sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
  • Home
  • Review
  • Review headset gaming Acer Predator Galea 500
Senin, 10 Sep 2018 15:43 WIB

Bagus, tapi perlu perbaikan rancang bangun

Acer juga punya headset gaming bernama Predator Galea 500, bagaimana performanya saat bermain gim? Simak ulasan lengkap berikut ini

Bagus, tapi perlu perbaikan rancang bangun

Jika Anda adalah seorang gamer, pasti memerlukan perangkat yang mendukung agar dapat bermain secara optimal. Salah satu perangkat tersebut adalah headset gaming. Para gamer menggunakan headset agar dapat menikmati tata suara di dalam gim sekaligus mendengar setiap perintahnya agar gim berjalan lancar. Salah satu headset gaming terbaru hadir dari Acer dengan model Predator Galea 500. Headset ini dilengkapi dengan sebuah modul yang memungkinkan Anda mengatur equalizer, efek surround dan sebagainya.

Desain

Tidak berbeda dari headset gaming secara umum, Predator Galea 500 memiliki tampilan gahar dengan rancang bangun around-ear. Bagian paling atas dilapisi dengan sepasang lempengan logam tipis. Material tersebut berguna untuk memberikan daya cengkram untuk masing-masing kepala pengguna. Meski tipis, lempengan logam tersebut terasa kuat sehingga tidak akan patah ketika headphone direnggangkan.

Tepat di bawah lempengan logam, ada headband yang terbuat dari bahan mirip kulit serta aksen jahitan di bagian tepinya. Pada kedua ujung headband, Predator Galea 500 dilengkapi dengan karet agar dapat menyesuaikan ukuran kepala Anda. Ya, headset gaming ini mengandalkan mekanisme karet ketimbang mekanisme geser untuk penyesuaian pada ukuran kepala.

Saya pribadi lebih menyukai mekanisme geser ketimbang karet. Pasalnya, saya dapat lebih mengatur tingkat kecocokan ukuran kepala secara lebih optimal dibandingkan dengan hanya sekedar karet. Beralih ke bagian bantalan telinga, bahan yang digunakannya terasa lembut dan sangat tebal. Mengingat Predator Galea 500 masuk ke dalam jenis around-ear, tentu saja bantalan telinga yang dimilikinya berukuran besar.

Lantaran memiliki dimensi tebal, bantalan telinga ini terasa nyaman ketika berada di telinga saya. Sekali lagi, karena menggunakan mekanisme karet, saya merasa Predator Galea 500 kurang pas ketika saya memakainya. Bantalan telinga juga tidak secara optimal ‘menyantol’ di kedua telinga saya; dan karena memiliki bobot relatif berat, headset agak menurun ke bawah ketika saya gunakan, sehingga bagian bawah bantalan telinga tidak menutupi telinga secara keseluruhan. Alhasil, saya dapat mendengar suara sekitar; dan sebaliknya, suara pada headset akan terdengar oleh orang-orang.

Unit headset Predator Galea 500 yang saya uji coba memiliki warna hitam secara keseluruhan. Namun ketika saya menghubungkan kabelnya ke PC atau laptop, terlihat logo Predator berwarna biru yang berpendar di masing-masing sisi unit driver. Hal ini dapat meningkatkan estetika ketika bermain di ruang gelap/ Kabel milik headset ini cukup panjang sehingga saya hampir tidak memiliki batasan ketika menyolokannya ke port USB laptop atau PC. Sebagai informasi, port antarmuka headset gaming ini hanya menggunakan USB. Ini adalah hal yang wajar untuk headset gaming.

Performa

Berbicara soal kabel, Anda tidak perlu khawatir akan terjadi kekusutan karena ia dilapisi dengan material mirip nilon. Selain itu, material ini juga menjadikan kabel terasa lebih kuat dan tidak mudah putus. Kabel tersebut juga dilengkapi dengan sebuah modul yang memungkinkan Anda mengatur kualitas suara Predator Galea 500. Modul ini berukuran cukup besar sehingga mampu menampung beberapa tombol. Anda dapat menemukan mikrofon di dekat driver sebelah kiri. Mikrofon ini dapat dimasukkan ketika tidak digunakan. Sangat mudah untuk melakukan hal tersebut, cukup dorong hingga seluruhnya masuk ke dalam unit driver.

Tombol yang ada di modul tersebut adalah Mic Mute, Volume Up/Down, Calibrate, EQ, dan tombol yang berukuran paling besar adalah 3D Soundscape. Tombol terakhir berguna untuk melebarkan efek stereo dan menghadirkan efek surround virtual. Ketika tombol 3D Soundscape diaktifkan, Anda tidak dapat menggunakan efek equalizer. Tombol equalizer sendiri memungkinkan Anda memiliki tiga preset seperti Music, Movie, dan Sport. Sudah dapat dikatakan ketiga preset tersebut patut dipilih sesuai dengan konten yang diputar.

Ketika saya menguji dengan bermain gim Ghost Recon Wildlands, efek suara surround virtual pada mode 3D Soundscape memang memberikan pengalaman yang berbeda. Namun suara perintah yang ada di dalam gim seharusnya berada di tengah malah terdengar agak ke channel kiri. Oleh karena itu, saya lebih suka mengaktifkan equalizer ketimbang menggunakan 3D Soundscape.

Pada gim tersebut, saya merasa paling cocok dengan memilih equalizer Movie. Selama bermain, Predator Galea 500 memiliki separasi channel yang cukup baik karena saya dapat menentukan arah datangnya lawan. Kalau sudah begini, saya dapat dengan cepat memutuskan antara melawan balik atau kabur. Suara desingan peluru dapat tersalurkan dengan sangat baik. Saya mendengar suara berciri khas dari masing-masing senapan yang digunakan. Saat ada di pesawat, suara angin kurang terdengar alami. Meski demikian, masih dapat dimaklumkan karena tidak terlalu melenceng jauh.

Detil suara terdengar lumayan, ketika suara gema angin sedang bertiup dari segala penjuru, saya masih dapat mendengar perintah di dalam gim. Sayangnya, karena daya cengkram kurang bagus, saya tidak dapat dengan leluasa menggerakan kepala agar headphone ini tidak jatuh; atau setidaknya meleset. Karena jika kedua hal tersebut terjadi, saya harus menjeda (pause) gim dan selanjutnya membenarkan posisi headphone. Oleh karenanya, saya menggerakan kepala secukupnya saja dan tidak terlalu cepat menggerakan kepala.

Setelah mengetahui performanya ketika bermain gim, saya pun berlanjut menonton film berjudul “Asterix and Obelix: Meet Cleopatra.” Selama menonton film yang dirilis tahun 2002 tersebut, frekuensi menengah dapat ditangani dengan baik jadi suara masing-masing pemeran dapat saya dengar dengan jelas. Pemisahan suara stereo juga terbilang baik. Pada film komedi aksi ini, suara efek ledakan kurang terasa dahsyat. Artinya, frekuensi rendah kurang ditangani dengan baik oleh headset ini.

Kesimpulan

Seharusnya headset gaming ini memiliki suara yang lebih baik lagi jika rancang bangun yang dihadirkan didesain dengan baik. Mengapa rancang bangun menjadi faktor kualitas suara? Seperti yang telah saya jelaskan tadi, headset ini kurang terlalu asik dikenakan karena terasa kendur di kepala. Oleh karena itu, ada suara yang keluar dari sela-sela bantalan telinga sehingga tidak tertutup rapat. Bermain gim juga tidak akan terlalu fokus jika Anda selalu mengkhawatirkan headset akan lepas atau bergeser.

Beruntung modul yang terintegrasi pada kabel sangat mudah dijangkau dan diakses meski tanpa melihatnya. Berdasarkan pengalaman saya, kita akan menghafal letak-letak masing-masing tombol di modul tersebut setelah menggunakannya dalam beberapa lama. Soal harga, Acer membanderol headset gaming Predator Galea 500 dengan harga Rp 2.499.000.

 
Acer Predator Galea 500
Bagus ...
  • Detil suara tidak tumpang tindih
  • Ada pengatur equalizer
  • Fitur 3D Soundscape
Kurang ...
  • Rancang bangun kurang bagus
  • Frekuensi bawah seharusnya lebih baik
  • Mekanisme karet
Share
×
tekid
back to top