Aktivitas Kripto Melonjak, Bank Indonesia Siapkan Stablecoin Nasional Berbasis Rupiah Digital
Aktivitas kripto Indonesia melonjak, BI siapkan stablecoin nasional berbasis rupiah digital untuk dorong ekonomi digital dan keuangan inklusif.
Ilustrasi aset kripto. dok. Freepik
Aktivitas perdagangan aset kripto di Indonesia melonjak pesat dalam dua tahun terakhir, menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pusat aktivitas onchain terbesar di dunia berkembang.
Laporan State of Crypto 2025 yang dirilis perusahaan modal ventura global a16z menempatkan Indonesia di jajaran teratas negara dengan pertumbuhan pengguna dompet kripto mobile paling signifikan sejak 2022.
Menurut laporan itu, lebih dari separuh aktivitas onchain global kini berasal dari negara berkembang seperti Indonesia, India, dan Nigeria.
Penggunaan dompet kripto mobile di Indonesia meningkat tajam, menunjukkan adopsi aset digital yang semakin luas di kalangan masyarakat ritel.
- Tokocrypto Luncurkan OTC, Permudah Investor Besar Transaksi Kripto Tanpa Ganggu Harga Pasar
- Pajak Aset Kripto Capai Rp 1,71 Triliun, Pelaku Industri Optimistis Kontribusi Terus Tumbuh
- Aset Digital Jadi Incaran Pencari Safe Haven di Tengah Gejolak Nilai Tukar Rupiah
- Aset Kripto Sumbang Rp70 Triliun ke PDB Nasional, Ikut Jadi Penggerak Ekonomi Digital Indonesia
Di tengah tren tersebut, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis dengan menyiapkan penerbitan surat berharga digital berbasis token yang didukung Surat Berharga Negara (SBN) dan dibangun di atas CBDC (Central Bank Digital Currency) rupiah digital.
Inisiatif ini disebut sebagai versi stablecoin nasional Indonesia, yang akan menjadi bentuk integrasi pertama teknologi blockchain ke dalam sistem moneter resmi negara.
“Kita akan keluarkan bagaimana sekuritas Bank Indonesia, kita ada versi digitalnya, digital rupiah Bank Indonesia dengan underlying SBN, versi stablecoin-nya nasional Indonesia,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sambutan pembukaan FEKDI–IFSE 2025 di Jakarta, Kamis (30/10).
Langkah BI tersebut dinilai sebagai sinyal kuat Indonesia tidak hanya menjadi pasar pengguna kripto yang besar, tetapi juga mulai membangun fondasi teknologi dan kebijakan moneter digital yang berkelanjutan.
“Pertumbuhan aktivitas onchain di Indonesia adalah refleksi dari peningkatan literasi digital dan kepercayaan masyarakat terhadap aset kripto,” ujar Calvin Kizana, CEO Tokocrypto.
“Kombinasi antara adopsi ritel yang masif dan inovasi kebijakan seperti stablecoin nasional menjadi momentum penting untuk membawa industri ini ke fase yang lebih matang,” ujarnya.
Calvin menambahkan, sinergi antara regulator dan pelaku industri menjadi faktor utama keberhasilan ekosistem kripto nasional.
“Dengan peran aktif Bank Indonesia dan OJK serta dukungan infrastruktur dari pelaku industri, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pusat ekonomi digital berbasis blockchain di Asia Tenggara,” katanya.
Data Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 menempatkan Indonesia di peringkat ke-7 dunia dalam adopsi kripto dan peringkat ke-4 dalam aktivitas keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan mencatat jumlah investor kripto nasional telah melampaui 18,08 juta pengguna, dengan nilai transaksi kumulatif sepanjang 2025 (year-to-date) mencapai Rp360,30 triliun.
Integrasi antara pertumbuhan organik pengguna kripto dan kebijakan digital nasional seperti CBDC rupiah digital dan stablecoin nasional diharapkan menciptakan sistem keuangan yang lebih inklusif, efisien, dan tangguh terhadap gejolak global.
“Stablecoin nasional bisa menjadi jembatan antara sistem keuangan tradisional dan ekonomi digital berbasis blockchain. Langkah ini akan memperkuat kepercayaan publik terhadap aset digital lokal dan membuka peluang besar bagi inovasi Web3 serta tokenisasi aset di Indonesia,” pungkas Calvin.









