sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
Senin, 29 Jul 2019 20:05 WIB

Optoma HD39Darbee, proyeksi warnanya bagus tapi ada kurangnya

Pada model proyektor ini terselip kata Darbee, yang merupakan sebuah nama fitur teknologi ‘Visual Presence’ agar menjanjikan hasil warna proyeksi lebih alami.

Optoma HD39Darbee, proyeksi warnanya bagus tapi ada kurangnya

Sebuah pabrikan asal Taiwan, Optoma, baru saja menghadirkan proyektor HD39Darbee dengan basis teknologi Digital Light Processing (DLP). Berbeda dengan proyektor yang menggunakan teknologi LCD atau 3LCD, DLP mengandalkan kaca berukuran sangat kecil yang tersusun di atas chipset semikonduktor. Kumpulan kaca yang bergerak cepat memisahkan warna primer agar menjadi gambar proyeksi yang disebut dengan Digital Micromirror Device (DMD).

Proyektor Optoma HD39Darbee yang akan saya ulas saat ini memiliki resolusi Full HD (1920x1080 piksel). Pada model proyektor ini terselip kata Darbee, yang merupakan sebuah nama fitur teknologi ‘Visual Presence’ agar menjanjikan hasil warna proyeksi lebih alami. Berikut hasil ulasan yang saya lakukan.

Desain

Bentuk Optoma HD39Darbee tidak jauh berbeda dengan proyektor Full HD di kelasnya dengan dimensi 12,36 x 4,48 x 8,81 inci. Tetapi hal yang agak mengganjal di hati saya adalah penempatan aneka port antarmuka. Pasalnya, Optoma menempatkan port-port seperti HDMI 1.4a, MHL, mini USB, USB Power, daya, semuanya berkumpul di sisi kanan proyektor ketimbang di belakang. Lokasi ini agak kurang optimal, contoh, ketika saya menghubungkan HDMI dari Blu-ray player, maka player tersebut harus terletak di sebelah kanan HD39Darbee agar tidak ada juntaian kabel menganggu. Belum lagi saya juga harus menghubungkan kabel daya proyektor itu sendiri.

Terlepas dari penempatan lokasi jejeran port antarmuka yang agak kurang lazim, HD39Darbee terbilang memiliki port lengkap yang terhubung ke perangkat saat ini. Tidak ketinggalan pula port Mobile High-Definition Link (MHL) sehingga kamu dapat memproyeksikan konten yang berasal dari perangkat pintar seperti ponsel atau tablet.

Sebagai catatan, saat kamu ingin menampilkan konten di ponsel atau tablet ke layar, pastikan perangkat kamu juga mendukung teknologi MHL. Kamu juga tidak perlu khawatir perangkat pintar yang terhubung ke MHL akan kehabisan baterai lantaran port ini juga dapat mengantarkan daya agar baterai ponsel atau tablet dapat terisi.

Bodi HD39Darbee secara keseluruhan dibalut dengan plastik kokoh tipe matte dengan sisi-sisi depan, belakang, kiri, dan kanan dibuat mirip seperti grill kap mobil. Sistem kipas pendingin berada di sisi kanan dan kiri agar lebih optimal.

Ada satu lagi keluhan saya dalam hal desain, kaki penyangga bagian depan memang dapat saya perpanjang agar membantu menampilkan gambar secara benar ke layar, tetapi akses perpanjangan peyangga tersebut memiliki konsep ulir yang memakan waktu cukup lama. Perlu waktu untuk menyesuaikan sudut yang nyaman. Sebagai informasi, kebanyakan proyektor menggunakan peyangga kaki (terutama di bagian depan) dengan mekanisme tekan agar peyangga lebih cepat memanjang.

Fitur dan pengoperasian

Mungkin momok pada mekanisme perpanjangan peyangga dapat teratasi dengan hadirnya akses pergeseran lensa (lens shift). Fitur ini dapat menggeser proyeksi gambar secara mekanik sehingga tidak terjadi pemotongan konten secara digital. Kamu dapat menggeser lensa secara vertikal atau horizontal via tombol putar di area lensa bagian atas. Secara pribadi fungsi ini cukup membantu ketika saya ingin menampilkan proyeksi di layar dengan lokasi agak tinggi atau sebaliknya.

Sayangnya tombol putar akses pergeseran lensa lokasinya berdekatan dengan ring pengatur zoom lensa. Oleh karenanya awal-awal saya menggunakan proyektor ini beberapa kali tidak sengaja menyentuh mekanisme zoom lensa. Saya sarankan saat kamu menggunakan proyektor ini dan ingin menyesuaikan posisi lensa agar tidak terlalu dalam, gunakanlah ibu jari.

Berbicara soal lensa, pengaturan fokus ada di posisi paling depan dengan konsep bergerigi agar lebih mudah pengguna putar. Di belakang akses pengaturan fokus, ada sistem zoom yang dipermudah dengan tuas kecil selain rancang bangun yang bergerigi. Pelindung lensa menggunakan sistem penutup konvensional dengan desain buram.

Aneka tombol kontrol ditempatkan di atas proyektor dengan jumlah keseluruhan ada 8 tombol. Aneka tombol tersebut dapat digunakan untuk akses daya, memiliki sumber proyeksi, menu, informasi, navigasi arah dan keystone. HD39Darbee hanya dapat mengakomodasi pengaturan keystone secara vertikal, tidak bisa horizontal. Dengan demikian saya harus menggeser bodi proyektor saat ingin menyesuaikan geometri konten gambar secara horizontal.

Selain pada remote control, saya juga dapat menyesuaikan menu pengaturan lewat tombol navigasi yang ada di proyektor. Hal yang memudahkan akses menu pengaturan adalah Optoma menyediakan tab-tab yang berhubungan dengan masing-masing pengaturan. Tetapi sayangnya saya tidak dapat mengatur volume suara proyektor dari tombol yang ada di bodi HD39Darbee.

Volume suara hanya dapat saya lakukan via remote control. Bukan masalah, mengingat selama menonton film atau konten lainnya lebih praktis menggunakan remote control. Remote control-nya sendiri juga memiliki kepekaan tinggi sehingga saya tidak harus mengarahkannya ke proyektor. Hal ini kemungkinan besar karena HD39Darbee dilengkapi dengan dua buah sensor infra merah di bagian depan dan atasnya.

Pada saat bersamaan, tombol-tombol pada remote control juga dapat menyala sehingga memudahkan penggunaan di dalam kondisi gelap.

Performa

Proyektor Optoma HD39Darbee mengantungi kecerahan hingga 3500 lumen. Kecerahan ini termasuk tinggi untuk ukuran proyektor home theater rumahan yang rata-rata memiliki kecerahan 2500 lumen. Dengan kecerahan tinggi, proyektor yang memiliki aspect ratio 16:9 tersebut mampu menampilkan hasil gambar yang masih terlihat meski di dalam ruangan berlampu, bahkan di ruangan yang ada sedikit sinar matahari masuk dari sela-sela tirai.

Sebelum memulai memutar film, saya memutar cakram benchmark Blu-ray HQV untuk mengetahui performa gambar yang dihasilkannya. Pengujian awal yang harus dihadapi adalah Noise Reduction. Selama pengujian, dalam beberapa mode, saya tidak mengalami masalah, alias nyaris tanpa noise. Hanya pada pengaturan gambar Vivid terdapat momok noise,  tetapi secara keseluruhan konten tetap terlihat jelas.

Pengujian kedua yang saya lakukan adalah Video Resolution Loss. Di sini, HD39Darbee mampu menangani konten 30 fps dengan sangat baik karena tidak ada tampilan berkedip (flicker) di seluruh frame video. Senada dengan pengujian Video Resolusiotn Loss, proyektor ini juga lulus uji Film Resolution Loss sebab tidak menampilkan gangguan judder (patah-patah) dan flicker. Besar kemungkinan karena proyektor mendukung frame rate 24 fps.

Percobaan terakhir dari benchmark HQV adalah Diagonal Filter. Memiliki resolusi Full HD, HD39Darbee dengan mudah menyodorkan berbagai garis diagonal di hampir berbagai sudut kemiringan. Kerutan pada garis miring hanya terjadi pada tingkat diagonal 10 derajat. Tetapi menurut informasi dari benchmark itu sendiri, kerutan pada tingkat kemiringan 10 derajat masih dapat dimaklumi.

Kini saatnya saya memutar film untuk mengetahui performa selain pengujian benchmark. Film pertama adalah Avatar, yang saya putar via pemutar cakram Blu-ray. Pada film besutan sutradara James Cameron tersebut, HD39Darbee mampu menampilkan warna hitam pekat. Tetapi sayangnya ada sedikit detil yang menjadi korban. Kejadian ini saya lihat ketika Jake Sully sedang menjelajah pertama kali di dalam hutam rimba planet Pandora, gurat-gurat daun yang seharusnya tampil menjadi agak hilang. Mode gambar Vivid dapat menanggulangi kelemahan tersebut, tetapi sebagai gantinya warna hitam tidak sepekat saat saya mengaturnya dalam mode gambar Cinema.

Saat di pertengahan film, saya melihat HD39Darbee kurang mampu menangani adegan konten yang bergerak cepat. Ketika Jake Sully pertama kali menunggangi leonopteryx (hewan terbang mirip naga) dan terbang melesat di antara pohon-pohon dan di penggir tebing, proyektor ini tidak bisa menangkapnya dengan baik. Tetapi hal yang perlu saya apresiasi adalah cara proyektor mereproduksi warna pada film yang dirilis pada tahun 2009 ini.

Film kedua yang saya tonton adalah Despicable Me. Pada awal-awal adegan film animasi ini, proyektor agak sedikit menampilkan flicker pada piramida. Kejadian ini terbilang cukup unik, karena pada benchmark HQV dalam pengujian Film Resolution Loss, proyektor tidak menampilkan gangguan flicker. Meski demikian, flicker hanya terdapat pada adegan awal-awal saja. Selebihnya tidak menampilkan kekurangan itu lagi.

Sama seperti ketika saya menonton film Avatar, HD39Darbee juga tidak mampu menanggulangi gerakan cepat di dalam film. Kejadian ini terbukti ketika pesawat luar angkasa Gru di film Despicable Me, mendarat di pertengahan kota, gedung-gedung di sekitarnya terlihat menjadi kurang jelas (blur).

Soal audio, Optoma membekali proyektor HD39Darbee dengan speaker internal berkekuatan 10 watt. Daya output audio sebesar ini bisa dibilang cukup besar untuk seukuran proyektor. Tetapi meski suaranya lantang, detil suara yang dihasilkan jauh dari sempurna. Frekuensi menengah terlalu mendominasi sehingga frekuensi tinggi dan rendah tidak terdengar secara baik. Dengan demikian perlu menggunakan speaker eksternal agar pengalaman menonton film lebih asik.

Kesimpulan

Meski resolusinya belum 4K, tetapi proyektor Optoma HD39Darbee menghasilkan pengalaman menonton yang cukup mengasikan untuk keluarga di rumah. Meski ketajaman detil menurun dan kurang mampu menangani gerakan cepat dengan baik, proyektor tersebut dapat menyodorkan reproduksi warna cerah serta memiliki saturasi yang akurat pada warna primer sekalipun. Dengan fitur MHL, berarti kamu juga dapat menonton layanan video streaming seperti Netflix di jendela berukuran sekitar 300 inci.

Hal-hal teknis perlu mereka perhatikan seperti, akses pengaturan kaki penyangga. Secara keseluruhan, proyektor berharga Rp17.850.000 ini cukup menghibur.

 
Optoma HD39Darbee
Bagus ...
  • Warna memikat
  • Akses mudah
  • Port lengkap
Kurang ...
  • Suara tidak mumpuni
  • Detil terkadang kurang tajam
  • Adegan cepat kurang bagus
Share
×
tekid
back to top