sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id realme

Startup yang boncos dan yang untung karena Covid-19

Kondisi pandemi corona atau Covid-19 jelas mengubah lanskap bisnis, baik perusahaan yang sudah mapan maupun startup. Lantas bagaimana virus corona berdampak pada startup di Indonesia?

Startup yang boncos dan yang untung karena Covid-19
Source: Pexels

Startup travel

Industri travel dan pariwisata sangat jelas merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Menurut World Travel and Tourism Council, pandemi Covid-19 dapat memangkas 50 juta pekerjaan dalam industri perjalanan dan pariwisata secara global. Dilansir dari laman Plug and Play, tim bisnisnya berpendapat bahwa banyak startup pada insdustri ini yang tidak akan selamat dari dampak Covid-19.

“Sayangnya, banyak startup tidak akan selamat dari dampak Covid-19. Kami sudah melihat banyak PHK dan startup harus mengalihkan karyawan penuh waktu mereka menjadi paruh waktu,” kata Kristi Choi, Ventures Associate di Plug and Play Travel.

Startup yang menyediakan transportasi serta akomodasi mulai kehilangan konsumennya sejak beberapa negara menginstruksikan lockdown atau karantina lokal. Di Indonesia, penurunan signifikan terjadi pada pemesanan tiket penerbangan internasional. Sementara, penerbangan lokal masih terhitung normal per Maret 2020.

Pegipegi – startup yang melayani pemesanan hotel, tiket pesawat, dan tiket kereta api – menuturkan kepada Tek.id, terjadi lonjakan refund atau pengembalian uang hingga 4 kali lipat terkait pandemi Covid-19. Sementara Traveloka, aplikasi di bidang yang sama, mengalami peningkatan refund dan reschedule hingga 10x lipat sejak Februari.

Untuk mengatasi ribuan permintaan yang datang setiap menitnya, Traveloka meningkatkan sistem backend-nya agar pengguna lebih mudah melakukan refund lewat aplikasi.

“Dalam mengatasi situasi saat ini, di mana kami menerima ribuan permintaan setiap menitnya, kami mengalihkan fokus kami untuk memperkuat layanan konsumen agar dapat melayani pengguna dengan lebih baik. Selain itu kami juga mengadakan peningkatan sistem back-end, sehingga pengguna dapat dengan mudah mengajukan permintaan refund atau reschedule yang dapat dilakukan melalui aplikasi Traveloka,” kata Dionisius Nathaniel, Chief Marketing Officer of Traveloka.

Traveloka juga membentuk tim khusus sejak masa pandemi Covid-19, yaitu Business Continuity Management. Tim tersebut secara konsisten memantau situasi terkini serta memastikan operasional perusahaan berjalan lancar. Baik Pegipegi maupun Traveloka, keduanya tetap mendukung upaya pemerintah dalam penurunan kurva penyebaran Covid-19. Tagline Traveloka yang sebelumnya “Traveloka dulu”, kini diubah menjadi “Jaga kesehatan dulu”. Sementara itu, Pegipegi mengambil langkah dengan membuat kampanye #NantiKitaPegipegiLagi.

“Saat ini lebih banyak customer yang menunda perjalanan. Maka dari itu, kami memberikan awareness social distancing lewat kampanye #NantiKitaPegipegiLagi,” kata Busyra Oryza, Corporate Communications Manager Pegipegi. Tidak hanya itu, Pegipegi juga mengambil langkah demi prioritas kesehatan karyawannya dengan memberlakukan kerja di rumah.
 

Startup pertanian

Lain dengan bisnis travel dan lainnya yang mendapat dampak negatif, agritech justru merasakan dampak positif dari adanya pandemi ini. Satu di antaranya adalah Sayurbox, e-commerce yang menyediakan bahan-bahan pangan, seperti sayur mayur, buah, dan obat-obatan herbal. Anjuran pemerintah untuk melakukan aktivitas di dalam rumah saja memberikan peningkatan jumlah pesanan.

“Kami akui untuk saat ini permintaan pemesanan meningkat secara drastis mengingat anjuran pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas d iluar rumah dimana masyarakat tetap harus memenuhi kebutuhannya sehari – hari,” kata Head of Communications SayurBox Oshin Hernis kepada Tek.id.

Menurut Sayurbox, peningkatan signifikan terjadi pada produk-produk kesehatan, salah satunya Ijo-Ijo – katering yang terdiri-dari makanan sehat siap saji dan jus segar yang diolah setiap hari. Hal ini juga terjadi pada bisnis agritech TaniHub Group, di mana lonjakan sebesar 20% terjadi pada pemesanan produk tanaman herbal dan produk yang mampu meningkatkan imun tubuh.

Namun, adanya peningkatan jumlah pengguna baru hingga lebih dari 51.000 pengguna, membuat TaniHub meniadakan same day delivery untuk sementara waktu, dan memberlakukan sistem pengantaran 48 jam. Hal ini sekaligus menjadi upaya TaniHub dalam menaati anjuran physical distancing. Pengantaran juga dilakukan tanpa kontak, seperti yang sudah dilakukan Gojek dan Grab.

“Kami juga menambahkan pilihan pengantaran tanpa kontak langsung. Pesanan akan diletakan di depan pintu dengan konfirmasi terlebih dahulu kepada pembeli, sehingga pembeli bisa mengambil pesanan setelah kurir kami meninggalkan rumah,” kata VP of Corporate Services TaniHub - Astri Purnamasari.

Dari sisi investor, pandemi ini tak berdampak negatif, baik bagi TaniHub maupun Sayurbox. Investor bahkan melakukan perpanjangan putaran pendanaan Seri A (atau Seri A+) sebesar USD17 juta kepada TaniHub yang telah rampung.

“Kami bersyukur bahwa kami masih mendapat banyak sekali kepercayaan dari investor maupun calon investor. Hal ini terlihat dari baru saja kami menyelesaikan putaran pendanaan series A+ yang oversubscribed,” kata Astri.

Di samping itu, Sayurbox mengaku, masa ini merupakan kesempatan unggul dalam mempercayakan investasi dan membantu usaha petani dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di rumah. Berkat adanya pandemi, kedua startup ini yakin telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan pangan secara online.

“Kami yakin bisnis online seperti Sayurbox dan lainnya akan tetap maju ke depannya dikarenakan banyaknya customer baru kami yang telah merasakan kemudahan pelayanan kami dalam masa pandemi ini tanpa perlu repot pergi keluar rumah. Hanya tinggal klik, panen, kirim,” ujar Oshin.

    Share
    ×
    tekid
    back to top