×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Di Balik Pesatnya AI, Pusat Data Mengonsumsi Listrik dan Air dalam Jumlah Masif

Oleh: Haidhar Ali Faqih - Kamis, 18 Desember 2025 16:30

Masifnya penggunaan AI turut mendorong penggunaan air dan listrik dalam jumlah besar sebagai energi untuk mendukung kelancaran proses.

Pusat Data AI Konsumsi Listrik dan Air dalam Jumlah Masif Ilustrasi pusat data.dok. Freepik

Perkembangan Kecerdasan Buatan (AI) terus melaju pesat dan semakin memengaruhi berbagai sektor kehidupan, mulai dari industri, pendidikan, hingga layanan publik. 

Meski demikian, di balik manfaat tersebut terdapat tantangan besar yang kerap luput disorot, yaitu pusat data (data center) AI yang beroperasi tanpa henti dan mengonsumsi energi listrik dalam jumlah besar.

Pusat data sendiri merupakan bangunan besar yang menampung perangkat keras komputer untuk menyimpan dan memproses informasi digital. Pada dasarnya, pusat data berfungsi sebagai tulang punggung internet.

Laporan terbaru Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) mencatat, di 2024 pusat data global mengonsumsi sekitar 415 terawatt-jam (TWh) listrik atau sekitar 1,5% dari total konsumsi listrik dunia. 

Amerika Serikat menjadi penyumbang terbesar dengan 45%, disusul China 25%, dan Eropa 15%. 

Meski angkanya terlihat kecil, namun dampaknya sangat signifikan, terutama di wilayah yang menjadi lokasi konsentrasi pusat data.

Pusat Data AI Jadi Penyebab

IEA mengungkap bahwa pusat data yang menopang sistem AI akan menjadi salah satu konsumen listrik terbesar dunia dalam satu dekade ke depan.

Berbeda dengan pusat data konvensional, pusat data yang berfokus pada AI membutuhkan daya listrik jauh lebih besar. 

Fasilitas ini dipenuhi chip komputasi berperforma tinggi yang harus beroperasi tanpa henti dan memerlukan sistem pendinginan intensif.

IEA menyebutkan satu pusat data AI dapat mengonsumsi listrik setara dengan kebutuhan 100.000 rumah tangga. Bahkan, beberapa pusat data skala besar yang saat ini sedang dibangun diperkirakan membutuhkan energi hingga 20 kali lipat lebih besar.

Konsumsi energi tersebut diproyeksikan terus meningkat dan pada 2030, permintaan listrik pusat data diperkirakan lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 1.050 TWh. 

Dalam skenario lain IEA, menyebutkan angka ini bisa mencapai 1.300 TWh pada 2035.

Selain itu, Fasilitas ini juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan iklim. Dengan menggunakan listrik yang tidak berbasis energi rendah karbon atau belum sepenuhnya terberkarbonasi pusat data ini dapat menyumbangkan emisi karbon (CO₂) yang besar.
Lebih dari itu, pusat data AI juga mengonsumsi miliaran galon air setiap tahun untuk sistem pendingin yang berfungsi menjaga perangkat keras komputasi tetap beroperasi pada suhu aman.

Potensi Pemanfaatan Energi Terbarukan

Untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat, IEA memprediksi bahwa sekitar 50% tambahan listrik pusat data hingga 2035 akan berasal dari energi terbarukan, seperti penggunaan energi angin dan matahari.

Kedua jenis energi ini dianggap memiliki waktu pengembangan yang lebih singkat serta biaya yang lebih efisien.

Namun, karena sifatnya yang tidak selalu tersedia, energi terbarukan tetap perlu didukung oleh sumber lain. IEA memperkirakan penggunaan gas alam dan nuklir akan meningkat signifikan untuk pembangkit listrik, khususnya di Amerika Serikat, China, dan Jepang. 

penggunaan Reaktor nuklir modular kecil (Small Modular Reactors/SMR) kemungkinan mulai akan beroperasi sekitar 2030 untuk membantu pusat data AI. 

Selain itu, IEA memprediksi Tambahan pasokan listrik hingga 2035 akan berasal dari kombinasi beberapa sumber energi, yakni energi terbarukan seperti angin dan surya sebesar sekitar 480 TWh, diikuti gas alam sekitar 180 TWh, serta energi nuklir sekitar 190 TWh.

IEA menekankan pentingnya koordinasi erat antara industri teknologi dan sektor energi. Melalui penentuan lokasi pusat data yang tepat, penguatan infrastruktur jaringan listrik, serta pemanfaatan energi bersih, kebutuhan energi AI dinilai masih dapat dipenuhi tanpa menyedot energi Kelistrikan berlebih. 

×
back to top