Pembangunan Masif Data Center AI Picu Lonjakan Tagihan Listrik Hingga 267 Persen
Ledakan pembangunan pusat data AI di AS membuat harga listrik grosir naik hingga 267 persen dalam 5 tahun
Ilustrasi pusat data. dok. Freepik
Masifnya pembangunan pusat data atau data center untuk kecerdasan buatan (AI) di Amerika Serikat kini mulai berdampak langsung pada masyarakat.
Penyelidikan Bloomberg menemukan bahwa biaya listrik grosir naik tajam hingga 267% dalam lima tahun terakhir di wilayah yang menjadi pusat data, dan kenaikan ini ikut dibebankan ke pelanggan rumah tangga maupun bisnis.
Pusat data yang menopang layanan seperti cloud storage, video streaming, hingga pelatihan model AI membutuhkan pasokan listrik dan air dalam jumlah masif.
Diperkirakan konsumsi listrik pusat data akan berlipat ganda pada 2035, seiring ekspansi pembangkit untuk memenuhi permintaan data global.
- DeepSeek Rilis Model AI V3.2 dan V3.2 Speciale: Tantang Dominasi GPT-5 dan Gemini 3 Pro
- AWS re:Invent 2025 Jadi Pembuktian Reformasi AI AWS dengan Chip Baru, UltraServer, dan Layanan Mandiri
- Nvidia Perkenalkan Model ‘Alpamayo-R1’, Model AI untuk Pengembangan Kendaraan Otonom Tingkat Lanjut
- 3 Tahun ChatGPT: Perkembangan Teknologi AI yang Mengubah Dunia
Tidak hanya perusahaan besar seperti Microsoft, Google, Meta, Amazon, dan OpenAI yang berinvestasi besar pada pusat data, tetapi juga membangun sumber energi mereka sendiri, termasuk tenaga nuklir, untuk memenuhi kebutuhan daya.
OpenAI bahkan tengah membangun pusat data raksasa di Abilene, Texas, dan merencanakan lima proyek serupa di berbagai wilayah AS.
Dampak ke Konsumen
Lonjakan harga listrik bukan hanya dirasakan warga sekitar pusat data. Karena jaringan listrik nasional terhubung, rumah tangga jauh dari pusat data pun ikut terbebani.
Biaya tambahan juga muncul untuk pemeliharaan dan ekspansi infrastruktur listrik yang sudah menua.
“Kendala terbesar proyek pusat data bukan hanya pembangkitan energi, tapi kemampuan untuk menghubungkan dan menyalurkan daya ke jaringan listrik,” kata James Russell, konsultan di Charles River Associates.
Ia menambahkan, upaya peningkatan kapasitas ini terjadi dalam skala yang belum pernah terlihat selama beberapa generasi.
Sebagian besar infrastruktur listrik di AS sudah berusia 50–60 tahun dan masih berbasis analog, membuatnya rentan.
CEO Heimdall Power Jørgen Festervoll, menyebut teknologi baru seperti sensor pintar dan dynamic line rating bisa meningkatkan kapasitas transmisi hingga 40% tanpa harus membangun jalur baru yang memakan waktu 7–10 tahun.
“Teknologi ini ibarat Apple Watch untuk jaringan listrik, memberi data real-time agar operator bisa mencegah gangguan sebelum terjadi,” jelas Festervoll.
Beberapa perusahaan teknologi kini mengambil langkah alternatif, seperti membangun pembangkit energi terbarukan sendiri di dekat pusat data atau berkolaborasi dengan operator lokal agar pasokan energi lebih cepat tersedia.
Strategi ini dikenal dengan istilah behind the meter generation.
Lonjakan konsumsi energi akibat AI ini menunjukkan paradoks besar, yaitu inovasi digital masa depan membutuhkan infrastruktur energi yang jauh lebih besar, sementara transisi ke energi bersih masih berjalan lambat.









