sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
Selasa, 08 Mei 2018 13:43 WIB

Menelusuri GPP, babak baru perang Nvidia vs AMD

GeForce Partner Program (GPP) merupakan inisiatif Nvidia yang dianggap sebagai upaya untuk memonopoli pasar kartu grafis

Menelusuri GPP, babak baru perang Nvidia vs AMD

Nvidia belakangan memang sedang menjadi sorotan, khususnya oleh para gamer dan pengamat hardware PC. Semua itu berkat dicabutnya GeForce Partner Program (GPP) yang sangat kontroversial dan dianggap sebagai tindakan yang merugikan konsumen.

GPP merupakan inisiatif Nvidia yang pada awalnya dipromosikan sebagai program khusus untuk meningkatkan pengalaman gamer. Dalam pernyataan resminya, Nvidia mengatakan kalau GPP dapat menghadirkan transparansi kepada para gamer dalam memilih kartu grafis GeForce dan software yang tepat.

"GeForce Partner Program dirancang untuk memastikan gamer memiliki transparansi terhadap semua GPU dan software GeForce yang beredar di pasar. Program ini juga memastikan gamer memilih produk yang tepat dan membawa 'janji' dari produk GeForce," kata Partner Marketing Director Nvidia, John Teple, dikutip dari HardOCP.

Agar bisa mencapai tujuannya tersebut, Teple mengatakan perlunya kerja sama dengan berbagai vendor dan mitra Nvidia. Pihak Nvidia juga menjanjikan berbagai keuntungan bagi vendor dan mitra yang ikut dalam program ini, mulai dari dukungan promosi melalui media sosial, hingga akses ke teknologi anyar lebih dulu.

Tidak hanya itu, Nvidia juga mengatakan tidak akan membebani para vendor bahkan tidak mengharuskan mereka menanamkan sejumlah investasi di Nvidia. Wajar jika Nvidia bisa mengklaim sudah banyak vendor yang bersedia mengikuti program tersebut. Namun sejauh pernyataan tersebut, GPP memang tampak menguntungkan konsumen dan vendor. Lantas kenapa menjadi dipermasalahkan?

GPP usaha monopoli?

Kontroversi atas GPP muncul setelah tim HardOCP melakukan investigasi yang lebih mendalam. Dalam investigasinya, mereka menemukan kalau Nvidia juga memberikan persyaratan tambahan kepada vendor jika ingin ikut ke dalam program ini. Salah satu syaratnya adalah mengharuskan vendor untuk hanya menggunakan GPU GeForce di brand gaming-nya. Apa maksudnya?

Kami menggunakan brand gaming Asus, yaitu Republic of Gamers (ROG) dalam kasus ini, meski Asus belum mengumumkan secara resmi ikut ke dalam GPP. Jika Asus resmi berpartisipasi, maka mereka tidak bisa lagi merilis kartu grafis Radeon dengan embel-embel ROG. Bagi HardOCP dan beberapa pengamat hardware lainnya, hal ini dianggap sebagai upaya monopoli.

HardOCP juga mengatakan GPP bisa merusak kebebasan pengguna (khususnya gamer) dalam memilih kartu grafis, serta menghancurkan bisnis dari beberapa vendor. Jika vendor tidak ikut ke dalam GPP, Nvidia tidak akan memberikan mereka "dukungan" seperti yang disebutkan sebelumnya. Tidak hanya itu, kabarnya Nvidia juga akan menghambat distrtibusi GPU ke vendor yang tidak ikut dalam GPP, meski tidak disebutkan secara eksplisit.

Tentu saja hal tersebut secara tidak langsung memaksa vendor agar ikut ke dalam GPP. Alhasil, gerakan vendor untuk merilis kartu grafis Radeon bisa sangat terhambat dan AMD bakal kesulitan dalam memasarkan produknya. Dengan kata lain, Nvidia dianggap berusaha melakukan praktik monopoli melalui GPP.

Tapi kenapa Nvidia melakukannya? Padahal perusahaan yang dipimpin oleh Jen Hsun Huang tersebut masih menguasai pasar kartu grafis dengan pangsa pasar hingga 70 persen. Spekulasi HardOCP adalah Nvidia berusaha memperkuat posisi di pasar utamanya, yaitu kartu grafis untuk gaming karena hubungannya dengan perusahaan teknologi lain sedang tidak bagus belakangan ini.

Selain AMD yang merupakan rival utamanya, Nvidia juga tercatat sedang bermasalah dengan Apple dan Intel soal hak cipta. Sementara itu, para pesainya tersebut justru mulai bekerja sama menghadirkan produk eksklusif baru. Sebut saja kerja sama antara AMD dan Intel yang menghasilkan prosesor Intel Kaby Lake G yang tampil dengan GPU Radeon Vega.

Keberadaan prosesor tersebut mengancam posisi Nvidia yang saat ini merupakan penguasa chip grafis untuk laptop dan mini PC. Jika pengembangan Kaby Lake G dilanjutkan, bukan tidak mungkin AMD dan Intel akan menggerus pasar Nvidia karena kedua perusahaan tersebut sudah bisa saling melengkapi.

AMD "melawan"

Sebagai salah satu pihak yang paling dirugikan, AMD pun melakukan perlawanan terhadap GPP. Menggunakan kekuatan komunitas gamer sebagai senjata utamanya, AMD meluncurkan kampanye bernama "Freedom of Choice". Dalam video kampanye tersebut, AMD juga menyinggung Nvidia dan GPP-nya.

Kontroversi GPP memang sangat disayangkan jika dilewatkan oleh AMD, karena secara bisnis ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk menarik simpati komunitas gaming. Tidak hanya saat GPP, AMD juga sudah beberapa kali membuat kebijakan dan kampanye untuk "melawan" Nvidia. Ironisnya, posisi keduanya tetap sama. Nvidia tampil sebagai antagonis dan AMD hadir sebagai pihak yang teraniaya.

Kasus kontroversi GameWorks pada tahun 2015 misalnya. Menurut WCCFTech, saat itu GameWorks dikatakan telah membuat beberapa gim PC berjalan sangat buruk jika dijalankan menggunakan kartu grafis Radeon. Salah satu gim yang dipermasalahkan saat itu adalah The Witcher 3 yang mengimplementasikan teknologi Nvidia HairWorks. 

Teknologi tersebut berguna untuk mensimulasikan efek helai rambut di dalam gim. Masalahnya, HairWorks bakal membuat gim berjalan sangat tidak lancar di kartu grafis Radeon. Bahkan di beberapa kartu grafis premium Nvidia lawas, fitur ini bakal membuat gim berjalan sangat terhambat. AMD lantas mengatakan Nvidia sengaja menjegal mereka dan berusaha melakukan monopoli melalui konten.

AMD juga mengambil langkah yang bertolak belakang dengan Nvidia. Bukannya melawan eksklusivitas dengan ekslusivitas, AMD justru membuat teknologi yang terbuka dan bisa digunakan oleh siapa saja, termasuk Nvidia. Teknologi tersebut salah satunya adalah Mantle yang merupakan API grafis dengan implementasi beragam dan menjanjikan performa lebih baik ketimbang API grafis lain seperti DirectX atau OpenGL.

Kemampuan AMD dalam memanfaatkan situasi tersebut memang merupakan strategi yang sangat jitu untuk bersaing lebih lanjut dengan Nvidia. Sayangnya, hingga saat ini AMD masih belum memiliki produk yang bisa bersaing ketat dengan Nvidia di pasar kartu grafis premium. Meski demikian, belakangan ini AMD cukup sukses meraup pasar kartu grafis kelas menengah dan menaikkan pangsa pasarnya.

Akhirnya dibatalkan

Sebuah berita yang cukup mengejutkan baru-baru ini mencuat dan mengatakan kalau Nvidia resmi membatalkan GPP. Pembatalan tersebut hanya berselang beberapa minggu setelah pengumuman resminya. Dengan kata lain, umur GPP memang sangat singkat.

Dalam pengumuman resminya, Nvidia mengatakan pihaknya sengaja membatalkan program tersebut karena banyaknya "rumor dan informasi tidak benar" mengenai GPP. Nvidia juga mengatakan memilih untuk membatalkan GPP daripada melanjutkannya dan meluruskan "informasi salah" tersebut.

"Banyak informasi beredar mengenai GeForce Partner Program kami. Rumor dan informasi yang tidak benar sudah menyebar luas dan sangat cepat. Kami memilih untuk membatalkan program ini ketimbang meluruskan informasi tidak benar tersebut," tulis Nvidia di situs resminya.

Apakah Nvidia merasa upaya monopolinya kali ini gagal? Hal tersebut memang tidak akan pernah bisa dipastikan. Yang jelas, Nvidia sudah sepatutnya belajar dan memastikan strategi pemasarannya tidak kembali dimanfaatkan oleh kompetitornya. Apalagi tahun depan Intel dikabarkan akan ikut terjun ke pasar kartu grafis PC.

Share
×
tekid
back to top