Pro dan kontra film dokumenter Seaspiracy
Kip Anderson dan Netflix kembali menghadirkan dokumenter yang kali ini memicu kontroversi penangkapan ikan di laut, berjudul Seaspiracy.
Seaspiracy adalah judul film dokumenter Netflix yang belum lama ditayangkan. Film yang menceritakan kontroversi kehidupan laut dan industri makanan laut ini telah memicu banyak diskusi online, mulai dari pro hingga kontra.
Untuk diketahui, Seaspiracy diproduksi oleh Kip Anderson, yang sebelumnya membuat film jenis dokumenter yang sama, yakni “Cowspiracy”. Sementara itu, pembuat film asal Inggris bernama Ali Tabrizi berperan sebagai sutradara, yang juga tampil sebagai protagonis dalam dokumenter ini.
Berawal dari kecintaannya pada lumba-lumba dan paus, Tabrizi mulai tertarik dengan konservasi laut sejak ia di bangku kuliah. Keingintahuan pada hal yang ia sukai itu berujung pada usaha mengungkap dampak terhadap lingkungan dari penangkapan ikan secara komersial.
Menariknya, film dokumenter ini telah menarik banyak sekali minat, dengan pujian dan kritik dari para pecinta lingkungan. George Monbiot dari The Guardian, yang dikenal sebagai aktivis lingkungan memuji film sebagai “Eksposur yang brilian.” Sementara ulasan dari The New York Times justru menyebut film sebagai, “Tiruan murahan dari jurnalisme investigatif yang keras kepala.
Meski demikian, dengan banyaknya perhatian publik tentang polusi plastik selama ini, film dipuji karena meningkatkan kesadaran manusia tentang masalah lain yang lebih pelik, yaitu jaring penangkap ikan. Ini merupakan sampah yang lebih mendominasi laut, daripada sedotan. Dari dokumenter tersebut, kita menyadari kalau kampanye berhenti menggunakan produk plastik hanyalah pengalihan isu dari perusahaan yang memiliki kapasitas besar di industri tersebut.
Di samping itu, banyak yang menyayangkan klaim dalam film yang menyebut 46% plastik laut terdiri dari jaring ikan tanpa memberikan konteks yang memadai. Oleh karena itu, hal ini bisa menyesatkan orang untuk berpikir bahwa jaring ikan ini sepenuhnya berasal dari penangkapan ikan komersial.
Menanggapi hal tersebut, Boyan Salt sebagai salah satu penulis studi untuk Seaspiracy, yang juga pendiri proyek Ocean Cleanup mengklarifikasi melalui Twitter. Ia mengatakan, sebagian besar jaring ikan yang ditemukan di lautan berasal dari sungai.
Getting questions about @seaspiracy and the stat that 46% of plastic in the Great Pacific Garbage Patch is fishing nets.
— Boyan Slat (@BoyanSlat) March 29, 2021
I can confirm this is true - I am a co-author of that study.
Yet this doesn't necessarily mean that 46% of what enters the oceans is from fishing [THREAD????] pic.twitter.com/PlOaWeWROT
Bicara soal lingkungan dan kehidupan memang tidak akan pernah habis. Selalu ada kontroversi dan dilema siapa yang lebih penting, manusia atau lingkungan? Yang kontra pasti akan menggarisbawahi mata pencaharian yang hilang, sementara yang pro akan sangat peduli dengan rusaknya ekosistem laut, yang dapat menghancurkan Bumi secara perlahan.