sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
Rabu, 27 Sep 2017 22:06 WIB

Aku Ashraf Sinclair, dan kamu hanya kenal aku sebagai suami BCL

Ashraf Sinclair, terjun ke dunia yang sama sekali berbeda dengan industri yang membesarkan namanya.

Khailee bilang, kamu tahu lebih banyak daripada yang kamu kira. Lalu, Khailee berbagi visi dan misi 500 Startups. Misi 500 Startups adalah untuk menemukan pengusaha yang paling bertalenta, bisa membuat perusahaan yang menguntungkan, juga mampu menggerakan ekosistem global. 

Bagaimana aku bisa bilang tidak untuk semua itu? 

Kemudian, dia cerita soal nilai filosofis 500 Startups. People, be humble, be inclusive, be an example, be driving. Ketika aku mulai bergabung dengan 500 Startups, semua hal sama sekali baru bagi aku. 

Banyak yang aku lakukan setelahnya. Belajar hal baru, bertemu orang baru, sekarang banyak orang yang datang ke aku. Ini cerita nyata, aku berdiri di bandara internasional Bangkok, gerbangnya tinggal 5 menit lagi tutup. Tapi, ada orang yang datang ke aku untuk cari dana startup-nya.

"Gelas" aku waktu itu terlalu kecil. Tapi tetap saja ada yang bisa aku pelajari dari semua itu. Give Back

Kalau kamu mencari pendanaan untuk startup kamu, bantulah orang lain juga. Jika kamu mencari investasi, kamu belajar investasi dulu. Try to give it first

Kalau kamu mau mengembangkan perusahaan atau startup kamu di Indonesia atau di manapun di Asia, tanya dirimu sendiri, apakah kamu "in" atau kamu "out". Karena kalau kamu fokus pada "in" maka kamu akan menemukan jawaban di dalam dirimu. Kalau kamu fokus pada "out", kamu akan sadar kalau kamu sebenarnya "without".

Resminya, aku gabung di 500 Startups, Januari 2017. Sebelum itu, aku sudah melakukan beberapa angel investment (investasi perorangan) ke beberapa startup. Di antaranya ada altia.kr, market place untuk produk kecantikan dari Korea. Ada iflix. 

Jadi, aku hitung sudah beberapa tahun ini main di startup. Kini, aku gabung dengan 500 Startups yang saat ini sudah investasi di 1.600 startup dari seluruh dunia. Kami fokus dengan investasi seed stage (investasi paling awal).

Sebenarnya aku tahu, bermain di Angel Investor ini berisiko tinggi. 9 dari 10 startup tidak berhasil. Tapi, satu dari sepuluh startup itu yang bisa mendatangkan returns yang tinggi. 

Bagi aku sendiri, investasi di startup ini bukan untuk mendapatkan returns-nya. Buat aku, bergabung di sini seperti masuk ke dunia yang menurut aku sangat menarik, sangat seksi, punya banyak anak muda yang pintar. Aku percaya, di sini aku bisa berbagi dengan mereka. Itu sebenarnya tujuan aku untuk masuk ke dunia startup ini, supaya aku bisa berbagi pengetahuan.

Untuk menentukan investasi di startup, aku melihat ke kualitas founder-nya. Kalau founder-nya sudah punya track record yang bagus, paling tidak kita bisa memberikan investasi yang membuat startup itu tumbuh. Kita juga bisa lihat dari model bisnisnya. Apakah memang bisnis modelnya punya pasar untuk berkembang. Dari melihat semua faktor ini, kita bisa ambil keputusan untuk investasi.

Buat aku, yang paling penting Angel Investor itu bukan soal insting bisnis yang bagus. Intinya bisa melihat dengan jujur inti dari perusahaan. Jeroan startup itu seperti apa, melihat orangnya: apakah orang ini bisa menanggung beban yang lebih besar lagi nantinya. Karena kadang-kadang, orang itu kalau terlalu besar bisnisnya, dia tidak bisa menampung.

Sebenarnya, Angel Investor sudah mulai banyak hadir. Ada banyak grup, seperti Angin, yang membawa sekelompok Angel Investor ke Indonesia. Dari luar banyak yang mau investasi di Indonesia. Indonesia sekarang tempat yang "panas" untuk investasi startup.

Seperti yang sudah saya sampaikan, banyak problem nyata di Indonesia. Contohnya, seperti kita tidak punya akses ke kartu kredit. Tidak berarti kita harus memberikan kartu kredit ke masyarakat. Tapi, bisa melangkahi kartu kredit ke e-wallet, fintech, mobile payment. Jadi, tidak menggunakan sistem perbankan seperti biasa. Semua solusinya di luar dugaan kita. Seperti GoJek yang kalau dipikir sebelumnya tidak masuk akal. 

Apa yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah edukasi. Banyak UKM yang bergerak dalam model bisnis yang lama. Mereka tidak mengetahui, di luar sana ada banyak kesempatan mendapatkan investasi. Mereka harus didorong untuk ikut konferensi, bertemu orang lain. Itu sebenarnya bisa memperkaya ekosistem startup di Indonesia.

Share
×
tekid
back to top