sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id poco
Senin, 25 Feb 2019 14:53 WIB

EOS R bukti keseriusan Canon terhadap mirrorless

Canon ingin lebih serius lagi menampilkan kamera di luar DSLR dengan sensor full-frame. Apakah EOS R berhasil mewakili itu?

EOS R bukti keseriusan Canon terhadap mirrorless

Pada 2012, Canon menghadirkan kamera mirrorless lewat EOS M. Sejak saat itu, pabrikan ini hampir setiap dua tahun sekali, menghadirkan kamera mirrorless. Tetapi, seri kamera ini terkesan bukan untuk para profesional. Kamera seri EOS M terbaru yang dihadirkan Canon adalah M50 yang ditujukan untuk pada vlogger dengan menampilkan bodi yang kecil.

Tetapi, Canon tidak berdiam diri saja dengan menawarkan kamera mirrorless berformat APS-C. Mereka lebih serius lagi menampilkan kamera di luar DSLR dengan sensor full-frame. Kamera mirrorless full-frame perdana Canon adalah EOS R yang dikenalkan pada ajang Photokina 2018. Saya berkesempatan mencoba kamera mirrorless tersebut dan berikut ulasannya.

Desain mirrorless ciri khas Canon

Format sensor full-frame memiliki ukuran sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan ukuran sensor APS-C. Dengan demikian, ukuran bodi EOS R tidak memiliki dimensi yang kecil demi mencakup seluruh sinar yang jatuh ke permukaan sensor.

Meski berukuran tidak kecil, EOS R masih terasa nuansa mirrorless dengan sentuhan desain berciri khas Canon. Bagian bodi depan kamera dibuat cukup datar, sementara dari punggung kamera terus naik menuju bagian tengah. Grip dibuat cukup besar sehingga nyaman digenggam.

Secara keseluruhan, dimensi Canon EOS R tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan Sony a9. Agar memudahkan akses ketika memotret atau mengatur menu, hampir seluruh tombol kontrol terletak di sebelah kiri kamera. Ada dua buah dial putar, masing-masing terletak di dekat tombol shutter dan yang lainnya berada agak ke belakang. Kedua dial tersebut memang dirancang untuk diakses dengan mudah lewat jari telunjuk (yang terletak di dekat tombol shutter) dan ibu jari.

Pada bagian tengah tombol dial kedua terdapat tombol Mode. Tentu saja, tombol ini dapat digunakan untuk memilih mode pemotretan maupun perekaman video. Setelah menekan tombol mode, preset dapat dipilih dengan memutar tombol dial.

Sebenarnya, kamu tidak harus mengakses tombol putar yang di dekat tombol Mode untuk memilih preset pemotretan maupun perekaman setelah menekannya. Pasalnya, cara ini dapat juga dengan memutar dial depan dan tombol navigasi di belakang kamera. Selain itu, kamu juga dapat langsung memilihnya di layar LCD dengan cara menyentuhnya. Saya pribadi lebih sering memilih aneka mode pemotretan dengan cara memilih dari layar karena lebih praktis.

Tombol navigasi EOS R memiliki empat arah yang dilengkapi dengan tombol tengah untuk mengatur pengaturan dengan cepat, seperti AF, Continuous Shot, AWB, dan sebagainya. Sebenarnya, tombol navigasi akan lebih mudah digunakan jika ia berbentuk joystick sehingga ibu jari dapat mengakses lebih cepat.

Hanya ada dua tombol yang terletak di sebelah kanan EOS R, yakni tombol Menu dan daya. Tombol daya memiliki bentuk lingkaran yang diakses dengan cara memutarnya. Canon memberikan tombol ini dengan pola tekstur bergerigi agar pengaksesannya lebih mudah. Penempatan tombol shutter dan tombol daya yang berlokasi berlainan memang tidak lazim. Kebanyakan pabrikan kamera menanamkan tombol daya dan tombol shutter pada posisi yang berdekatan yang bertujuan agar dapat menaktifkan kamera dan mengambil foto menggunakan satu tangan.

Mengingat bodinya yang tidak ringan, pemisahan berbeda sisi antara tombol shutter dan tombol daya menjadi tidak terlalu masalah karena saya pasti memotret menggunakan dua tangan. Mungkin pemisahan tombol tersebut akan menjadi agak bermasalah pada kamera mirrorless canon EOS M5 yang memiliki bodi cukup ringan.

Port konektivitas terbilang cukup lengkap. Canon menjejalkan EOS R dengan remote control terminal, mikrofon eksternal, HDMI out, headphone terminal, dan USB Type-C untuk transfer daya ke PC atau laptop.

Fitur dan pengoperasian

Layar LCD EOS R terintegrasi dengan panel sentuh. Saya lebih sering mengakses layar sentuhnya untuk menentukan titik fokus ketimbang melakukan pengaturan kamera ketika memotret. Artinya, Canon sudah meletakan aneka tombol secara ergonomis.

Panel sentuh yang dimilikinya juga dapat mengintegrasikan antara layar LCD dan EVF. Lewat fitur Touch & Drag AF, kamu dapat menentukan titik fokus via jari tangan. Ketika fitur ini menyala, sensor panel tetap aktif, meski layar mati. Saat melakukan komposisi via EVF, geser jari kamu di panel layar LCD. Setelah itu, ada tanda lingkaran kecil yang bergerak mengikuti geseran tangan pada panel layar.

Kamu dapat mengubah area sentuhan jari ketika ingin melakukan pemfokusan menggunakan Touch & Drag AF, yaitu kanan, kiri, atas, bawah dan sudut kanan atas. Secara default, area yang aktif adalah sebelah kanan. Tetapi, area tersebut cukup menyusahkan saya karena titik fokus dapat tertekan secara tidak sengaja yang dikarenakan sering tersentuh hidung saya. Dengan demikian, saya mengubah area fokus pada panel ke sebelah kiri.

Engsel layar yang digunakannya bersifat fleksibel. Dengan demikian, kamu dapat menggerak-gerakkan layar LCD hampir ke segala arah demi sudut pengambilan gambar yang lebih kreatif agar hasil lebih sesuai ekspetasi.

Sebenarnya, masih ada satu layar lagi pada Canon EOS R. Layar dengan konfigurasi dot-matrix ini terletak pada bagian atas kamera yang berguna untuk memberikan informasi pengaturan yang digunaan saat memotret, seperti Mode, AWB, AF, resolusi video dan sebagainya. Kamu dapat mengubah informasi yang ditampilkanya dengan menekan tombol kecil di sebelah layar ini.

Tombol tersebut juga dapat digunakan untuk menerangkan layar agar lebih mudah dilihat di tempat gelap jika ditekan selama 1 detik. Uniknya. layar ini akan terus aktif ketika kamera dimatikan dengan menampilkan informasi tertentu ketimbang ketika kamera aktif. Saya merasa, layar ini sangat berguna ketika memotret sudut pandang rendah, sehingga tidak perlu bolak-balik melihat pengaturan pada layar LCD maupun EVF.

Di bawah layar informasi terdapat apa yang disebut Canon dengan Multi-function bar yang dapat digunakan sebagai salah satu jalan pintas menu yang sering digunakan agar menghindari masuk ke berbagai pengaturan  untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dapat dilakukan dengan cepat. Akses ini memiliki sistem peka akan sentuhan berbentuk persegi panjang.

Jadi, kamu dapat menyetel apapun agar pengoperasian lebih praktis pada akses ini. Salah satu penggunaan yang saya terapkan adalah untuk melihat-lihat foto dengan cara menggesernya. Tetapi, saya merasa sensor sentuh pada tombol tersebut kurang sensitif.

Pada kamera ini, Canon pertama kalinya menerapkan fitur mode Flexible value (Fv). Jadi, pada mode ini, kamu dapat dapat lebih leluasa mengatur: entah itu aperture, kecepatan shutter, dan ISO. Menurut saya, mode baru ini merupakan campuran dari Tv, Av, dan manual. Dengan demikian, saya dapat memilih Fv jika ingin melakukan pemotretan yang melibatkan antara prioritas bukaan lensa atau seberapa lama cahaya menyentuh sensor.

Fitur baru yang tidak kalah praktis adalah Focus Guide. Fungsi ini hadir ketika saya melakukan fokus secara manual. Jadi, selain dibantu oleh MF Peaking, fokus akan lebih tajam ketika saya secara manual menentukan fokus. Pengoperasian Focus Guide sangat mudah. Hanya saja, saya harus menyamakan garis pada layar hingga sejajar.

Performa

Kamu dapat melakukan komposisi pemotretan via electronic viefinder (EVF) berukuran 0,5 inci dan layar LCD berukuran 3,2 inci. EVF EOS R memiliki teknologi panel OLED dengan 3,69 dot. Tampilan saat saya menggunakan EVF adalah warna yang cerah dan dengan saturasi tinggi. Salah satu keunggulan OLED adalah memiliki refresh rate yang cukup tinggi, sehingga memberikan pengalaman yang menakjubkan. Oleh karena itu, saya terkadang merasa melihat pemandangan langsung ketika memotret di luar ruangan pada siang hari.

Hal ini tentu saja disokong pula oleh resolusinya yang tinggi. Sebagai pengingat, pada 2013, Olympus menghadirkan mirrorless OM-D E-M1 berbasis panel LCD beresolusi 2,36 dot. Kamera dari Olympus ini dulu sempat digadang-gadang sebagai penakluk DSLR yang salah satunya berkat performa EVF yang beresolusi paling tinggi saat itu.

Maksud saya, jika EVF LCD 2,36 dot dapat menghadirkan mengalaman yang cukup bagus untuk melakukan komposisi, apalagi yang berbasis teknologi OLED beresolusi 3,69 dot? Pasti kamu sudah dapat membayangkannya.

Ketika membidik lewat layar LCD, kamu dapat melakukan fokus langsung dengan memilih subjek yang dikehendaki menggunakan jari. Layar LCD ini tidak kalah dengan performa EVF OLED dalam kamera. Jika pemotret pada kondisi di bawah sinar matahari terik, saya sarankan untuk meningkatkan kecerahan layar hingga maksimal agar dapat melihat subjek dengan jelas.

Canon EOS R dilengkapi dengan sensor beresolusi 30,3 megapiksel dan prosesor Digic 8. Kebetulan, lensa kit yang saya gunakan ketika menguji kamera ini adalah RF24-105mm f/4L IS USM. Lensa ini dilengkapi dengan tiga cincin yang berfungsi sebagai pengatur zoom, fokus dan yang paling depan dapat digunakan untuk pengaturan sesuai selera (ISO, exposure, atau aperture).

Saya pribadi menggunakannya untuk mengatur ISO. Jika orang yang belum terbiasa dengan lensa ini, kemungkinan akan beberapa kali tertukar dengan cincin fokus, meski cincin serbaguna tersebut memiliki tactile yang berbeda.

Kamera yang berdimensi 136 x 98 x 84 mm ini dilengkapi dengan Eye Detection AF. Ketika mengujinya, fitur tersebut dengan cekatan menentukan mata subjek, meski sedang menengok ke samping. Sistem ini juga mampu mendeteksi mata secara cepat walau subjek sedang mengenakan kacamata berbingkai tebal.

Performa autofokus saya rasakan sangat baik dan akurat dari jarak dekat maupun jauh. Hasil dari pemotretan terlihat akurat karena wajah tetap terlihat tajam. Eye Detection AF akan tetap bekerja dengan baik, meski orang yang saya potret sedang memejamkan mata. Sebagai catatan, mata dianggap sebagai pusat wajah. Oleh karena itulah, Eye Detection AF hadir untuk mengoptimalkan jika ingin melakukan fotografi close-up.

Di bawah modul EVF, terdapat sensor untuk mengaktifkannya ketika membidik via EVF. Tetapi saya merasa sensor ini terlalu sensitif sehingga akan mendeteksi apa pun yang di dekatnya, sehingga menyebabkan layar LCD belakang mati. Hal ini terkadang agak merepotkan ketika saya memotret dari sudut rendah yang sepenuhnya mengandalkan layar LCD untuk melakukan komposisi.

Masalah yang sama juga terjadi ketika saya sedang melakukan pengaturan di opsi menu. Terkadang, sensor terhalang tangan saya yang menyebabkan layar mati, padahal posisi tangan saya tidak terlalu dekat dengan sensor EVF.

Masih Performa

Baik panel OLED EFV dan layar LCD memiliki refresh rate tinggi. Sebenarnya, di menu pengaturan tersedia pilihan apakah kedua panel tersebut ingin menggunakan refresh rate rendah atau tinggi. Canon tidak menyebutkan berapa besaran masing-masing refresh rate, tetapi menurut saya, 30 Hz untuk refresh rate rendah dan 60 Hz untuk refresh rate tinggi. Canon menawarkan kedua pilihan tersebut agar pengguna dapat memiliki performa atau daya tahan baterai.

Saya sendiri lebih memilih refresh rate tinggi agar pengalaman memotret lebih berfokus kepada subjek ketimbang terganggu oleh judder pada layar. Selama hampir seluruh kondisi cahaya, refresh rate panel LCD maupun EVF tetap terjaga. Refersh rate mulai menurun ketika saya memotret pada kondisi malam tanpa penerangan dari lampu jalanan atau gedung.

Ketika saya memotret dalam kondisi siang hari, AF yang dimilikinya sangat cepat menentukan subjek. Tracking AF yang dimilikinya pun cukup akurat meski subjek bergerak cepat ataupun kameranya yang saya gerak-gerakan. Meski tanda tracking tidak terlalu responsif, tetapi pada akhirnya tanda tersebut akan menetap di subjek.

Ketika membelakangi cahaya, warna dan muka subjek tetap terjaga. Selain itu, background tetap terjaga tanpa ada gangguan over-exposure. Saya melihat keunggulan ini ketika memotret di pinggir pantai. Warna langit yang agak berawan tereproduksi dengan baik, detail setiap kumpulan awan tampil cukup tajam.

Pasir juga tampak sangat baik dan detail tetap terjaga, meski saya perbesar. Ketika saya memotret langit lengkap dengan laut, rumah dan perahu pada satu frame, seluruh warna subjek tertata dengan rapi. Warna rumah yang berada di kejauhan tetap berada dalam detail yang tajam, termasuk jendela dan alur gentingnya.

Canon EOS R juga mampu menjaga exposure yang sangat baik. Pasalnya, langit yang sangat cerah dapat ditangkap dengan baik dan bagian bawah tetap dapat terlihat. Sebagai perbandingan, jika prosesor kamera kurang bagus, maka akan terjadi under-exposure di bagian bawah langit (atau lebih tepatnya darat).

Saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk memotret pada malam hari. Performa AF sama cepatnya seperti ketika memotret pada siang hari. Lampu-lampu hiasan gedung yang terdiri-dari lampu-lampu kecil terpampang dengan rapi tanpa gangguan glare satu sama lain.

Kamera ini memiliki rentang ISO 100-40000 (dapat ditingkatkan menjadi 50-102400). Memotret menggunakan ISO 25600 hasil foto masih tajam serta tidak ada gangguan grain yang berarti. Ketika ISO dinaikan menjadi 32000, gambar mulai menampilkan sangat minim noise, namun detail masih tetap terjaga. Pada ISO 40000, detail mulai kurang tajam, namun masih layak cetak. Dengan demikian, sensor yang dimilikinya aman jika memotret pada malam hari menggunakan ISO tinggi.

Tidak ketinggalan, saya menguji hasil rekaman videonya. EOS R mampu merekam hingga 4K UHD (3.840 x 2.160 piksel) pada 30 FPS. Jika merekam menggunakan resolusi Full HD (1.920 x 1.080 piksel), saya dapat menikmati frame rate 60 fps. Warna yang dihasilkan tidak ubahnya seperti ketika saya memotret, cerah dan detail tetap terjaga di segala kondisi pencahayaan. Performa white balance sangat akurat, warna putih tidak melenceng ke agak kekuningan pada mode Auto maupun preset.

Frame rate dihasilkan terlihat sangat akurat, lantaran saya tidak melihat gangguan judder selama saya merekam dan melihatnya di layar televisi. Sistem stabilisasi yang dihadirkan lensa kit menyebabkan subjek tetap stabil, walaupun saya merekamnya dari sudut rendah dan sambil berjalan.

Sama seperti ketika memotret, penataan exposure terbilang cukup rapi, sehingga antara langit dan daratan menampilkan detail yang patut diacungi jempol. Hal ini dibuktikan dengan tampilan gerakan awan kecil dan ranting dari sekumpulan pepohonan yang tertiup angin. Di dalam ruangan, performa video cukup andal. Meski dengan aperture yang tidak terlalu besar (f/4), tetapi kamera mampu menangani gangguan grain meski merekam menggunakan ISO 10000. AF Tracking juga sangat membantu agar subjek tetep berfokus, meski ia bergerak ke manapun asal masih ada di dalam frame.

Kesimpulan

Sebagai kamera mirrorless full-frame pertama Canon, EOS R patut dipertimbangkan jika kamu ingin naik kelas dari format APS-C ke full-frame. Akses menu yang ditawarkan juga menampilkan antarmuka yang bersahabat, sehingga kamu yang terbiasa mengatur antarmuka menu DSLR Canon, pasti tidak akan asing lagi ketika mengatur antarmuka kamera ini. Meski demikian, kamu juga tidak akan memerlukan waktu yang terlalu lama untuk beradaptasi jika bukan pengguna Canon.

Aneka tombol kontrol putar juga disiapkan demi kemudahan akses, sehingga kamu lebih dapat mengatur komposisi subjek ketimbang mencari-cari tombol untuk menyeting pemotretan yang sesuai. Tetapi sayangnya, Canon tidak menghadirkan in-body image stabilization (IBIS) di dalam EOS R. Dengan demikian, kamu harus menggunakan lensa yang mendukung Image Stabilization agar mendapatkan ketajaman gambar tanpa gangguan goyangan tangan.

Saya juga tertolong oleh fitur baru bernama Focus Guide saat menggunakan fokus manual agar fokus lebih akurat. Mode Fv juga membantu saja ketika harus dengan cepat mengatur aperture atau kecepatan shutter dalam kondisi subjek yang berubah-ubah. Harga yang ditawarkan untuk EOS R adalah Rp39.999.000 (bodi). Jika membeli dengan paket lensa kit RF24-105mm f/4L IS USM harganya menjadi Rp59.999.000.

 
Canon EOS R
Bagus ...
  • Fungsi Focus Guide hadirkan kemudahan fokus manual
  • ISO tinggi tidak masalah
  • Warna alami
Kurang ...
  • Tidak ada IBIS
  • 4K masih 30 fps
Share
×
tekid
back to top