di media sosial. Pasalnya, tahun 2020 sempat viral, terdapat bot Deepfake di Telegram yang malah digunakan untuk memproduksi foto telanjang palsu.

Manfaat di balik risiko Deepfake

Kabar mengenai penyalagunaan Deepfake seperti di atas, bukan berarti teknologi perekayasaan melalui AI ini tidak memiliki manfaat. Menurut Ashish Jaiman, Director of Product Management Microsoft, sebenarnya terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan Deepfake. Ia mengelompokkan manfaat itu ke berbagai sektor antara lain sebagai berikut:

  • Pendidikan

Penggunaan Deepfake dapat membantu guru untuk menjelaskan pelajaran kepada murid dengan lebih menarik. Deepfake akan memungkinkan menyajikan ulang pengalaman dari tokoh-tokoh sejarah secara visual sehingga kegiatan belajar mengajar dapat lebih interaktif. Ini juga memungkinkan untuk membuat alat peraga yang dapat disimulasikan melalui Deepfake. 

  • Industri film 

Seperti dijelaskan di atas, sebenarnya teknologi Deepfake telah lama dimanfaatkan dalam industri film. Selama beberapa dekade, Hollywood telah menggunakan teknologi Deepfake kelas atas, seperti CGI, VFX, dan SFX untuk merekayasa visual agar film bisa lebih dramatis dan menarik. Tapi, melalui teknologi Deepfake yang ada saat ini, dapat memangkas biaya untuk bisa memproduksi visual seperti yang dilakukan Hollywood. Telah banyak yang memanfaatkan ini, sebagai contoh adalah konten YouTube milik Shamook, yang berhasil merekayasa beberapa tokoh dalam film menggunakan Deepfake. 

  • Industri Kesenian

Dalam bidang seni, Deepfake juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan artistik. Museum Dalí di St. Petersburg, Florida, membuat pameran bernama Dalí Lives. Jadi, seorang pelukis beraliran surealis yang terkenal, Dali, direkayasa jadi seolah hidup kembali menggunakan Deepfake agar pengunjung dapat berinteraksi dan berfoto selfie dengan tokoh itu. Demikian pula, laboratorium AI milik Samsung di Moskow juga menghidupkan Mona Lisa dengan menggunakan teknologi Deepfake.

  • Industri Gim

Deepfake juga telah banyak berguna untuk mengembangkan industri gim. Rekayasa grafik dan citra yang dihasilkan dari teknologi AI dapat mempercepat pengembangan gim. Selain grafik dan citra, Deepfake juga mampu merekayasa audio untuk menciptakan suara buatan. Melalui Deepfake, pengembang mampu membuat suara narator dalam gim bisa menggunakan bahasa yang beragam. Jadi, pengembang tidak memerlukan banyak narator. 

  • Forensik

Selain untuk pendidikan dan hiburan, Deepfake juga dapat membantu untuk mengatasi masalah keamanan. Kegiatan forensik selalu membutuhkan beberapa aktivitas yang harus bisa merekayasakan kejadian di suatu tempat. Dengan metode yang lama, hasil rekayasa kurang tervisualisasi dengan jelas. Dengan Deepfake, perekayasaan kejadian di suatu tempat dapat dengan mudah dilakukan. Deepfake mampu melakukan pekerjaan untuk merekonstruksi perkara dengan lebih detail.

Berdasarkan paparan di atas, menunjukkan jika Deepfake memang memiliki banyak manfaat, khususnya untuk membantu melakukan tugas di berbagai sektor melalui perekayasaan video, foto, dan audio. Jadi, tindak kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan Deepfake merupakan penyalahgunaan dari tujuan teknologi ini dibuat.  

Share
×
tekid
back to top