Kenalan dengan Staphylococcus Hominis, bakteri penyebab bau badan
Ketika bakteri Staphylococcus Hominis bersentuhan dengan keringat, terjadi reaksi kimia yang menghasilkan senyawa berbau tajam.

Bau badan yang tidak sedap seringkali menjadi masalah yang mengganggu bagi banyak orang. Salah satu penyebab utama dari masalah ini adalah bakteri Staphylococcus Hominis. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of York menemukan bahwa bakteri ini memiliki peran penting dalam menyebabkan bau tidak sedap pada keringat manusia.
Dikutip dari The Guardian (13/4), ketika bakteri Staphylococcus Hominis bersentuhan dengan keringat, terjadi reaksi kimia yang menghasilkan senyawa berbau tajam, yang dikenal sebagai thioalcohol. Aroma tidak sedap ini dapat menjadi sangat mengganggu, terutama jika kebersihan tubuh kurang terjaga.
Mikrobioma kulit manusia merupakan lingkungan yang kompleks, dihuni oleh berbagai jenis bakteri, kuman, dan organisme mikroskopik lainnya. Kesehatan mikrobioma kulit dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genetik, pola makan, dan kebersihan secara umum. Keringat dan minyak yang dihasilkan oleh kulit membentuk lapisan pelindung yang penting, namun juga menjadi tempat tinggal bagi bakteri seperti Staphylococcus Hominis.
Bau tidak sedap yang seringkali muncul terutama di area kelenjar apokrin, yang menghasilkan keringat dengan komposisi kimia yang berbeda dari keringat yang dihasilkan oleh kelenjar ekrin. Kelenjar apokrin, yang tersebar di daerah seperti ketiak, area kemaluan, dan pangkal paha, cenderung menjadi tempat berkembang biaknya bakteri Staphylococcus Hominis.
- Apakah golongan darah kamu berisiko tinggi memicu stroke? Ini kata penelitian
- Ledakan di Siberia akibat perubahan iklim, munculkan kawah raksasa
- Pakar biologi peringatkan risiko mutasi drastis bagi manusia yang tinggal di Mars
- Penelitian: Gempa bumi dapat pengaruhi kesehatan hormonal dan siklus menstruasi wanita
Meskipun demikian, tidak semua bakteri di kulit berkontribusi negatif. Sebagian bakteri, yang dikenal sebagai bakteri baik, juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan mikrobioma kulit. Beberapa orang bahkan memilih untuk mengatasi masalah bau badan dengan menggunakan bakteri baik yang dapat mengurangi jumlah bakteri penyebab bau.
Meskipun ada beberapa cara praktis untuk mengatasi masalah bau badan, seperti menggunakan sabun antiseptik atau deodoran, penting untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap keseimbangan mikrobioma kulit. Temuan dari riset ini diharapkan dapat membantu pengembangan solusi yang lebih spesifik dan efektif untuk mengatasi masalah bau badan, seperti pengembangan deodoran yang mampu menargetkan bakteri Staphylococcus Hominis secara khusus.