sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
Senin, 22 Okt 2018 15:22 WIB

Kisah romantis di balik kehebatan orang pertama di Bulan

Film First Man ini menunjukkan sisi romantis dari Neil Armstrong terhadap keluarga, sahabat, dan luar angkasa. Berbeda dari yang selama ini kita lihat sebagai sosok yang kuat dan juga cerdas.

Kisah romantis di balik kehebatan orang pertama di Bulan
First Man (Universal)

Neil Armstrong merupakan salah satu tokoh yang sangat saya kagumi. Sebagai salah satu penggemar astronomi, saya melihat sosok Armstrong sebagai sosok yang kuat dan cerdas, sehingga dapat menginjakkan kakinya sebagai manusia pertama di Bulan.

Ternyata, dalam sebuah film biopik berjudul First Man, sosok Armstrong (diperankan oleh Ryan Gosling), saya menemukan sisi lain yang sebelumnya tidak terlalu diketahui oleh orang lain. Ya, Armstrong ternyata sesosok pria yang sangat romantis dan menyayangi keluarga serta para sahabat-sahabatnya.

Disutradarai oleh Damien Chazelle, film ini memiliki banyak klimaks. Wajar, film ini merupakan kisah hidup dari sosok nyata, bukan sebuah cerita fiksi. Jadi, saya merasakan roller coaster emosi yang cukup banyak sepanjang menonton film tersebut.

Semenjak awal, para penonton sudah dibawa tegang melalui adegan di mana Armstrong sedang menerbangkan pesawat X-15 pada 1992. Kala itu, dia masih menjalankan tugasnya sebagai pilot uji coba pesawat tempur.

Dia harus menerbangkan pesawat 207.500 kaki dalam keadaan tekanan gravitasi di atas 3 bar, di mana seseorang dapat dengan mudah pingsan jika tak terbiasa dengan tekanan tersebut, sambil harus membawanya kembali ke tanah. Para penonton pun terlihat tegang pada saat dia harus kehilangan kendali dari pesawatnya.

Klimaks pertama dari film ini adalah saat kematian Karen, anak perempuan dari Armstrong dan Janet (Claire Foy), karena tumor otak. Di sini, para pemirsa pun merasakan perasaan di mana Armstrong sangat terpukul dengan kematian sang anak.

Ingin lari dari kenyataan, Armstrong pun mencoba peruntungan dengan melamar sebagai astronot di NASA. Untung, pria kelahiran 1930 yang gemar dengan fisika dan matematika itu diterima oleh NASA.

Tugas pertama yang harus dia hadapi adalah menaiki sebuah mesin yang disebut sebagai ‘The G Machine’. Alat ini mengetes ketahanan calon astronot terhadap tekanan gravitasi yang dirasakan saat meninggalkan Bumi. Sebagai informasi, para calon astronot harus mengikuti tes dengan tekanan 32 G selama 25 detik. 

Sebagai informasi, manusia hanya bisa menahan tekanan tersebut selama 40 detik saja, sebelum kemudian pingsan dalam kondisi gravitasi minim seperti itu.

Klimaks kedua adalah pada saat salah satu sahabatnya, Elliot See (Patrick Fugit) meninggal. Dia memperlihatkan perasaannya yang intim terhadap Elliot di dalam film ini.

Di sini, Armstrong mulai kembali mengingat anaknya, Karen yang meninggal. Terlihat jika dia sedang berjuang untuk melupakan kesedihannya karena kehilangan Karen di usianya yang sangat muda.

Armstrong pun kemudian terpilih menjadi pemimpin tim Gemin 8, di mana proyek ini menjadi proyek docking sukses pertama di luar angkasa. Namun, dia harus merasakan malfungsi saat melakukan misi ini dan menjadi klimaks ketiga di dalam film ini.

Sesaat kemudian, satu orang sahabatnya yakni Ed White (Jason Clarke) terpilih dalam tim Apollo pertama. Sayang, Armstrong harus mengalami klimas lagi dalam hidupnya, saat harus menerima kenyataan jika Ed juga harus meninggal.

Klimaks terakhir dalam film ini adalah pada saat misi Armstrong ke Bulan, menggunakan misi Apollo 11. Para pemirsa pun menghela nafas panjang seusai dia menyentuhkan kakinya ke permukaan bulan untuk pertama kalinya.

Selain jalan film yang menceritakan mengenai kehidupan Armstrong, Chazelle juga menampilkan protes yang dilakukan oleh warga kulit hitam terhadap misi luar angkasa yang dilakukan pemerintah Amerika.

Mereka menganggap, jika anggaran tersebut dapat diarahkan untuk kesehatan dan lain, maka masyarakat Amerika terutama Afrika-Amerika bisa hidup dengan lebih tenteram lagi.

Di sisi musik latar, Chazelle menggandeng sahabatnya, Justin Hurwitz untuk menyiapkan musik untuk film ini. Untung, alunan Jazz yang lembut sangat cocok dengan film tersebut. Apalagi, Armstrong juga penikmat lagu-lagu jazz.

Bisa dibilang, dalam film ini kita akan diajak melihat romansa antara Armstrong dengan keluarga, sahabat, dan juga luar angkasa. Ketiga hal ini merupakan hal-hal yang paling dicintai dan paling berharga selama perjalanan hidupnya. Hal ini menunjukkan jika sehebat apapun sosok seseorang, dia pasti memiliki sisi lemah dalam kehidupannya.

Share
×
tekid
back to top