Sejarah Blu-ray dan popularitasnya di tengah layanan streaming
Format Blu-ray telah mencapai umur yang menyaingi masa keemasan VHS. Dengan menambahkan lebih banyak lapisan pada cakram optik, format ini mampu memenuhi kebutuhan penyimpanan untuk video dengan kualitas lebih tinggi.
Format Blu-ray 4K telah menjadi standar untuk pengalaman home theater terbaik, memanfaatkan sinyal audio dan video dengan kualitas setinggi mungkin. Hal yang istimewa mengenai Blu-ray dibandingkan cakram optik lawas adalah banyaknya data yang dapat ditampungnya, memungkinkan pemutaran video 4K dan HD.
Dilansir dari Screenrant, perkembangan alami Blu-ray tampaknya dimulai dengan diperkenalkannya DVD pada tahun 1996. Namun, jika melihat sejarah Blu-ray, jelas bahwa asal-usulnya bahkan lebih jauh dari itu.
Era DVD
Pada tahun 1980-an, kaset VHS merupakan format dominan untuk rilis film dan video rumahan sebelum digantikan oleh cakram DVD optik pada pertengahan tahun 1990-an. Pada kenyataannya, teknologi di balik DVD telah ada selama beberapa dekade, dengan beberapa upaya yang gagal untuk menjadikannya format video mainstream.
Sebagai format cakram optik, LaserDisc yang jauh lebih besar dapat ditelusuri asal mulanya hingga tahun 1963, ketika ditemukan oleh David Paul Gregg dan James Russell. Karena berbagai alasan, termasuk mahalnya harga perangkat player dan cakram, LaserDisc berjuang untuk mendapatkan pijakan sebagai perangkat hiburan rumah di era VHS. Baru setelah format DVD yang lebih kecil dan lebih murah untuk diproduksi hadir, cakram optik akhirnya menjadi pilihan pertama untuk film, penyimpanan file, dan game.
Munculnya Blu-ray
Pada akhir tahun 1990an, HDTV mulai memasuki pasar, tetapi dunia masih kekurangan format yang diterima secara luas untuk merekam dan memutar video beresolusi 720p atau lebih tinggi. Baru pada tahun 2002 ketika Blu-ray Disc Foundation terbentuk, dengan anggota termasuk perwakilan industri film, Blu-ray mulai mendapatkan daya tarik sebagai media yang relatif murah untuk menyimpan data dalam jumlah besar. Menangkis tantangan kompetitor dari format HD-DVD, cakram yang diproduksi dengan laser biru menjadi mainstream mulai tahun 2006 ketika pemutar Blu-ray pertama dirilis.
Format Blu-ray telah mencapai umur yang menyaingi masa keemasan VHS. Dengan menambahkan lebih banyak lapisan pada cakram optik, format ini mampu memenuhi kebutuhan penyimpanan untuk video dengan kualitas lebih tinggi. Pada tahun 2016, pemutar 4K UHD memasuki pasar, bersama dengan cakram dua lapis dan tiga lapis yang menampung data sebanyak 100 GB.
Kapasitas penyimpanan ini memungkinkan pemutaran film 4K lengkap dengan color gamut HDR/Dolby Vision yang menakjubkan, dan audio berkualitas tinggi, termasuk Dolby Atmos. Cakram Blu-ray berkapasitas tinggi juga mendapat dukungan pada konsol game terbaru, termasuk PS5 dan Xbox One.
Layanan streaming pengaruhi popularitas Blu-ray
Tidak diragukan lagi bahwa layanan streaming yang memberikan kepraktisan lebih untuk menonton film 4K telah mengurangi popularitas Blu-ray. Bahkan dengan Blu-ray player terbaik yang menawarkan kemampuan untuk menggunakan aplikasi populer seperti Netflix dan Disney+, sebagian besar konsumen memilih untuk menggunakan fungsi pintar bawaan TV mereka atau pemutar media lainnya, seperti Apple TV 4K untuk melakukan streaming konten. Seiring dengan semakin populernya streaming, penjualan pemutar Blu-ray 4K mulai menurun pada tahun 2019 dan diperkirakan akan semakin menurun di tahun-tahun mendatang.
Blu-ray masih jadi andalan home theater
Berbeda dengan jatuhnya VHS dan DVD, Blu-ray 4K tidak terancam digantikan dengan media fisik lainnya. Dukungan untuk HDR, Dolby Vision, dan Dolby Atmos masih tidak konsisten di antara penyedia streaming utama.
Jumlah bandwidth luar biasa yang dibutuhkan oleh aplikasi streaming menimbulkan komplikasi pada batas data bulanan dan kompresi gambar 4K. Akibatnya, penggemar home theater yang menginginkan kualitas audio dan video terbaik masih akan mengandalkan format Blu-ray 4K dan Blu-ray player terbaik tetap menjadi komponen penting.