Google dan OpenAI Luncurkan Pembaruan Model AI dalam Waktu Berdekatan, Sinyal Perang AI Makin Intens
Persaingan Google dan OpenAI memanas setelah peluncuran Gemini 3 Pro Deep Research dan GPT-5.2 yang saling klaim unggul dalam akurasi dan reasoning
Penggunaan ChatGPT. dok. freepik.com
Persaingan dua raksasa kecerdasan buatan, Google dan OpenAI, kembali memanas setelah keduanya meluncurkan inovasi besar dalam waktu nyaris bersamaan.
Google memperkenalkan versi “reimagined” dari agen risetnya, Gemini Deep Research, yang kini dibangun di atas Gemini 3 Pro, sementara OpenAI mengumumkan model frontier barunya, GPT-5.2, yang diklaim sebagai model paling canggih yang pernah mereka rilis.
Google merilis agen Gemini Deep Research versi terbaru dengan kemampuan yang jauh lebih maju dibandingkan generasi sebelumnya.
Model ini dirancang untuk menangani konteks ekstra panjang, menyintesis data dalam jumlah besar, dan melakukan analisis berlapis-lapis untuk tugas seperti uji kelayakan, riset farmasi hingga analisis risiko.
- Prediksi Tren AI Analog Devices: Makin Terasa Nyata dengan Physical AI dan Desentralisasi di Perangkat Humanoid
- Lonjakan Agentic AI Picu Peningkatan Risiko Siber: F5 Peringatkan Kesenjangan Keamanan API di Asia Pasifik
- Riset Coursera: Minat Belajar AI Melonjak, Indonesia Masuki Fase Baru Pembangunan Talenta Digital
- Studi OpenAI : AI Hemat Waktu Kerja Hingga Satu Jam per Hari
Model baru ini kini dapat disematkan langsung ke aplikasi pihak ketiga melalui Interactions API, memberi pengembang kendali lebih besar dalam membangun agen AI di era komputasi otonom.
Google juga mengumumkan rencana integrasi Deep Research ke seluruh ekosistemnya, mulai dari Search, Finance, NotebookLM, hingga aplikasi Gemini, sebuah langkah strategis menuju masa depan di mana agen AI yang mencari informasi, bukan manusia.
Google menekankan kemampuan Gemini 3 Pro, model yang disebut paling faktual dan minim halusinasi dalam portofolionya, menjadi fondasi keunggulan mereka dalam deep reasoning jangka panjang.
Untuk membuktikan klaim tersebut, Google meluncurkan benchmark baru bernama DeepSearchQA, sekaligus menguji modelnya pada benchmark independen seperti Humanity’s Last Exam dan BrowserComp, di mana agen Google unggul di sebagian besar pengujian—meski ChatGPT 5 Pro sempat menyalip pada BrowserComp.
Di hari yang sama, OpenAI merilis GPT-5.2, atau “Garlic”, dalam tiga varian: Instant, Thinking, dan Pro. Model ini diklaim sebagai lompatan besar untuk kasus penggunaan profesional dan pengembangan aplikasi.
Chief Product Officer OpenAI Fidji Simo, mengatakan GPT-5.2 dirancang untuk menciptakan lebih banyak nilai ekonomi, dengan kemampuan mempercepat pembuatan spreadsheet, presentasi, coding, analisis gambar, riset, hingga proyek multi-langkah yang kompleks.
Varian Thinking menjadi pusat perhatian karena unggul pada banyak benchmark ketat seperti SWE-Bench Pro (rekayasa perangkat lunak), GPQA Diamond (pengetahuan sains tingkat doktoral), dan ARC-AGI (penalaran abstrak)
Peneliti Aidan Clark menegaskan peningkatan skor matematika GPT-5.2 bukan soal angka semata, tetapi soal kemampuan model mengikuti logika berurutan, menjaga konsistensi, dan mencegah kesalahan komputasional yang bisa merusak keseluruhan output.
OpenAI menyatakan GPT-5.2 Thinking memiliki 38% lebih sedikit error dibanding pendahulunya, menjadikannya kandidat kuat sebagai model reasoning paling stabil untuk penggunaan harian, enterprise, maupun agentic workflows.
Peluncuran GPT-5.2 juga menjadi bagian dari respons internal “code red” yang disebutkan The Information, terkait turunnya trafik ChatGPT dan meningkatnya dominasi Gemini 3 di leaderboard global.
OpenAI kini mengalihkan fokusnya dari monetisasi iklan menjadi peningkatan pengalaman ChatGPT dan dominasi teknologi.









