Studi Vero: Newsfluencer Jadi Jembatan Baru antara Media dan Publik di Era Digital
Studi Vero ungkap peran newsfluencer sebagai jembatan antara media dan publik, membawa cara baru masyarakat mengonsumsi berita di era digital.
Ilustrasi newsfluencer. dok. Vero
Lanskap pemberitaan di Indonesia terus berevolusi seiring munculnya fenomena baru: newsfluencer, generasi kreator digital yang menggabungkan jurnalisme dan pengaruh media sosial untuk menjembatani arus informasi dengan publik.
Temuan ini diungkapkan dalam studi regional terbaru dari Vero, yang menyoroti peran newsfluencer sebagai bagian penting dalam ekosistem informasi modern.
Newsfluencer hadir bukan untuk menggantikan media arus utama, tetapi memperluas cara publik memahami isu-isu sosial, politik, dan budaya dengan pendekatan yang lebih dekat, ringan, dan kontekstual.
Senior Advisor Vero untuk ASEAN Chatrine Siswoyo mengatakan, newsfluencer mencerminkan cara baru masyarakat menerima informasi, sekaligus menambah dimensi baru dalam lanskap pemberitaan di Indonesia.
- Indonesia Dinilai Perlu Perkuat Infrastruktur dan Akselerasi Investasi Digital
- Antisipasi Musim Belanja Akhir Tahun, Pelaku Retail Harus Berpikir Seperti Perusahaan Teknologi Hadapi Lonjakan Data
- Penggunaan AI Makin Masif di Indonesia, Infrastruktur Digital Jadi Pendorong Inovasi
- DANA Premium Mini Bikin Anak Remaja Bisa Punya Dompet Digital Bermodal KIA, Orang Tua Tetap Pegang Kendali
“Audiens Asia Tenggara kini menuntut informasi yang cepat, mudah diakses, dan menarik. Kreator berita ini mampu menyederhanakan isu kompleks menjadi narasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari,” katanya.
Dari hasil analisis terhadap hampir 100 profil newsfluencer di Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, Vero mengidentifikasi lima karakter utama dalam lanskap berita digital Asia Tenggara, empat di antaranya paling dominan di Indonesia.
Pertama, watchdogs yang berperan sebagai penjaga publik yang mengkritisi kebijakan dan kekuasaan serta memberi konteks mendalam di balik isu nasional.
Kedua, explainers, yang merupakan para ahli di bidangnya yang menerjemahkan isu kompleks menjadi wawasan praktis bagi masyarakat.
Ketiga, satirists yang menggunakan humor dan sindiran tajam untuk membahas isu sensitif atau memecah opini publik.
Keempat, simplifiers yang menyajikan rangkuman berita harian dalam format singkat dan mudah dipahami untuk audiens digital yang serba cepat.
Empat kategori ini mencerminkan budaya digital Indonesia yang mengutamakan pemikiran kritis dan gaya bercerita yang mudah dicerna.
Seiring meningkatnya minat publik terhadap isu politik, tata kelola, dan keadilan sosial, kehadiran para newsfluencer menjadi penyeimbang antara komentar publik dan komunitas digital, membantu masyarakat menavigasi isu-isu kompleks dengan cara yang informatif, relevan, dan manusiawi.
Istilah newsfluencer berasal dari gabungan kata news (berita) dan influencer (pemengaruh). Mereka adalah individu yang memproduksi dan menyebarkan konten berita secara independen melalui media sosial, tanpa bergantung pada lembaga pers konvensional.
Meski demikian, mereka tetap berdiri di atas kredibilitas yang dibangun oleh media arus utama.
Para newsfluencer menghadirkan lapisan tambahan dalam konsumsi berita, dengan gaya penyampaian yang lebih personal, interaktif, dan dekat dengan kehidupan publik sehari-hari.
Menurut Vina Muliana, content creator sekaligus Co-Founder Creators Association of Southeast Asia (CASA), fenomena ini menandai transformasi besar dalam ekosistem komunikasi digital.
“Studi ini menggambarkan transformasi peran kreator menjadi aktor dalam diskursus kewarganegaraan. Tahap selanjutnya adalah menjadikan pengaruh mereka sebagai tanggung jawab, dengan memperkuat etika, literasi media, dan independensi kreator. Inilah masa depan ruang publik digital yang sehat di Indonesia,” ujarnya.
Vero menekankan newsfluencer tumbuh karena independensi dan kejujuran dalam menyuarakan isu-isu kompleks. Kepercayaan publik terhadap mereka lahir dari kombinasi antara keaslian gaya komunikasi dan keberanian menyuarakan opini berdasarkan fakta.
Chief Commercial Officer dan Head of Influence Vero Umaporn Whittaker-Thompson menjelaskan bekerja sama dengan newsfluencer memerlukan pendekatan yang berbeda dari kolaborasi influencer biasa.
“Newsfluencer tumbuh karena keteguhan mereka dalam mengungkap kebenaran di balik isu-isu kompleks di tengah masyarakat. Bagi brand, bekerja sama dengan newsfluencer berarti siap terlibat dalam percakapan yang melampaui sekadar promosi. Kredibilitas mereka justru menjadi kekuatan yang membawa nilai jangka panjang,” jelasnya.
Vero juga menyoroti pentingnya alat ukur kredibilitas seperti TrueVibe, yang dapat membantu brand menilai keandalan kreator dan tingkat keterlibatan audiens sebelum menjalin kolaborasi strategis.









