Mobil listrik Xiaomi hanya akan ambil keuntungan 1%, andalkan perangkat lunak
Xiaomi akan mencoba menghasilkan lebih banyak uang dari perangkat lunak, atau program yang menjalankan kendaraan tersebut.
Kendaraan listrik menjadi semakin populer. Seiring tren ini berlanjut, persaingan juga meningkat pada tingkat yang sama. Untuk saat ini, Tesla dan BYD memimpin pasar, tetapi jumlah merek di sektor ini meningkat pesat.
Meskipun sebagian besar pendatang baru tidak memberikan pengaruh yang signifikan dan hanya merebut pangsa pasar yang kecil, Xiaomi bisa menjadi merek yang mengubah segalanya. Baru-baru ini, informasi baru telah muncul tentang kendaraan yang telah lama dinanti tersebut.
Sudah agak lama diketahui bahwa Xiaomi berencana memasuki pasar kendaraan listrik. Selain pengumuman perusahaan, banyak informasi yang terungkap mengenai hal ini. Misalnya, kita tahu bahwa kendaraan mendatang itu akan mendukung pengisian cepat 800V, dan berkat spy photos, kami juga memiliki gambaran tentang desainnya. Informasi baru kini muncul, menunjukkan bahwa Xiaomi berencana menghasilkan keuntungan melalui perangkat lunak, bukan dari penjualan kendaraan.
Seperti yang telah diketahui, industri otomotif tidak terlalu terbuka untuk pemain baru. Jika ada yang ingin memasuki pasar tersebut, maka perlu melakukan investasi besar. Oleh karena itu, terutama produsen kecil dan baru, berjuang untuk mengungguli pesaingnya dengan harga yang kompetitif. Untuk menghindari tantangan serupa, Xiaomi ingin mengambil pendekatan berbeda untuk kendaraan listriknya. Dilansir dari Gizmochina (23/8), mereka tidak akan menghasilkan banyak uang dari perangkat keras, atau bagian fisik kendaraan.
- LEX Platform Resmi Hadir di LEPAS L8, Bawa Standar Baru Berkendara yang Elegan, Senyap, dan Irit
- Chery Buktikan Keandalan Sistem Hybrid dengan 1.403 Km Tanpa Isi Ulang Bensin dan Baterai
- Xiaomi YU7: SUV listrik mewah berperforma tinggi 500 jutaan
- Bugatti Tourbillon: Mahakarya teknologi hybrid terbaru
Xiaomi berencana mendapat untung sekitar 1% dari itu. Namun mereka akan mencoba menghasilkan lebih banyak uang dari perangkat lunak, atau program yang menjalankan kendaraan tersebut. Sebenarnya ini bukanlah strategi baru bagi perusahaan.
Ketika Xiaomi masih menjadi pemain baru di pasar ponsel global, mereka menjaga margin keuntungan tetap rendah. Berkat rasio harga terhadap kinerja produknya, mereka memenangkan hati jutaan penggemar teknologi di seluruh dunia. Ini juga cara perusahaan seperti Tesla menghasilkan uang.
Informasi penting lainnya adalah Xiaomi telah memilih Zhongchuang Xinhang dan CATL sebagai pemasok baterai utama untuk mobil listriknya. Pada awalnya, Xiaomi berpikir untuk menggunakan CATL dan BYD. Namun kini, berbagai sumber menyebut BYD bukan bagian dari rencana tersebut. Sebelumnya beredar rumor bahwa Xiaomi menginginkan dua jenis baterai, satu dari CATL dan satu lagi dari BYD. Namun informasi baru menyebutkan mereka memutuskan untuk memilih Zhongchuang Xinhang dan CATL, terutama setelah terjadi beberapa masalah hukum di antara mereka.
Biaya baterai merupakan aspek penting dalam produksi kendaraan listrik. Karena Xiaomi masih dalam tahap awal, daya tawarnya belum kuat. Menurut orang dalam, biaya satu paket baterai mulai dari sekitar $10.000 (Rp153 juta), sehingga hampir 50% dari total biaya mobil. Dengan biaya awal yang tinggi, Xiaomi telah mulai menyesuaikan kembali rantai pasokannya untuk mengurangi biaya tersebut.
Ketika semua faktor tersebut dipertimbangkan, kita mendapat kesan bahwa margin keuntungan 1% saja bagi perusahaan mungkin tidak cukup untuk menjaga harga mobil tetap rendah. Namun dipastikan tidak akan lebih mahal dibandingkan kompetitor di segmen pasar yang sama. Masuknya Xiaomi ke industri otomotif masih dalam tahap awal, namun perusahaan telah mencapai kemajuan signifikan dalam waktu singkat.









