Samsung Galaxy Buds FE: ada yang putus, tapi bukan cinta

Siang ini, di lantai dua Teru Cafe, Jakarta Selatan, Annisa Maulina, MX Product Marketing Senior Manager, Samsung Electronics Indonesia, berdiri di samping kanan layar monitor, menyapa puluhan jurnalis yang semuanya laki-laki. "Ibu-ibu-nya enggak ada ini ya," katanya diikuti derai tawa yang memantul hingga ke langit-langit cafe bergaya Jepang itu. 

Dia kemudian mengarahkan perhatian semua orang ke slide presentasi Galaxy Buds FE. "TWS ini ditujukan untuk starter explorer," kata Annisa yang tampil segar dengan baju berwarna hijau lime dan celana berwarna putih kontras. "Artinya, untuk generasi muda yang mungkin mau cari TWS suara berkualitas bagus dengan harga terjangkau."

Annisa pun menjelaskan bagaimana fitur-fitur, seperti kemampuan untuk tetap mendengarkan suara sekitar saat menggunakan earbuds bisa menjadi penting, terutama bagi mereka yang sering commuting. "Fitur ini mungkin penting ya bagi yang kegiatannya commuting karena tetap bisa mendengarkan audio dari TWS-nya, tapi masih ada suara dari sekitar sehingga tetap bisa tahu situasi yang sedang terjadi," tambahnya, menekankan bagaimana inovasi dan keamanan bisa berjalan seiring dalam produk-produk Samsung.

Di tengah saturasi pasar, mudah saja mengatakan bahwa Samsung Buds adalah salah satu TWS terbaik sejak kita pertama kali mengenalnya pada tahun 2019, tapi sulit untuk menyebutnya disruptif. Pun demikian dengan Galaxy Buds FE yang hadir ketika TWS kelas atas, apa pun mereknya, secara umum bisa dikatakan bagus dalam segala hal. Namun, Annisa tidak salah ketika menekankan bahwa Galaxy Buds FE ditujukan untuk starter explorer. Banyak orang barangkali sudah lupa bahwa kehadiran TWS, dimulai dengan peluncuran Apple AirPods pada tahun 2016, merupakan tanda perusahaan teknologi sedang menuju masa depan nirkabel, di mana perangkat dapat terhubung tanpa kabel.