×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Riset Accenture : Investasi AI di Asia Pasifik Naik pada 2025, Kesiapan SDM Masih jadi Tantangan

Oleh: Tek ID - Selasa, 11 November 2025 16:30

Studi Accenture mengungkap 86% pimpinan Asia Pasifik akan meningkatkan investasi AI, namun kesiapan pelatihan SDM masih tertinggal.

Riset Accenture :Investasi AI di Asia Pasifik Naik pada 2025 Ilustrasi kecerdassn buatan (AI). dok. Freepik

Studi terbaru bertajuk Pulse of Change yang dirilis Accenture menyoroti dinamika hubungan antara manusia dan kecerdasan buatan (AI) di tempat kerja. 

Studi ini melibatkan 700 pimpinan perusahaan dan 713 karyawan di kawasan Asia Pasifik untuk melihat bagaimana organisasi menyikapi percepatan adopsi AI, kesiapan SDM, serta arah investasi teknologi ke depan.

Hasilnya menunjukkan optimisme terhadap AI sangat tinggi. Sebanyak 86% pimpinan organisasi di Asia Pasifik berencana meningkatkan investasi pada teknologi AI sepanjang 2025, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global. 

Namun, antusiasme tersebut belum sepenuhnya dibarengi dengan kesiapan tenaga kerja. Lebih dari separuh karyawan menyatakan kecepatan perkembangan AI membuat perusahaan kesulitan mengejar kebutuhan pelatihan dan peningkatan keterampilan.

Accenture menemukan AI kini tidak lagi dipandang sekadar alat bantu, melainkan sebagai “rekan kerja” yang mendampingi aktivitas harian. 

Hal ini tercermin dari penggunaan AI yang semakin umum untuk analisis data, pembelajaran mandiri, hingga pengambilan keputusan berbasis informasi.

Meski begitu, hanya 41% pimpinan perusahaan yang memprioritaskan pelatihan dan pengembangan SDM untuk mendukung transformasi berbasis AI. Kondisi ini menciptakan jurang antara ambisi dan kemampuan tenaga kerja.

Sebanyak 73% karyawan menyatakan perkembangan AI berjalan jauh lebih cepat dibandingkan kemampuan perusahaan menyediakan pelatihan. 

Padahal, 57% karyawan mengaku AI membantu mereka meningkatkan kompetensi, dan 51% merasa teknologi ini membuat mereka mampu mengambil keputusan lebih baik.
Di sisi lain, karyawan juga menunjukkan inisiatif tinggi untuk belajar secara mandiri. Sekitar 57% mengikuti kursus online dan 52% memanfaatkan blog maupun media sosial untuk memperdalam pemahaman AI.

Laporan ini juga menegaskan kawasan Asia Pasifik berada dalam fase disrupsi berkelanjutan. Sebanyak 92% eksekutif menyebut intensitas perubahan meningkat sejak awal tahun, dan mayoritas meyakini tren tersebut akan terus berlanjut.

“Asia Tenggara sedang berada di masa disrupsi yang berkelanjutan, di mana perubahan kini menjadi satu-satunya hal yang konstan,” ujar Anoop Sagoo, CEO Accenture untuk Asia Tenggara. 

Menurutnya, banyak organisasi sangat antusias berinvestasi pada AI, namun kesenjangan pelatihan dan peningkatan kemampuan tenaga kerja menahan potensi penuh transformasi tersebut.

Ketika karyawan memiliki kemauan untuk beradaptasi, kata dia, itu seharusnya dibaca sebagai sinyal peluang untuk membangun kompetensi yang dibutuhkan agar transformasi AI berjalan optimal.

Situasi serupa juga terlihat di Indonesia. Country Managing Director Accenture Indonesia Jayant Bhargava menjelaskan percepatan transformasi di Tanah Air didorong oleh perkembangan digitalisasi, otomatisasi, dan AI di berbagai sektor.

“Banyak organisasi masih terlalu berfokus pada penerapan teknologi tanpa sepenuhnya meningkatkan kemampuan talenta,” ujarnya. 

“Padahal, transformasi hanya akan terjadi ketika keterampilan, budaya kerja, dan proses internal berkembang sejalan dengan inovasi,” imbuhnya.

Ia menambahkan Indonesia sebenarnya berada pada posisi strategis untuk mendorong pertumbuhan AI yang inklusif dan berkelanjutan, didukung ekosistem startup yang berkembang, ekonomi digital yang dinamis, serta kebijakan pemerintah seperti Strategi Nasional AI.

“Dengan memanfaatkan potensi talenta muda dan infrastruktur digital yang terus tumbuh, Indonesia berada pada tahap penting untuk mengakselerasi transformasi di berbagai sektor,” lanjut Jayant.

Studi ini juga mencatat peningkatan penggunaan agentic AI, sistem yang mampu bertindak dan mengambil keputusan dengan intervensi manusia minimal. 

Sebanyak 63% pimpinan organisasi di Asia Pasifik telah berinvestasi dalam pengembangan agentic AI, dan 57% sudah melakukan uji coba atau penerapan awal.

Namun, di level operasional, hanya 45% karyawan yang rutin menggunakan AI agents. 

Meski begitu, penerimaan terhadap teknologi ini relatif tinggi, dengan 83% karyawan merasa nyaman mendelegasikan tugas kepada AI dan 82% yakin teknologi tersebut dapat memberi ruang bagi pekerjaan yang lebih kreatif dan strategis.

×
back to top