sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
Kamis, 15 Mar 2018 19:18 WIB

Evolusi kamera smartphone: dari adu megapiksel menuju adu pintar

Artificial Intelligence (AI) memberi nilai tambah dalam smartphone. Tak cuma meningkatkan daya visual, namun membawa kita ke era baru.

Evolusi kamera smartphone: dari adu megapiksel menuju adu pintar
Ilustrasi (Sumber: Pexels)

Apa kata yang tepat untuk menjabarkan revolusi kamera di industri ponsel pintar belakangan ini? Aneh, menakutkan, atau mungkin sublim. Mengapa kami mengatakan begitu? Pasalnya, kamera ponsel pintar, khususnya kamera ponsel pintar flagship keluaran merek papan atas, tidak lagi sekadar berfungsi mengambil gambar. Kamera zaman sekarang sudah punya “otak”.

Mesin kecerdasan buatan (AI) menjadi otak kamera ponsel pintar seperti, Google Pixel 2, iPhone X, Huawei Mate 10, Asus ZenFone 5, dan lain-lain. Pabrikan-pabrikan ponnsel pintar tersebut menggunakan AI untuk memberi nilai tambah kepada hardware kamera di ponsel pintar mereka.

Kamera bertenaga AI ini memiliki kemampuan otomatisasi, di mana kita tergantung pada kamera yang sudah terlatih mengenali ekspresi wajah manusia, tata cahaya, dan estetika fotografi. Dengan begitu, inovasi fotografi paling mutakhir saat ini tidak lagi bergantung pada hardware kamera semata, namun juga algoritma software di dalamnya. Mesin kecerdasan buatan dan algoritma inilah yang membantu hasil pemotretan kita jadi lebih baik.

Beberapa tahun lalu, ponsel pintar menggunakan dua buah lensa dalam satu perangkat agara mampu ciptakan efek bokeh. Satu lensa bertugas untuk menciptakan efek pada latar belakang, sementara yang satu lagi fokus pada objek gambar. Inilah mekanisme menciptakan gambar bokeh pada ponsel pintar terdahulu.

Bukan tanpa alasan Google Pixel 2 hadir dengan kamera tunggal. Google ingin membuktikan bahwa dengan satu kamera saja, pekerjaan dua lensa kamera bisa dilakukan hanya dengan satu lensa. Tanpa AI di dalam ponsel pintar, kemampuan ini sulit dilakukan oleh ponsel pintar berkamera tunggal biasa.

Kabar yang menggembirakan bagi konsumen ponsel pintar, khususnya pengguna Android, algoritma AI ini akan mereka “anugerahkan” kepada kamera ponsel pintar Android lainnya. Xiaomi Mi A1 telah menerima pembaruan software kamera lewat sistem pembaruan over the air (OTA). Tujuannya agar lebih banyak lagi pengguna yang bisa menikmati fitur kamera bertenaga AI yang Google sebut sebagai Google Lens.

Mekanismenya, Google menanamkan algoritma kecerdasan buatannya di cloud, agar ponsel pintar tidak perlu memasang sensor atau chipset khusus di dalam ponsel pintar mereka. Cukup perbarui software, semua mata lensa ponsel pintar berbasis Android, bisa cerdas semua. Tujuannya kira-kira begitu.

Keterlibatan AI dalam Google Pixel 2 juga mendukung Rapid and Accurate Image Super Resolution (RAISR) yang melakukan pendekatan berbeda saat melakukan pembesaran (zooming) digital. Pendekatan ini melakukan pembelajaran pada foto asli untuk selanjutnya AI mengisi detil yang hilang.

Zoom digital memang sejak lama telah menjadi momok untuk kamera yang tidak memiliki kemampuan zoom optik lantaran proses pembesaran secara digital akan mengurangi kualitas gambar secara keseluruhan. Kemudian, ketika pengguna melakukan zoom, AI akan membandingkan ketajaman gambar awal dan membandingkannya dengan hasil zoom kemudian secara pintar mengisi bagian piksel yang hilang akibat mengalami perbesaran secara digital.

Vendor-vendor lain tidak mau kalah dan mulai menanamkan hardware kecerdasan buatan dalam ponsel pintar besutan mereka. iPhone X, misalnya, menggunakan sensor-sensor khusus untuk menciptakan fitur Face ID, guna membuat sistem pengamanan berbasis pengenalan wajah mereka berjalan optimal.

Chief Operating Officer Apple, Jeff Williams, dalam wawancaranya bersama Reuters mengatakan bahwa, iPhone X ini adalah platform utama mereka. Pada dasarnya, iPhone X memiliki sensor pendeteksi titik-titik tertentu saat kamera menembak wajah pengguna. AI dalam chip A11 di iPhone X mengolah datanya.

Selain untuk Face ID, Apple juga mengoptimalkan kemampuan AI ini pada Animoji. Animoji adalah adalah aplikasi Augmented Reality yang mengubah wajah pengguna menjadi emoticon berbasis animasi. Jadi, ketika pengguna merekam diri menggunakan kamera iPhone X, mereka bisa menjadi emoticon apa pun. Animoji ini pun bisa mereka kirim ke pengguna lain dalam platform aplikasi perpesanan. Sangat unik sekali.

Berbeda dengan pendekatan Google, Apple lebih percaya pada mesin kecerdasan buatan yang tertambat di dalam ponsel. Juni 2016, dan pada konferensi tahunan Apple WWDC 2017, mereka menegaskan isu bahwa hardware AI di dalam ponsel lebih aman dalam menjaga data privasi pengguna.

Apple tidak sendirian dalam menambatkan hardware AI di ponsel pintar mereka. Huawei juga memiliki Neural Processing Unit (NPU) di dalam Kirin 970. Merujuk laporan The Verge, sistem komputasi ini mampu mengenali gambar 20 kali lebih cepat daripada chipset pada umumnya.

Menggunakan NPU, smartphone Huawei Mate 10 Pro bertenaga Kirin 970 mampu mendeteksi 13 jenis skema dan objek berbeda. Kemudian, kamera secara otomatis mengatur warna, kontras, kecerahan, eksposur, dan post-processing untuk mereproduksi hasil foto berwarna lebih tajam dan cerah.

Yang perlu Anda ingat adalah pengaturan tersebut bukanlah efek dari penggunaan filter. Perubahan tersebut merupakan pengaturan secara otomatis yang dilakukan komputasi AI milik Huawei setelah mempelajari aneka macam hasil foto yang ditangkap mata lensa. Jika algoritmanya memerlukan fitur baru, Huawei menyediakan update secara OTA.

NPU memiliki beberapa pekerjaan yang harus dihadapi. Contohnya adalah pemrosesan fotografi sehingga Anda dapat menghasilkan foto minim blur. Chip berotak AI juga menghadirkan kemampuan mendeteksi elemen seperti, latar dan suasana hati demi memberikan hasil foto yang lebih dramatis.

Asus pun tidak mau ketinggalan. Pada ajang MWC 2018, mereka memperkenalkan Zenfone 5. Salah satu smartphone dari seri tersebut adalah Zenfone 5Z yang ditempatkan sebagai ponsel pintar flagship Asus. Sistem AI di dalam smartphone tersebut bertenaga prosesor Qualcomm Snapdragon 845. Adapun satu dari komponen utama dalam prosesor tersebut adalah Android Neural Networks API.

Saat pertama kali Qualcomm merilis Android Neural API, mereka memberi akses bagi pengembang aplikasi Android Oreo, untuk bisa langsung masuk ke platform Snapdragon langsung. Ini artinya, pengembang aplikasi Android bisa dengan mudah mengembangkan aplikasi yang optimal bagi teknologi kecerdasan buatan. Jadi, semua orang yang memiliki ide untuk mengembangkan software AI di dalam perangkat ponsel pintar, bisa langsung uji coba tanpa harus merogoh modal yang dalam.

Mengutip Intelligence Analysts Bloomberg, Anurag Rana dan tim, Artificial Intelligence ini tampaknya akan menjadi kekuatan disruptif dalam dekade mendatang. Perusahaan teknologi maupun bukan mau tidak mau harus menerimanya. Karena pada era AI ini nanti, teknologi akan memberi nilai yang kompetitif bagi perusahaan.

Dalam beberapa tahun ke depan, semua aplikasi software akan berfitur tambahan AI di dalamnya. Software fotografi pada ponsel pintar saat ini pun merupakan gerbang pembuka menuju era AI. Tidak lama lagi, software maupun aplikasi mobile biasa akan kesusahan melawan aplikasi bertenaga AI yang memiliki produktivitas dengan level yang sama sekali berbeda.

Masih adu Megapiksel? it's so yesterday, meminjam istilah anak zaman now.

Share
×
tekid
back to top