Riset Ungkap Anak-Anak Kian Akrab dengan Chatbot AI, Bahkan Sejak Usai TK
Riset Pew ungkap anak-anak usia 5–12 mulai gunakan ChatGPT dan Gemini. Pakar ingatkan pentingnya peran orang tua mengawasi interaksi AI.
Anak dengan gadget. dok. Freepik
Kecerdasan buatan (AI) kini bukan hanya milik orang dewasa. Survei terbaru dari Pew Research Center mengungkap anak-anak usia 5 hingga 12 tahun kini mulai menggunakan chatbot AI seperti ChatGPT dan Gemini.
Dalam survei terhadap lebih dari 3.000 orang tua di Amerika Serikat, ditemukan bahwa 3% anak usia 5–7 tahun sudah pernah berinteraksi dengan chatbot, angka itu naik menjadi 7% di usia 8–10 tahun, dan mencapai 15% di usia 11–12 tahun.
Secara keseluruhan, sekitar 8% anak di bawah 13 tahun pernah menggunakan chatbot, atau hampir 1 dari 10 anak.
Selain chatbot, penggunaan asisten suara seperti Alexa dan Siri juga tergolong tinggi, sekitar 40% anak di bawah 12 tahun telah menggunakan teknologi tersebut.
- DeepSeek Rilis Model AI V3.2 dan V3.2 Speciale: Tantang Dominasi GPT-5 dan Gemini 3 Pro
- AWS re:Invent 2025 Jadi Pembuktian Reformasi AI AWS dengan Chip Baru, UltraServer, dan Layanan Mandiri
- Nvidia Perkenalkan Model ‘Alpamayo-R1’, Model AI untuk Pengembangan Kendaraan Otonom Tingkat Lanjut
- 3 Tahun ChatGPT: Perkembangan Teknologi AI yang Mengubah Dunia
Namun, di balik angka itu, orang tua masih merasa kesulitan mengontrol penggunaan layar.
Sebanyak 42% orang tua mengakui mereka bisa lebih baik dalam mengatur waktu layar anak, sementara 58% lainnya merasa sudah melakukan yang terbaik. Mayoritas anak di kelompok usia ini juga tercatat aktif menggunakan televisi (90%), tablet (68%), dan smartphone (61%).
Tren meningkatnya penggunaan AI di kalangan anak-anak membuat banyak pihak khawatir. Pada Agustus lalu, OpenAI menambahkan fitur kontrol orang tua (parental controls) setelah adanya gugatan dari sebuah keluarga yang menuduh chatbot berperan dalam kasus bunuh diri anak berusia 16 tahun.
Beberapa negara bagian di AS juga mulai mengeluarkan peringatan terhadap perusahaan AI terkait potensi risiko teknologi bagi anak-anak.
Pakar parenting digital dari Bark Technologies Titania Jordan menilai para orang tua saat ini sedang menghadapi “era baru” seperti halnya saat internet, smartphone, dan media sosial pertama kali muncul.
"Orang tua perlu mempelajari semua hal tentang AI dan chatbot agar bisa membicarakan risiko yang mungkin timbul kepada anak. Kalau tidak, anak-anak akan belajar dari teman-teman mereka tanpa bimbingan yang tepat," kata Jordan.
Jordan mengakui chatbot bisa berguna untuk mengerjakan tugas sekolah atau proyek kreatif, namun memperingatkan bahwa banyak anak kini mulai membentuk hubungan emosional dengan chatbot, yang dapat berisiko bagi perkembangan sosial mereka.
"“Anak-anak harus tahu bahwa chatbot bukan pengganti manusia dan tidak semua informasi yang mereka berikan bisa dipercaya," ujarnya.
Ia juga menyarankan orang tua untuk menunjukkan contoh nyata tentang bagaimana anak lain pernah terluka atau disesatkan oleh AI, agar mereka memahami risikonya.
Fenomena ini memperlihatkan AI kini menjadi bagian dari masa kecil generasi digital, dan peran orang tua menjadi semakin penting, bukan untuk menjauhkan anak dari teknologi, melainkan membimbing mereka agar lebih bijak menggunakannya.









