sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
Senin, 24 Jun 2019 19:39 WIB

Kisah perang bintang di balik sistem navigasi AS, Rusia dan China

GPS adalah sistem satelit pertama untuk menentukan koordinat lokasi di peta. Tetapi sistem tersebut mendapatkan pesaing serius dari Glonass buatan Rusia dan Beidou buatan China.

Kisah perang bintang di balik sistem navigasi AS, Rusia dan China
Source: Shutter Stock

Rusia tidak mau kalah

Mulai 1978, GPS bukanlah satu-satunya sistem satelit penentu lokasi koordinat permukaan Bumi. Rusia tidak mau terlalu mengandalkan AS untuk sistem navigasinya lantaran negara bekas Uni Soviet tersebut berpikir bahwa bisa saja suatu saat AS memblokir sinyal GPS saat terjadi konfilk di antara mereka. Glonassvsistem pun meluncur sebagai program satelit navigasi buatan Rusia.

Glonass adalah sebuah singkatan dalam bahasa Rusia “Globalnaya Navigazionnaya Sputnikovaya”, yang memiliki arti Sistem Satelit Navogasi Global. Pembangunan sistem satelit ini dimulai oleh Uni Soviet pada 1976. Sebagaimana informasi dari kantor berita Ria Novosti yang dikutip oleh Russia Beyond, operator sistem navigasi memiliki pilihan untuk mematikan sinyal warga sipil untuk area tertentu.

Presiden Kemitraan Nonkomersial Glonass, Aleksandr Gurko, menyebutkan bahwa inisiatif Glonass bukan soal konflik militer, mengingat ancaman untuk mematikan sistem navigasi pada dasarnya dapat digunakan untuk mencapai tujuan politik atau ekonomi. Ini hanyalah langkah kecil untuk berpindah dari ketergantungan teknologi pada medan gravitasi satelit yang sempit menuju ketergantungan ekonomi, politik dan militer.

Cikal bakal Glonass diidentifikasi pada 1970-an. Uni Soviet mengidentifikasi adanya kebutuhan untuk mengembangkan sistem navigasi radio berbasis satelit baru. Mengutip informasi dari Gisresources, sistem satelit Tsikada yang ada kala itu, meski sangat akurat untuk kapal tidak bergerak atau bergerak lambat, memerlukan beberapa jam pengamatan oleh stasiun penerima agar bisa menentukan posisinya. Hal ini menjadikannya tidak dapat digunakan untuk berbagai keperluan navigasi dan tentu untuk melacak posisi rudal balistik generasi baru.

Dari 1968-1969, lembaga penelitian dari Kementerian Pertahanan, Akademi Ilmu Pengetahuan, dan Angkatan Laut Soviet bekerja sama untuk mengembangkan sistem tunggal navigasi pasukan udara, darat dan luar angkasa mereka. Kolaborasi ini menghasilkan dokumen tahun 1970 yang menetapkan persyaratan untuk sistem tersebut. Pada bulan Desember 1976, sebuah rencana untuk mengambangkan Glonass diterima dalam Keputusan Komite Sentral CPSU dan Dewan Menteri Uni Soviet.

Dari tahun 1982-1991, Uni Soviet berhasil meluncurkan total 43 satelit terkait Glonass ditambah lima satelit uji coba. Pada tahun 1991, mereka meluncurkan dua belas satelit Glonass di dua pesawat ulang alik yang tersedia. Ini cukup untuk memungkinkan penggunaan sistem yang terbatas. Menyusul disintegrasi Uni Soviet pada tahun 1991, pengembangan lanjutan Glonass dilakukan oleh Federasi Rusia. Ini dinyatakan dengan adanya misi operasional pada 24 September 1993 oleh presiden saat itu Boris Yeltsin. Tetapi konstelasi satelit Glonass baru selesai pada Desember 1995.

Dalam enam tahun setelah selesai, Rusia tidak dapat mempertahankan sistem. Pada April 2002, sistem Glonass warisan Uni Soviet hanya menyisakan 8 satelit yang beroperasi. Oleh karenanya sistem Glonass hampir tidak berguna sebagai bantuan navigasi global saat itu.

Lantaran Glonass sudah tidak layak, program tujuan khusus bernama “Global Navigation System” dijalankan oleh pemerintah Rusia pada 20 Agustus 2001. Menurutnya, sistem Glonass harus dikembalikan ke status sepenuhnya yaitu, 24 satelit dalam orbit dan menambah cakupan global pada tahun 2011.

Tahun 2007 Rusia berkomitmen untuk mempercepat peluncuran, dengan 8 satelit yang dijadwalkan akan mengorbit pada tahun yang sama dan meningkatkan tujuan cakupan global pada tahun 2009. Peluncuran tahun 2007 terjadi pada 26 Oktober dan 25 Desember. Kedua peluncuran berhasil dan mengorbitlah enam satelit sekaligus.

Setelah peluncuran, Wakil Perdana Menteri Rusia, Sergei Inanov, memperkirakan peluncuran akan membawa armada satelit Glonass naik menjadi 18 satelit, jumlah yang diperlukan untuk menyediakan layanan navigasi di seluruh wilayah Rusia. Ia juga menyampaikan sistem navigasi ini akan memiliki 24 satelit yang diperlukan untuk cakupan di seluruh dunia pada tahun 2010. Setelah semua satelit ini ditugaskan penuh dan diatur ke kondisi optimal, sinyal Glonass tersedia di 90 persen teritori Rusia dan 80 persen di luar Rusia.

Glonass mulai dapat digunakan untuk masyarakat umum pada tanggal 18 Mei 2007. Pembukaan sinyal untuk warga sipil ditandatangani oleh presiden Rusia Vladimir Putin. Dekrit itu secara resmi menyediakan akses terbuka dan tanpa batasan. Presiden Putin juga mengarahkan Badan Antariksa Federal untuk mengoordinasikan peroyek merawat, mengembangkan dan membuka sistem Glonass demi kebutuhan sipil dan komersial.

Dibandingkan dengan sistem GPS, penggunaan Glonass dalam aplikasi sipil/komersial jarang adanya. Salah satu perbedaan utama antara GPS dan Glonass adalah GPS menggunakan teknik CDMA untuk memisahkan satelit, sedangkan Glonass menggunakan teknik FDMA.

Melalu teknik FDMA ini dampak utamanya akan terasa pada tingkat penerima (receiver). Penerima sinyal Glonass secara umum harus membayar biaya lebih mahal karena membutuhkan bandwidth IF yang lebih tinggi dan karenanya membutuhkan hardware yang lebih kompleks. Migrasi sistem Glonass ke teknik CDMA dapat mengurangi biaya.

Demi mengatasi situasi ini, pemerintah Rusia secara aktif mempromosikan Glonass untuk penggunaan sipil. Pada 2011, mereka mengumumkan seluruh mobil penumpang, kendaraan transportasi besar dan kendaraan yang mengangkut bahan berbahaya akan menggunakan navigator Glonass.

Di sisi lain, smartphone yang memiliki penerima Glonass pertama di dunia adalah MTS 945 dengan peluncuran perdananya pada Maret 2011.

Pada dasarnya sistem navigasi Rusia dan AS adalah sama, bertujuan agar pengguna dapat menemukan koordinat lokasi pada peta, baik menggunakan sinyal dari Glonass maupun GPS. Tidak ada alasan untuk beralih begitu saja dari satu sistem ke sistem lain.

Russia Beyond mengatakan situasi tersebut akan berbeda jika alat yang digunakan dapat menerima dan memproses sinyal dari kedua sistem. Pengguna dapat merasakan manfaat signifikan dalam hal kecepatan pemrosesan koordinat dan akurasinya. Untuk kondisi ‘standar’ di dalam perkotaan, bisa terjadi peningkatan dari 60 hingga 70 persen hingga titik maksimum yakni 100 persen saat mengkombinasikan kedua sistem, GPS dan Glonass.

    Share
    ×
    tekid
    back to top