Cerita di Balik Gangguan pada Amazon Web Service yang Tumbangkan Ribuan Layanan Digital
Gangguan besar Amazon Web Services (AWS) membuat ribuan situs global lumpuh, dari Reddit hingga Roblox. Amazon memastikan kini sudah pulih.
Logo Amazon Web Service. dok. Amazon
Gangguan besar pada layanan Amazon Web Services (AWS) menyebabkan ribuan situs dan aplikasi global, termasuk Reddit, Roblox, Snapchat, hingga PlayStation Network, sempat tidak bisa diakses pada Senin (20/10).
Menurut keterangan resmi Amazon, masalah teknis tersebut berawal pada Minggu malam pukul 23.49 waktu Pasifik (PT) atau Senin siang WIB dan baru benar-benar pulih sekitar pukul 15.53 PT atau Selasa dini hari WIB, setelah hampir 16 jam gangguan berlangsung.
Selama masa gangguan, berbagai layanan penting, mulai dari perbankan daring, layanan komunikasi, game online, hingga e-commerce, ikut terdampak, menunjukkan betapa besarnya ketergantungan dunia digital terhadap satu penyedia infrastruktur cloud.
“Seiring waktu, kami mengurangi pembatasan operasi (throttling) dan bekerja paralel untuk memulihkan konektivitas jaringan hingga seluruh layanan kembali normal,” tulis Amazon dalam pembaruan status resminya, dikutip dari CNet.
- AWS re:Invent 2025 Buktikan Era AI Agent Dimulai, Tegaskan AI Tak Gantikan Peran Manusia
- Amazon Bedrock Hadir di Indonesia, Buka Jalan Inovasi AI Generatif untuk Seluruh Segmen Bisnis
- Amazon akan rilis 14 film bioskop per tahun, apa dampaknya?
- Pembaruan terbaru Kindle memungkinkan pengguna mengatur waktu tidur
Amazon menjelaskan akar masalah berasal dari gangguan pada sistem DNS (Domain Name System) di wilayah US-East-1, yang menjadi pusat data utama AWS di Virginia, Amerika Serikat.
DNS sendiri berfungsi menerjemahkan alamat web seperti reddit.com atau roblox.com menjadi alamat IP yang bisa dibaca komputer. Ketika sistem DNS gagal berfungsi, koneksi antara pengguna dan server situs terputus, menyebabkan situs tidak bisa diakses.
Setelah berhasil memperbaiki masalah DNS, Amazon masih harus membatasi (throttling) sejumlah layanan untuk menstabilkan performa jaringan. Baru pada pukul 15.01 PT, semua layanan AWS dinyatakan beroperasi normal kembali.
Gangguan ini berdampak luar biasa luas. Berdasarkan data dari situs pemantau Downdetector, lebih dari 9,8 juta laporan gangguan diterima dari seluruh dunia, termasuk 2,7 juta laporan dari AS, 1,1 juta dari Inggris, serta ratusan ribu lainnya dari Australia, Jepang, Jerman, Belanda, dan Prancis.
Setidaknya 2.000 perusahaan dan layanan digital dilaporkan terdampak, mulai dari Amazon, Reddit, Ring, Roblox, Snapchat, Fortnite, Venmo, hingga Zoom. Bahkan sejumlah layanan perbankan dan operator seluler ikut mengalami gangguan.
Di Amerika Serikat, laporan gangguan sempat menurun pada dini hari, tetapi kembali melonjak ketika wilayah Pantai Barat (West Coast) mulai beraktivitas pada Senin pagi.
“Jenis gangguan seperti ini, ketika satu layanan internet besar menjatuhkan begitu banyak situs secara bersamaan, hanya terjadi beberapa kali dalam setahun,” ujar Daniel Ramirez, Direktur Produk Downdetector by Ookla, dikutip dari CNET.
Ramirez menambahkan insiden seperti ini cenderung meningkat karena semakin banyak perusahaan mengandalkan arsitektur cloud tunggal tanpa sistem redundansi lintas wilayah.
Pelajaran dari Ketergantungan Infrastruktur Cloud
Insiden ini kembali menegaskan kerentanan internet global terhadap segelintir penyedia layanan cloud besar.
AWS sendiri menopang sebagian besar infrastruktur digital dunia, mulai dari media sosial, e-commerce, platform video, hingga sistem pembayaran daring.
Ketika satu wilayah AWS mengalami gangguan, efeknya dapat menular ke ribuan sistem lain yang bergantung pada jaringan yang sama.
“Pelajaran utamanya adalah soal ketahanan (resilience). Banyak organisasi masih memusatkan beban kerja kritis pada satu wilayah cloud. Menyebarkan data dan aplikasi ke beberapa zona bisa secara signifikan mengurangi dampak gangguan seperti ini,” jelas Luke Kehoe, analis industri di Ookla.
Meski gangguan DNS kerap diasosiasikan dengan aktivitas peretasan, Amazon menegaskan tidak ditemukan bukti adanya serangan siber dalam insiden kali ini.
Namun, pakar keamanan siber menilai kondisi sistem yang tidak stabil bisa dimanfaatkan oleh pihak jahat untuk mencoba mengeksploitasi celah keamanan.
“Masalah ini bukan hanya soal teknis, tapi juga menyangkut keamanan siber. Keamanan sejati bukan sekadar mencegah peretasan, tapi juga memastikan sistem tetap terlindungi ketika gangguan terjadi,” kata Marijus Briedis, CTO NordVPN.
Ia juga mengingatkan pengguna agar waspada terhadap email phishing atau penipuan yang memanfaatkan situasi ini dengan kedok keamanan akun.
Kasus serupa sebelumnya pernah terjadi pada Fastly (2021) dan CrowdStrike (2024), yang juga menyebabkan beberapa situs dan layanan digital global tidak dapat diakses.
Meski AWS kini telah memulihkan semua layanan, insiden ini menjadi peringatan keras bagi industri digital untuk memperkuat sistem cadangan (redundancy) dan membangun ketahanan digital yang lebih baik di masa depan.









