Riset Cloudera: AI Hybrid Jadi Standar Baru di Sektor Keuangan di Tengah Masih Menantangnya Keamanan Data
AI hybrid menjadi standar baru sektor keuangan global, tapi laporan Cloudera menyoroti keamanan data masih jadi hambatan utama.
Ilustrasi AI. dok. Freepik
Riset Cloudera: AI Hybrid Jadi Standar Baru di Sektor Keuangan di Tengah Masih Menantangnya Keamanan Data
Dunia keuangan global tengah bertransformasi dengan cepat melalui teknologi kecerdasan buatan (AI).
Namun, laporan terbaru hasil kolaborasi Cloudera dan Finextra Research mengungkapkan meski adopsi AI hybrid kini menjadi arus utama, industri jasa keuangan masih bergulat dengan tantangan serius dalam tata kelola dan keamanan data.
Berdasarkan survei terhadap 155 eksekutif keuangan di seluruh dunia, laporan ini menemukan 91% perusahaan menilai pendekatan AI hybrid memiliki nilai sangat tinggi, sementara 62% organisasi telah menggunakan model tersebut untuk mengintegrasikan data dari berbagai lingkungan, mulai dari cloud publik, pusat data, hingga edge.
- Red Hat Perkuat Inferensi AI di AWS, Dorong Kinerja Tinggi dan Efisiensi Biaya AI Generatif
- Google dan OpenAI Luncurkan Pembaruan Model AI dalam Waktu Berdekatan, Sinyal Perang AI Makin Intens
- Prediksi Tren AI Analog Devices: Makin Terasa Nyata dengan Physical AI dan Desentralisasi di Perangkat Humanoid
- Lonjakan Agentic AI Picu Peningkatan Risiko Siber: F5 Peringatkan Kesenjangan Keamanan API di Asia Pasifik
Pendekatan ini dinilai esensial untuk menjaga fleksibilitas, efisiensi skala, dan kompatibilitas dengan sistem lama (legacy systems).
Namun, di balik angka adopsi yang impresif, riset ini juga menyoroti kesenjangan implementasi yang masih menghambat optimalisasi AI.
Sebanyak 97% responden mengaku terjebak dalam data silos yang membuat integrasi lintas sistem menjadi rumit, sementara keamanan data muncul sebagai tantangan utama dalam penerapan AI secara menyeluruh.
Global Director, AI Solutions for Financial Services Cloudera Andrien Chenallier mengatakan, laporan ini mengonfirmasi strategi hybrid yang memungkinkan data bisa diakses di mana pun, tidak bisa ditawar lagi.
Namun, infrastruktur saja tidak cukup. Untuk menjembatani kesenjangan implementasi, perusahaan keuangan membutuhkan platform data dan AI yang terpadu agar tata kelola dan keamanan tetap konsisten di semua lingkungan,” katanya.
Chenallier menegaskan hanya dengan pendekatan terpadu, lembaga keuangan dapat membangun kepercayaan, mengelola risiko, dan mempercepat pengadopsian AI dalam skala besar.
Laporan ini juga menampilkan temuan-temuan kunci yang menunjukkan arah masa depan industri keuangan berbasis AI.
Diantaranya AI hybrid dominan dengan 62% perusahaan jasa keuangan sudah menerapkannya. AI juga telah menjadi kebutuhan strategis dengan 97% organisasi menjalankan setidaknya satu proyek AI/ML, menjadikan AI penggerak utama bisnis.
Di sisi lain, tata kelola data juga krusial dengan 84% organisasi menganggap tata kelola dan kerangka keamanan terpadu sebagai faktor kritikal. Sebanyak 25 persen responden juga meilhat keamanan jadi faktor investasi vendor AI.
“Bagi anggota kami, kenyataannya jelas: AI hanya bisa memberikan potensi penuhnya ketika kedaulatan data, privasi, dan kepercayaan bisa dijamin,” tutur Gary Wright, Managing Director Finextra Research.
“Keberhasilan AI tidak hanya bergantung pada skala investasi, tetapi juga pada keputusan strategis terkait infrastruktur, kemitraan, dan tata kelola data yang kuat,” imbuhnya.
Temuan ini menjadi peringatan sekaligus peluang bagi sektor keuangan. Meningkatnya ketergantungan terhadap AI hybrid menandakan perusahaan tidak lagi sekadar bereksperimen, tetapi mulai melihat AI sebagai fondasi kompetitif baru.
Namun, tanpa sistem keamanan dan tata kelola data yang solid, potensi transformasi digital justru bisa terhambat oleh risiko yang tak terkelola.









