AI Aeneas DeepMind bisa pulihkan prasasti Latin
Google DeepMind baru saja meluncurkan Aeneas, sebuah model kecerdasan buatan open-source yang dirancang khusus untuk memulihkan dan mengontekstualisasikan prasasti Latin kuno.
Google DeepMind
Google DeepMind baru saja meluncurkan Aeneas, sebuah model kecerdasan buatan (AI) open-source yang dirancang khusus untuk memulihkan dan mengontekstualisasikan prasasti Latin kuno. Dengan mengandalkan dataset terpadu yang mencakup lebih dari 176.000 inskripsi dari abad ke-7 SM hingga abad ke-8 M, Aeneas menawarkan kemampuan untuk memetakan kembali sejarah Romawi dengan kecepatan dan akurasi yang belum pernah ada sebelumnya.
Prasasti batu atau perunggu seringkali mengalami kerusakan atau erosi, meninggalkan “lacuna” atau bagian kosong yang sulit diisi. Dilansir dari Engadget, berkat arsitektur multimodal yang memadukan analisis teks dan citra, Aeneas dapat mengidentifikasi prasasti serupa dalam gaya, kosakata, atau lokasi secara instan. Model ini juga mampu memulihkan celah teks hingga 10 karakter dengan akurasi 73 persen, menebak panjang fragmen hilang tanpa informasi panjang awal, memperkirakan tanggal penulisan dengan toleransi sekitar 13 tahun, serta menentukan provinsi Romawi asal prasasti dengan akurasi 72 persen.
Kunci inovasi Aeneas terletak pada pembuatan “sidik jari historis” untuk setiap prasasti. Sidik jari ini mencakup pola linguistik, konteks geografis, dan gaya penulisan, sehingga memudahkan model menelusuri kedekatan antarteks. Hasil prediksi disajikan sebagai daftar usulan restorasi lengkap dengan skor keyakinan, memberikan epigraf sarana untuk menilai dan mengoreksi prediksi AI alih-alih menerima keputusan secara mutlak.
Dalam ranah riset humaniora, Aeneas memberikan lompatan efisiensi waktu yang signifikan. Pencarian parallels yang dahulu memakan waktu berminggu-minggu kini dapat diselesaikan dalam hitungan detik. Selain itu, peluncuran kode dan dataset secara terbuka di GitHub mendorong kolaborasi lintas disiplin, sementara metode Aeneas berpotensi diadaptasi untuk prasasti Yunani, Akkadia, dan naskah papirus, memperkaya studi filologi di seluruh dunia.
- Red Hat Perkuat Inferensi AI di AWS, Dorong Kinerja Tinggi dan Efisiensi Biaya AI Generatif
- Google dan OpenAI Luncurkan Pembaruan Model AI dalam Waktu Berdekatan, Sinyal Perang AI Makin Intens
- Prediksi Tren AI Analog Devices: Makin Terasa Nyata dengan Physical AI dan Desentralisasi di Perangkat Humanoid
- Lonjakan Agentic AI Picu Peningkatan Risiko Siber: F5 Peringatkan Kesenjangan Keamanan API di Asia Pasifik
Meski canggih, Aeneas tidak lepas dari tantangan bias dataset dan asumsi konteks. Para peneliti menegaskan pentingnya verifikasi manusia sebelum hasil restorasi dipublikasikan. Ke depan, DeepMind merencanakan integrasi model ini ke situs arkeologi dan museum untuk analisis real-time, serta pengembangan fitur terjemahan lintas bahasa kuno agar mampu menjembatani pemahaman tentang naskah kuno.
Dengan kemampuan menghidupkan kembali suara Romawi kuno lewat teknologi AI, Aeneas menandai tonggak penting dalam pelestarian warisan budaya. Model ini tidak hanya mempercepat proses epigrafi, tetapi juga membuka bab baru dalam historiografi digital yang menggabungkan kekuatan analisis data dan kecerdasan buatan.









