×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

IdeaTalks Magnifique 2025 Tegaskan Pentingnya Sentuhan Manusia dalam Industri Kreatif di Tengah Meningkatnya Teknologi AI

Oleh: Tek ID - Senin, 03 November 2025 12:10

AI membuka peluang besar di industri kreatif Indonesia, tapi para ahli menegaskan: empati manusia tetap kunci orisinalitas.

IdeaTalks Magnifique 2025 Tegaskan Pentingnya Peran Manusia AI membuka peluang besar di industri kreatif Indonesia, tapi para ahli menegaskan: empati manusia tetap kunci orisinalitas.. dok IdeaFest 2025

Di tengah derasnya gelombang inovasi teknologi, perdebatan antara kecerdasan buatan (AI) dan kreativitas manusia terus mencuat. 

Namun, para pelaku industri kreatif sepakat, AI bukanlah ancaman, melainkan akselerator yang memperkuat daya cipta manusia. 

Pandangan ini menjadi sorotan utama dalam sesi IdeaTalks Magnifique 2025 bertajuk “The Impact of AI: Support or Threat for Creative Industry” yang digelar di ajang IdeaFest 2025.

Acara yang dipandu oleh praktisi komunikasi Arifaldi Dasril ini menghadirkan empat sosok inspiratif dari berbagai bidang: Raline Shah (Seni dan Pemerintahan), Marianne Rumantir (Media Kreatif), Belinda Luis (Teknologi AI), dan Amanda Simandjuntak (Edukasi). 

Mereka sepakat masa depan industri kreatif akan ditentukan oleh kemampuan manusia beradaptasi dan berkolaborasi dengan teknologi.

Perkembangan teknologi digital di Indonesia kini melesat. Data APJII 2025 mencatat penetrasi internet telah mencapai 80,66% atau sekitar 229,4 juta pengguna, dengan masyarakat Indonesia menonton lebih dari 40 jam video pendek setiap bulan. 

Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu pasar konten digital terbesar di dunia.

Menurut Arifaldi Dasril, perkembangan AI justru membuka era baru bagi industri kreatif.

“Perkembangan AI bukan akhir dari industri kreatif, melainkan awal dari era baru yang penuh potensi. Tantangan kita bukan lagi soal apakah AI akan menggantikan manusia, tapi bagaimana kita mengoptimalkannya untuk menciptakan karya yang lebih orisinal dan relevan. Pada akhirnya, sejati tetap bersumber dari empati dan intuisi manusia,” ujarnya.

Bahkan, data Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menunjukkan kontribusi ekonomi kreatif nasional sudah menembus Rp1.300 triliun dan menyerap 24 juta tenaga kerja pada 2023.

Dalam sesi tersebut, Raline Shah yang juga Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Digital, menilai AI akan membuka lapangan kerja baru di tiga sektor utama: industri konten, game dan animasi, serta UMKM digital.

“AI membantu otomatisasi proses editing, dubbing, pembuatan aset visual, hingga personalisasi iklan produk. Namun keberhasilannya bergantung pada kreativitas manusia di baliknya,” jelas Raline.

Senada dengannya, Marianne Rumantir, CEO dan Co-Founder TS Media, menyebut AI sebagai creative companion.

“AI mengubah cara kami bercerita dan memproduksi konten menjadi lebih efisien. Namun tugas kami sebagai storyteller kini bergeser, kami harus memastikan human touch dan otentisitas tetap ada karena itulah yang membangun koneksi emosional dengan audiens,” ujarnya.

Kemampuan AI untuk memahami manusia juga diterapkan secara nyata oleh pelaku teknologi seperti Belinda Luis, Founder Pixie Lab dan Genexyz.

“Di Pixie Lab, kami memadukan AI dan data biometrik wajah untuk sektor kecantikan dan fashion. Teknologi kami tak sekadar menganalisis, tapi memahami karakter dan kebutuhan unik setiap individu,” jelasnya.

Menurut Belinda, penerapan AI seperti ini membantu setiap orang menjadi versi terbaik dirinya dengan rekomendasi produk yang sesuai dan personal.

Namun, percepatan adopsi teknologi juga memunculkan tantangan baru: kesiapan sumber daya manusia. Amanda Simandjuntak, Co-Founder Markoding dan Perempuan Inovasi, menegaskan pentingnya literasi digital dan etika dalam penggunaan AI.

“Tantangan terbesar generasi muda Indonesia bukan hanya menjadi pengguna, tapi juga kreator yang bertanggung jawab. Penguasaan teknis saja tidak cukup; kita perlu pemikiran kritis dan kesadaran etis agar teknologi tidak menyingkirkan kreativitas manusia,” tuturnya.

Diskusi IdeaTalks Magnifique 2025 menegaskan masa depan industri kreatif Indonesia tidak ditentukan oleh mesin, melainkan oleh manusia yang mampu mengelola teknologi dengan empati, intuisi, dan nilai kemanusiaan. 

AI adalah akselerator, bukan ancaman, selama manusia tetap menjadi pusat dari proses kreatif.

×
back to top