sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
Senin, 30 Jan 2023 18:02 WIB

Teknologi ADAS dan masa depan mobil pintar

Keselamatan adalah nomor satu dalam berkendara. Selain sabuk pengaman dan airbag yang sudah sangat umum, sekarang sudah banyak mobil yang diproduksi dengan menyematkan fitur lebih mutakhir dan pintar demi memberikan keselamatan pada penggunanya.

Teknologi ADAS dan masa depan mobil pintar

Selama ratusan tahun, para produsen kendaraan di seluruh dunia terus memperbaiki fitur keselamatan di kendaraan ciptaan mereka. Bukan hanya untuk pengendara, namun fitur keselamatan untuk pengguna jalan lain juga terus dikembangkan.

Salah satu yang menjadi bahan perbincangan belakangan ini adalah fitur Advanced Driver Assistance Systems alias ADAS. Di beberapa kendaraan populer di Indonesia, kini fitur tersebut sudah mulai digunakan.

Ada beberapa level dari ADAS, dan yang paling banyak ditemukan di kendaraan yang dijual di Indonesia ada di level 1 atau 2. Kebanyakan, fitur ini mencakup line driving assistant dan beberapa fitur sederhana lain.

Tapi, di luar negeri, Tesla saat ini terus mengembangkan fitur ADAS ini untuk membuat kendaraan Full Service Driving (FSD). Secara singkat, mereka ingin membuat kendaraan agar dapat berjalan tanpa bantuan dari manusia sama sekali.

Selama belasan tahun terakhir ini, Tesla telah mengembangkan teknologi tersebut, namun berjalan dengan cukup lambat namun pasti. Pemimpin perusahaan tersebut, Elon Musk pun mengatakan mengembangkan teknologi ini bukan sebuah hal yang mudah untuk dilakukan.

“Saya pikir permasalahan terkait teknologi self-driving akan sangat sulit, bahkan lebih sulit dari apa yang saya pikirkan. Untuk membuat teknologi self-driving, kita harus mereplikasi cara manusia berkendara,” kata Musk dalam podcast di akun Lex Fridman.

“Manusia berkendara menggunakan sensorik seperti mata dan di jalan terdapat banyak jaringan (rambu-rambu dan lain). Jadi kita harus membuat ini secara digital, dengan menggunakan kamera dan membuat neural network yang canggih,” lanjut Musk.

Selain Tesla, saat ini sudah banyak perusahaan lain yang mengembangkan fitur serupa. Sebut saja Waymo, yang kini juga sudah mulai agresif. Di sisi lain, pesaing yang dikatakan paling dekat dengan Tesla adalah Comma.ai, yang dikepalai oleh George Hotz.

Jika kalian pengguna iPhone dan PlayStation, nama George bukan nama yang asing. Soalnya, dialah yang menemukan cara untuk melakukan jailbreak di perangkat iPhone dan berhasil membuat homebrew agar pemilik PS3 dapat memainkan gim PS2 melalui CD.

Berbeda dengan Tesla, Comma.ai memilih pendekatan yang berbasis sistem operasi Android. Tentu saja, ada berbagai pendekatan yang berbeda dalam hal pengembangan sistem ini di kedua perusahaan tersebut.

Untuk diketahui, Tesla membuat sistem FSD ini tertutup untuk perusahaan lain. Sedangkan di sisi lain, Comma.ai dapat digunakan di berbagai macam kendaraan, bahkan mereka mengklaim sistem mereka dapat digunakan di lebih dari 200 tipe kendaraan yang ada di pasaran saat ini.

Kedua perusahaan ini saling bersaing untuk dapat membuat sistem yang dapat mencapai level 5, yang sering disebut full autonomous car. Namun, George mengatakan mereka mungkin hanya terlambat 2 atau 3 tahun dari Tesla untuk meluncurkan sistem level 5.

Comma.ai sendiri memperlakukan self-driving sebagai machine learning problem, sedangkan Tesla lebih ke pembelajaran multi tasking, dimana mereka memecahkan tugas mengemudi sebagai ratusan bagian yang berbeda.

Mereka juga memiliki banyak neural network dengan kepala yang sangat banyak, dimana dapat dengan baik menyelesaikan berbagai macam tugas. Semuanya digabungkan sehingga dapat memberikan keputusan berkendara yang optimal.

“Saya pikir lebih mudah menggunakan pendekatan end-to-end untuk mencapai ADAS level 5. Saya pikir pendekatan perusahaan lain ‘dapat bekerja’, tapi tantangan teknik untuk mencapainya lebih besar dari apa yang dapat dilakukan manusia saat ini,” ujar George.

Saat ditanyakan mengenai teknik yang dilakukan oleh Tesla, yakni dengan memecah tugas dan menambang pengetahuan dari setiap tugas, George mengatakan bahwa selama dia mempelajari sejarah AI, teknik ini akan tergilas oleh pendekatan end-to-end.

“Tapi masalahnya pengetahuan dari tugas-tugas yang ditambang tidak dipelajari, ini merupakan feature engineering. Dan dari sejarah AI manapun, yang menggunakan pendekatan feature engineering, akan digantikan dengan teknik end-to-end,” papar George.

Namun, kedua perusahaan tersebut masih tidak memiliki jawaban pasti saat ditanya mengenai timeline terkait dengan peluncuran ADAS level 5. Kedua perusahaan tersebut belum secara tegas memberikan timeline, dan memilih fokus untuk mengembangkan teknologi yang ada saat ini.

Di sisi lain, mantan direktur AI Tesla, Andrej Karpathy, mengungkapkan mengapa Tesla dan Comma.ai mungkin belum memberikan timeline terkait dengan peluncuran ADAS level 5.

“Salah satu permasalahan utama mengenai timeline self-driving adalah saat ini belum ada yang telah menciptakan teknologi self-driving. Jadi ini tidak sama saat kita bertanya timeline untuk membuat sebuah jembatan, yang dimana telah dibuat ribuan kali. Saat ini belum ada yang membuat sistem kendaraan autonomous, jadi belum ada timeline pasti,” ujar Andrej.

Dan ketika berbicara mengenai perusahaan mana yang memimpin pengembangan sistem ADAS dan FSD bisa dibilang adalah Tesla. Saat ini, mereka sudah memiliki ratusan ribu kendaraan di jalanan.

Memang, ini bukan menjadi patokan yang baik untuk berbicara mengenai pengembangan teknologi tersebut. Namun, di sisi lain ini menjadi senjata untuk Tesla agar dapat mengembangkan teknologi tersebut.

Seperti yang sudah dibahas di beberapa paragraf sebelumnya, cara Tesla menyempurnakan teknologi ADAS mereka adalah dengan “menambang” informasi yang dibutuhkan AI untuk dapat mengendalikan kendaraan tanpa bantuan manusia. Oleh karena itu, semakin banyak kendaraan yang ada di jalanan, semakin cepat pengembangan teknologi tersebut.

Pada saat ini, Tesla telah menawarkan FSD generasi baru, yang dapat diakses melalui Beta program dimana menawarkan ADAS setara level 3. Beberapa YouTuber sudah melakukan uji coba dan membandingkan pengalaman FSD Tesla di 2020 dan di 2022.

 

Kanal YouTube bernama Dirty Tesla tersebut mengatakan bahwa Tesla saat ini sudah menyempurnakan lebih dalam sistem FSD tersebut. Dia merasa ada perubahan yang sangat jauh antara saat dia mencobanya pada 2020 dibandingkan pada 2022.

Meski sudah memiliki kemajuan yang pesat dalam pengembangan ADAS, namun bukan berarti pengembangan teknologi ini akan terus berjalan dengan mulus. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para pengembang.

Dirangkum dari berbagai sumber, ada beberapa hal yang menjadi kendala mengapa teknologi ini memiliki waktu pengembangan yang panjang. Yang pertama adalah sumber daya “sukarela” yang dapat membantu AI mengembangkan neural system yang lebih baik.

Tesla meminta bayaran sekitar USD15 ribu (Rp225 juta) atau biaya langganan sebesar USD199 (Rp3 juta) per bulan. Tentu saja, harga yang harus dibayar untuk mendapatkan layanan tersebut saat ini sangatlah mahal.

Selain itu, kekuatan computing juga menjadi masalah yang cukup besar. Pengadaan infrastruktur supercomputer untuk menjalankan AI untuk teknologi ini tak murah. Begitu juga perangkat yang harus dipasang di sebuah kendaraan, yang tentunya juga harus cukup bertenaga.

Comma.ai saat ini sudah menawarkan sistem FSD mereka ke pasaran, dengan harga mulai dari USD1499 (Rp22,5 juta). Namun kita masih belum tahu apa yang akan kita dapatkan dengan membayar uang sebanyak itu.

Dan terakhir adalah masalah etis, dimana masih banyak orang yang tidak percaya menyerahkan “nyawa” mereka kepada AI. Masih banyak orang yang ingin mengontrol secara penuh kendaraan yang mereka kendarai. Jika masalah ini masih belum dapat dipecahkan, maka rasanya pengembangan ADAS dan FSD masih akan cukup terhambat.

Tesla terdepan di bidang FSD

Tidak semua sistem ADAS diciptakan sama. Mereka memiliki nama dan fitur yang berbeda tergantung pada pabrikannya. “Autopilot” dan “Full Self-Driving” Tesla mungkin yang paling dikenal, tetapi jangan tertipu oleh namanya. Dalam semua sistem di jalan raya saat ini, pengemudi harus siap untuk mengambil alih dalam waktu singkat.

Pabrikan kendaraan listrik Tesla telah menawarkan Autopilot sebagai paket fitur pada kendaraannya sejak 2015, dengan sejumlah teknologi yang diperluas dan disempurnakan selama delapan tahun terakhir.

Perangkat lunak Autopilot memungkinkan fungsi mengemudi tertentu dijalankan oleh perangkat lunak Tesla sebagai pengganti pengemudi, meskipun situs web Tesla mengatakan bahwa fitur tersebut memerlukan pengawasan pengemudi aktif dan tidak membuat mobil menjadi otonom.

Tesla menawarkan tiga tingkat teknologi: Basic Autopilot, Enhanced Autopilot, dan Full Self-Driving Beta.

Basic Autopilot disertakan gratis dengan setiap pembelian model Tesla. Ini dapat melakukan fungsi seperti lane-keeping dan steering assist, pengereman darurat saat tabrakan dengan kendaraan lain atau pejalan kaki sudah dekat, dan adaptive cruise control. Ini dianggap sebagai sistem Level 2 oleh Society of Automotive Engineers (SAE).

Enhanced Autopilot, yang hanya tersedia di pasar Eropa dan Tiongkok, dibangun di atas Basic Autopilot dengan menambahkan kemampuan perubahan jalur otomatis, parkir otomatis, yang mengarahkan kendaraan ke tempat parkir dengan mengendalikan kecepatan mobil, pergantian gigi dan sudut kemudi, dan fitur Smart Summon yang dapat secara mandiri menggerakkan kendaraan keluar dari tempat parkir dan menemukan pemegang kunci di parkiran.

Teknologi “Full Self Driving” Tesla, terlepas dari peningkatan pengujian beta baru-baru ini, masih merupakan ADAS Level 2, dijual sebagai tambahan USD12.000 untuk harga model yang dipilih. Versi beta ini akan segera tersedia untuk model Tesla di Kanada.

Tujuan Tesla mengenalkan FSD

Pada akun Twitternya resminya tanggal 7 Januari 2023, Tesla menyatakan bahwa “keselamatan adalah tujuan desain utama untuk kendaraan kami”. Dengan melanjutkan, “Tesla Anda memantau sekeliling Anda, memberi tahu atau mengambil tindakan korektif jika Anda berisiko mengalami kecelakaan.”

 

Hal tersebut berarti bahwa ADAS hadir untuk tujuan keamanan. Tesla percaya bahwa teknologi dapat membantu meningkatkan keselamatan. Inilah sebabnya mobil Tesla dirancang untuk menjadi mobil teraman di dunia. Mereka mengklaim bahwa kombinasi unik dari keselamatan pasif, keselamatan aktif, dan ADAS sangat penting untuk menjaga tidak hanya keselamatan pengemudi dan penumpang Tesla, tetapi semua pengemudi di jalan.

Seperti Super Cruise pada Cadillac atau Drive Pilot pada Mercedes-Benz, Full Self Driving Tesla adalah ADAS yang dimaksudkan untuk melakukan beberapa tugas yang biasanya dilakukan oleh pengemudi. Di balik teknologi tersebut, terdapat sensor ultrasonik dan delapan kamera yang menurut Tesla memberikan visibilitas 360 derajat hingga 250 meter.

Sebagian besar pabrikan otomotif menggunakan kombinasi jenis sensor untuk teknologi ADAS mereka, bersama dengan banyak kamera. Namun tidak dengan Tesla. Tesla sangat mengandalkan Computer Vision ketimbang sensor Lidar.

Lidar adalah metode mengukur jarak dengan menembakkan laser dan mendeteksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kembali. Tujuannya mirip dengan radar tetapi alih-alih gelombang radio, Lidar menggunakan laser. Teknologi ini sangat akurat dalam mendeteksi objek bahkan hingga milimeter.

Sedangkan Computer Vision adalah bidang kecerdasan buatan (AI) yang melatih komputer untuk memahami dunia visual. Ini pada dasarnya adalah merekayasa balik visi manusia.

Alasan paling jelas bagi Tesla untuk mengambil pendekatan yang berbeda adalah biayanya. Biaya menempatkan satu perangkat Lidar di mobil sekitar USD10.000. Google dengan proyek Waymo-nya mampu sedikit mengurangi jumlahnya dengan memperkenalkan produksi massal. Namun, biayanya masih cukup signifikan.

Tesla sangat fokus pada biaya dan memastikan harga mobil terjangkau. Menambahkan Lidar pada mobil Tesla yang sudah mahal akan membuat harganya membengkak.

Sejarah ADAS

Evolusi ADAS muncul dan dimulai dengan seorang pria bernama Ralph Teetor. Dia menemukan cruise control modern, awalnya dikenal sebagai Speedostat. Ini diadaptasi dan terdiri dari selektor kecepatan dasbor yang terhubung ke mekanisme kompartemen mesin. Mengutip smartavr.com, evolusi dimulai pada tahun 1948 dan tumbuh menjadi hal yang lebih besar.

Tahun 1971 adalah waktu kapan electronic cruise control dipatenkan oleh Daniel Wisner. Penemuan ini menggunakan getaran listrik (electric pulse) guna menjaga agar kendaraan tetap bergerak dengan kecepatan konstan. Pada tahun 1990 adaptive cruise control ditemukan oleh William Chundrik dan Pamela Labuhn.

Adaptive cruise control berguna untuk kendaraan agar mempertahankan kecepatan pilihan pengemudi yang diinginkan tanpa adanya kendaraan target sebelumnya yang terdeteksi. Ini menyesuaikan kecepatan kendaraan ketika kendaraan target terdeteksi untuk mempertahankan jarak yang telah ditentukan oleh pengemudi kendaraan.

Lantaran setiap kemajuan era modern dan permintaan akan teknologi terbaik berikutnya, sebuah perusahaan bernama Hughes Research Laboratories dan Delco Electronics memamerkan sistem penghindaran tabrakan ke depan berbasis radar, laser, dan/atau video untuk memprediksi apakah kendaraan berisiko mengalami tabrakan.

Kemajuan ADAS ini muncul pada tahun 1995 dan disematkan oleh OnStar, yang didirikan oleh General Motors (GM). Pada tahun 2007 OnStar beralih ke platform digital dan menawarkan lebih banyak cara pemrosesan data dan komunikasi.

2008 adalah tahun yang signifikan, dengan Volvo memperkenalkan Pengereman Darurat Otomatis Keamanan Kota (City Safety Automatic Emergency Braking). Volvo X60 adalah mobil pertama yang diluncurkan dengan standar fit AEB. Pada tahun 2010 Volvo meluncurkan deteksi pejalan kaki dengan rem otomatis penuh. Sistem ini menggunakan radar dan kamera untuk memperingatkan pengemudi jika seseorang tiba-tiba berjalan di depan mobil, dan mengerem secara otomatis juga pengemudi lengah.

Perlu diketahui juga bahwa salah satu sistem bantuan pengemudi tertua adalah sistem pengereman otomatis (ABS) yang dikembangkan untuk pesawat era 1920-an. Kejadian pesawat tergelincir tak terkendali setelah mendarat di landasan harus dihindari dan sistem pengereman ABS membantu mencegah kecelakaan selama pendaratan pesawat berat dan akhirnya pesawat jet.

Sesuai dengan laporan vehicleservicepros.com, baru pada tahun 1970-an Robert Bosch mematenkan, dalam pengembangan bersama dengan Mercedes-Benz, ABS banyak digunakan pada mobil. Chrysler dan Bendix Corporation mengembangkan ABS yang disebut “Sure Brake” untuk Chrysler Imperial tahun 1971.

Ford memiliki “Sure-Track” di Lincoln Continentals dan General Motors memasarkan “Trackmaster”, sistem khusus roda belakang di Cadillac dan Oldsmobile Toronado. Nissan memiliki sistem ABS elektronik awal yang dikembangkan oleh Denso dan dipasang pada sedan Nissan President pada tahun 1970-an. BMW bahkan menerapkan teknologi ABS pada sepeda motor K100 pada tahun 1980-an.

Teknologi ADAS saat ini

Tidak semua orang di industri otomotif menggunakan istilah “bantuan otomatis” secara tepat yang bisa-bisa mengakibatkan kecelakaan yang disebabkan oleh masyarakat pengemudi yang salah informasi. Hal ini terjadi pada Tesla dan mobil mewah lainnya ketika staf penjualan menggembar-gemborkan manfaat dari penawaran brand mereka dan kemampuan ADAS yang berlebihan.

Misalnya, seorang staf penjualan mungkin berkata kepada pelanggan, “Tekan saja tombol ini dan mobil hampir berjalan sendiri.” Setelah membeli mobil, pemilik baru menirunya, mengaktifkan sistem ADAS, dan mulai bermain gim di ponsel mereka. Kurangnya pemahaman tentang batasan ADAS ini telah mengakibatkan kecelakaan.

Karena OEM, perusahaan perangkat lunak, dan aftermarket semuanya sedang mengembangkan mobil otonom dan komponen yang mendukungnya, bahasa umum diperlukan untuk menjelaskan teknologi agar tidak membingungkan. Pada tahun 2016, Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS (NHTSA) mengadopsi deskripsi kemudi otonom, yang dikembangkan oleh Society of Automotive Engineers (SAE) Internasional, dari lima tingkat teknologi ADAS:

Level 0: Segala kemudi dilakukan oleh manusia.

Level 1: Sistem otonom pada kendaraan terkadang dapat membantu pengemudi manusia untuk melakukan beberapa bagian tugas mengemudi.

Level 2: Sistem otonom pada kendaraan benar-benar dapat melakukan beberapa bagian tugas mengemudi, sementara manusia terus memantau lingkungan mengemudi dan melakukan tugas mengemudi lainnya.

Level 3: Sistem otonom dapat melakukan beberapa bagian dari tugas mengemudi dan memantau lingkungan mengemudi dalam beberapa kasus, tetapi pengemudi manusia harus siap untuk mengambil kembali kendali saat sistem otonom meminta.

Level 4: Sistem otonom dapat melakukan tugas mengemudi dan memantau lingkungan mengemudi, dan manusia tidak perlu mengambil kembali kendali, tetapi sistem otonom hanya dapat beroperasi di lingkungan tertentu dan dalam kondisi tertentu.

Level 5: Sistem otonom dapat melakukan semua tugas mengemudi, dalam semua kondisi.

Pengguna ADAS yang membantu pengemudi dengan tugas mengemudi, pengereman, pemantauan, dan peringatan akan meningkat selama 10 tahun ke depan. Sebagian penggunaan ini akan didorong oleh minat konsumen dan pemerintah terhadap aplikasi keselamatan yang melindungi pengemudi dan mengurangi kecelakaan.

Misalnya, Amerika Serikat dan Uni Eropa mewajibkan semua kendaraan dilengkapi dengan sistem pengereman darurat otonom dan sistem peringatan tabrakan pada tahun 2022. Peningkatan penggunaan ADAS juga akan berdampak signifikan pada industri perbaikan mobil. Bahkan pekerjaan sederhana seperti mengganti kaca depan menjadi rumit dengan adanya sensor ADAS yang perlu dikalibrasi.

Bisnis seperti The Windscreen Company, berlokasi di Inggris Raya harus mengedukasi konsumen mengenai peningkatan biaya penggantian kaca depan. Survei konsumen menunjukkan bahwa masyarakat pembeli mobil semakin tertarik dengan aplikasi ADAS yang menawarkan kenyamanan dan kemudahan bagi pengemudi, seperti pemantauan blind spot dan bantuan parkir.

Adaptive cruise control (ACC) juga dikenal sebagai dynamic cruise control, dianggap sebagai teknologi ADAS Level 1. Sistem ACC dapat menggunakan radar, Lidar, atau sensor berbasis kamera untuk membantu pengemudi dalam menjaga jarak antar kendaraan. Input sensor dari sistem ACC dapat menggunakan sistem manajemen mesin kendaraan untuk mengontrol pengereman dan akselerasi dengan kecepatan.

Sistem radar bisa jarak jauh, atau jarak pendek dan beberapa kendaraan menggunakan keduanya. Sensor kotak hitam pada sistem berbasis laser harus dipaparkan ke area yang dilacaknya dan karena laser memantulkan mobil lain, ini tidak bekerja dengan baik (atau tidak sama sekali) dalam hujan deras atau salju.

Beberapa sistem berbasis kamera menggunakan dua kamera yang menghadap ke depan yang ditempatkan di kedua sisi kaca spion memberikan penglihatan binokular ke komputer sistem. Melalui pemrosesan digital, sistem ACC dapat menghitung jarak kendaraan di depan.

Pada beberapa kendaraan, penghindaran tabrakan adalah fitur lain dari sistem ACC dan menggunakan sensor yang sama untuk memperingatkan pengemudi tentang kemungkinan kerusakan. Selain sensor, informasi GPS dapat digunakan untuk mengingatkan sistem objek tetap seperti tanda berhenti, persimpangan, jalur keluar dan masuk tol, dan area berbahaya lainnya. Sistem ACC di masa mendatang akan berdampak pada peningkatan kapasitas jalan dengan menjaga jarak pemisah yang optimal antar kendaraan dan menyediakan lingkungan berkendara yang lebih aman.

Sejak lahirnya mobil, kemampuan pengemudi untuk memarkir mobil telah menjadi sebuah tantangan. Tes parkir paralel untuk bikin SIM adalah salah satu keterampilan tersulit yang harus ditunjukkan oleh pengemudi. Parkir otomatis adalah sistem ADAS yang menjembatani kesenjangan antara bantuan pengemudi san pengemudian otonom sepenuhnya karena sistem mengambil alih selama manuver parkir.

Cara Kerja ADAS modern

ADAS menggunakan sensor berbasis kamera untuk membantu pengemudi menjadi lebih waspada terhadap lingkungan berkendara, sebagaimana dilaporkan oleh spiceworks.com. Mobil adalah fondasi masa depan perangkat yang terhubung dengan jaringan mobile, dengan kemajuan signifikan dalam kendaraan otonom. SoC, atau systems-on-a-chip, adalah kumpulan chip yang digunakan untuk mengimplementasikan solusi aplikasi otonom. Chip ini menghubungkan sensor ke aktuator melalui antarmuka dan unit kontrol elektronik (ECU) berperforma tinggi.

Banyak mobil model terbaru memiliki ADAS yang terintegrasi ke dalam desain awal mereka, ditingkatkan ketika pembuat mobil meluncurkan model dan fitur kendaraan baru. Sistem ini menggunakan berbagai input data untuk menawarkan mekanisme keamanan yang bermanfaat. Pencitraan mobil adalah kumpulan sistem sensor berkualitas tinggi yang cocok dan melampaui kapasitas mata manusia. Ini dalam hal cakupan 360 derajat, resolusi objek 3D, visibilitas yang baik dalam cuaca buruk dan kondisi pencahayaan, serta data real-time, yang merupakan salah satu sumber data tersebut.

Penerapan teknologi ADAS digunakan oleh kendaraan otonom untuk mencapai penglihatan 360 derajat, baik jarak dekat di sekitar kendaraan maupun jarak jauh. Ini berarti bahwa perancang perangkat keras menggunakan node proses yang semakin canggih untuk memenuhi standar performa yang terus meningkat sekaligus mengurangi kebutuhan daya dan footprint.

Pengguna dapat mengumpulkan lebih banyak input dari sumber selain kendaraan inti, seperti mobil lain (V2V) atau kendaraan-ke-infrastruktur (V2X) seperti Wi-Fi terkelola. Di generasi mendatang, ADAS akan terus menggunakan data V2V dan V2X untuk terhubung ke jaringan nirkabel guna memberikan lebih banyak keamanan dan nilai finansial.

Layanan anotasi untuk ADAS membantu sistem penglihatan di sekitar kendaraan, melihatnya di dalam gagasan yang aman terhadap kesalahan pengemudi, penghalang lain, mobil lain, dan pejalan kaki, dan memanfaatkan kemampuan pemrosesan visual ini. Agar dapat mendeteksi pengemudi yang mengantuk, peringatan keberangkatan jalur, penghindaran tabrakan, dan tindakan perlindungan untuk mencegah kecelakaan dan meningkatkan pengalaman berkendara, ADAS memasukkan informasi pengenalan dan pelacakan ke sistem keselamatan onboard.

Share
×
tekid
back to top