×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

China Dikabarkan Lakukan Eksperimen Bangun Pusat Data di Bawah Laut

Oleh: Tek ID - Selasa, 14 Oktober 2025 13:42

China menguji pusat data bawah laut untuk menghemat energi hingga 90%, memanfaatkan arus laut sebagai pendingin alami demi infrastruktur hijau.

China Lakukan Eksperimen Bangun Pusat Data di Bawah Laut Ilustrasi pusat data.dok. Freepik

China tengah menyiapkan eksperimen besar dengan membangun pusat data bawah laut. Proyek ambisius ini bertujuan memanfaatkan suhu dingin alami laut untuk menghemat energi dan memangkas jejak karbon yang dihasilkan pusat data konvensional di darat.

Dikutip dari TechRadar, langkah tersebut dipimpin oleh Highlander Digital Technology, perusahaan berbasis di Beijing yang akan menempatkan serangkaian kapsul komputasi bawah laut di lepas pantai Shanghai. 

Setiap unit akan berisi server berperforma tinggi yang didinginkan oleh arus laut, menggantikan sistem pendingin mekanis yang selama ini menjadi sumber konsumsi energi terbesar pada pusat data tradisional.

Teknologi ini diklaim mampu mengurangi konsumsi energi untuk pendinginan hingga 90%. Dalam uji coba sebelumnya di Pulau Hainan, metode serupa disebut dapat menghemat lebih dari 122 juta kWh listrik dan 105 ribu ton air setiap tahun.

Pusat data bawah laut ini akan melayani berbagai klien besar, termasuk China Telecom dan sebuah perusahaan milik negara yang berfokus pada pengembangan alat berbasis kecerdasan buatan (AI). 

Proyek ini juga sejalan dengan dorongan pemerintah China untuk membangun infrastruktur digital yang ramah lingkungan dan mendukung target emisi karbon rendah.

Menariknya, sebagian besar energi untuk menjalankan fasilitas ini akan bersumber dari pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai di sekitar Shanghai. Highlander memperkirakan hingga 95% energi operasionalnya akan berasal dari sumber terbarukan.

Konsep pusat data bawah laut sebenarnya bukan hal baru. Antara 2013 hingga 2024, Microsoft sempat melakukan eksperimen serupa lewat proyek Project Natick, yang menempatkan kapsul server kedap air di lepas pantai Skotlandia. 

Hasilnya menunjukkan tingkat kegagalan perangkat di bawah laut hanya seperdelapan dari pusat data di darat.

Namun, Microsoft akhirnya menghentikan proyek tersebut pada 2024 karena tantangan teknis seperti kesulitan dalam pemeliharaan, pembaruan perangkat keras, dan aksesibilitas lokasi. 

Faktor-faktor itulah yang kini juga menjadi sorotan terhadap proyek ambisius China ini.

Meski berpotensi menjadi terobosan besar dalam komputasi berkelanjutan, proyek ini masih menyisakan banyak pertanyaan. 

Para ahli menyoroti kemungkinan gangguan sinyal atau serangan berbasis gelombang suara, serta tantangan logistik dalam mengganti perangkat rusak di dasar laut tanpa biaya besar.

Jika berhasil, pusat data bawah laut bisa menjadi model global bagi infrastruktur digital masa depan yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan. Namun jika gagal, eksperimen ini bisa menjadi pengingat bahwa tidak semua solusi teknologi bisa bertahan di kedalaman laut.

Tag

Tagar Terkait

×
back to top