Kontes ‘Miss AI’ tuai kritik karena perkuat standar kecantikan yang tidak realistis
Pada tahun 2024, platform influencer bernama Fanvue mengumumkan hasil dari kontes “Miss AI” pertamanya.
Kenza Layli/Instagram
Pada tahun 2024, platform influencer bernama Fanvue mengumumkan hasil dari kontes “Miss AI” pertamanya. Kontes ini bertujuan untuk menilai influencer media sosial yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) dan sekaligus menjadi strategi publisitas yang nyaman.
“Pemenangnya” adalah seorang influencer fiktif dari Maroko bernama Kenza Layli, yang memiliki lebih dari 200.000 pengikut di Instagram. Dilansir dari Ars Technica (16/7), namun kontes ini telah menarik kritik dari perempuan di dunia AI.
Kritik terhadap kontes ini muncul karena penggunaan AI untuk menciptakan citra perempuan yang ideal. Dalam dunia yang masih sangat kurang dalam keragaman gender, penggunaan AI untuk menghasilkan gambaran tentang kecantikan yang tidak realistis menjadi perhatian.
Dr. Sasha Luccioni, seorang peneliti AI dari Hugging Face, menyatakan bahwa kontes ini merupakan “batu loncatan lain dalam perjalanan menuju objektifikasi perempuan dengan AI” dan menyayangkan hal tersebut.
- DeepSeek Rilis Model AI V3.2 dan V3.2 Speciale: Tantang Dominasi GPT-5 dan Gemini 3 Pro
- AWS re:Invent 2025 Jadi Pembuktian Reformasi AI AWS dengan Chip Baru, UltraServer, dan Layanan Mandiri
- Nvidia Perkenalkan Model ‘Alpamayo-R1’, Model AI untuk Pengembangan Kendaraan Otonom Tingkat Lanjut
- 3 Tahun ChatGPT: Perkembangan Teknologi AI yang Mengubah Dunia
Kontes “Miss AI” ini juga menunjukkan bagaimana pemalsuan yang dihasilkan oleh AI telah meresap ke dalam budaya, hingga sejumlah media sekarang merujuk pada gambar-gambar AI yang menggambarkan orang palsu seolah-olah mereka manusia sungguhan.
Kenza Layli, yang sepenuhnya dihasilkan oleh AI mulai dari gambar hingga keterangan dan pidato penerimaan, menjadi perbincangan di media sebagai "influencer gaya hidup Maroko yang berharap membawa ‘keberagaman dan inklusivitas’ ke lanskap pencipta AI".
Kontes “Miss AI” ini menggambarkan bagaimana perkembangan teknologi AI juga membawa tantangan etika dan sosial yang perlu diperhatikan secara serius. Semoga kita dapat terus mempertimbangkan dampak dan implikasi dari penggunaan AI dalam berbagai aspek kehidupan.









