SpaceX kirim tambahan satelit Starlink ke Ukraina
SpaceX diinformasikan mengirim tambahan satelit Starlink ke Ukraina. Perusahaan tersebut melakukan pengiriman awal parabolanya pada tanggal 26 Februari.

SpaceX dikabarkan mengirim lebih banyak terminal Starlink ke Ukraina, menurut Presiden Volodymyr Zelensky. “Berbicara dengan Elon Musk. Saya berterima kasih kepadanya karena mendukung Ukraina dengan kata-kata dan perbuatan,” kata Zelensky di akun Twitter resminya pada Sabtu sore. “Minggu depan kami akan menerima batch lain dari sistem Starlink untuk kota-kota yang hancur.
Talked to @elonmusk. I’m grateful to him for supporting Ukraine with words and deeds. Next week we will receive another batch of Starlink systems for destroyed cities. Discussed possible space projects ????. But I’ll talk about this after the war.
— Володимир Зеленський (@ZelenskyyUa) March 5, 2022Baca Juga
Dilansir dari Engadget (7/3), SpaceX melakukan pengiriman awal parabolanya pada tanggal 26 Februari menyusul permintaan Twitter dari wakil perdana menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov. Pengiriman tiba pada 28 Februari. Beberapa hari kemudian, Elon Musk memperingatkan warga Ukraina untuk berhati-hati saat menggunakan layanan ini karena itu adalah satu-satunya penyedia internet non-Rusia yang tersisa di beberapa wilayah yang dilanda perang di negara itu.
Peringatan itu muncul setelah John Scott-Railton, seorang peneliti di Citizen Lab Universitas Toronto, menunjukkan bahwa Rusia memiliki pengalaman puluhan tahun dalam melakukan triangulasi dan menargetkan transmisi uplink satelit dengan serangan udara.
Invasi Rusia telah menguji infrastruktur internet Ukraina. Pertempuran sengit di kota-kota seperti Kiev dan Mariupol telah menyebabkan gangguan pada GigaTrans, penyedia internet yang menjadi tulang punggung negara itu.
Selama beberapa hari terakhir, organisasi pemantau internet NetBlocks mengamati beberapa penurunan konektivitas. Di antara yang terbaru dan berpotensi mengkhawatirkan adalah yang mempengaruhi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang membuat Badan Energi Atom Internasional mengatakan tidak bisa lagi mendapatkan informasi yang dapat diandalkan dari fasilitas tersebut.