Begini Cara Mantan Wapres AS Gunakan AI untuk Lacak Lebih dari 660 Juta Sumber Polutan Bumi
Al Gore dan Climate Trace gunakan teknologi AI untuk melacak polusi PM2.5 dari 660 juta sumber di seluruh dunia yang ancam kesehatan 10 juta jiwa per tahun.
Ilustrasi perubahan iklim. dok. freepik.com
Komitmen mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore, terhadap isu perubahan iklim ditunjukkan dengan penggunaan alat kecerdasan buatan (AI) untuk melacak polusi partikulat halus (PM2.5) di seluruh dunia.
Lewat organisasi nirlaba, Climate Trace, AI yang diinisiasi Al Gore berhasil melacak lebih dari 660 juta sumber polutan PM2,5 di seluruh dunia. PM2,5 merupakan partikel halus berbahaya yang menyebabkan 10 juta kematian setiap tahun.
“Sudah lama saya mencoba menarik perhatian pada krisis kesehatan global akibat polusi udara konvensional, atau PM2.5,” kata Al Gore dikutip dari TechCrunch.
Menurutnya, sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi akurat terkait polusi yang mereka hirup, sumbernya, serta jumlah pastinya.
- Red Hat Perkuat Inferensi AI di AWS, Dorong Kinerja Tinggi dan Efisiensi Biaya AI Generatif
- Google dan OpenAI Luncurkan Pembaruan Model AI dalam Waktu Berdekatan, Sinyal Perang AI Makin Intens
- Prediksi Tren AI Analog Devices: Makin Terasa Nyata dengan Physical AI dan Desentralisasi di Perangkat Humanoid
- Lonjakan Agentic AI Picu Peningkatan Risiko Siber: F5 Peringatkan Kesenjangan Keamanan API di Asia Pasifik
Penelitian terbaru menunjukkan paparan PM2.5 tidak hanya berkaitan dengan kanker paru-paru dan penyakit jantung, tetapi juga berpotensi meningkatkan risiko diabetes tipe 2, demensia, Alzheimer, Parkinson, hingga bayi lahir dengan berat rendah.
Bahkan pada tingkat yang masih dianggap legal, polusi ini menyebabkan puluhan ribu kematian dini setiap tahun di Amerika Serikat.
Gagasan ini bermula dari pengalaman Al Gore bekerja bersama warga Memphis, Tennessee, yang menolak pembangunan pipa minyak mentah di kawasan mereka.
Saat itu, ia menyadari bagaimana asap dari kilang minyak terdekat kerap melayang ke permukiman. Dari situ, ia menantang koalisi Climate Trace: “Bisakah kita melacak polutan ini di seluruh dunia?”
Hasilnya, kini publik bisa mengakses data mentah emisi polusi utama sekaligus visualisasi pergerakan polusi PM2.5 di sekitar kota-kota besar. Dalam waktu dekat, fitur visualisasi ini akan diperluas secara global.
Menurut Al Gore, proyek ini hanya mungkin terwujud berkat perkembangan AI.
“Gagasan melacak 662 juta lokasi di seluruh dunia, tanpa AI, mustahil dibayangkan. Tapi seperti yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, AI bisa melakukan hal-hal luar biasa,” ujarnya.
Climate Trace bekerja sama dengan Carnegie Mellon University untuk mengolah data global yang sebelumnya sulit dipahami menjadi informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Al Gore berharap kesadaran publik akan dampak kesehatan polusi fosil bisa mempercepat dukungan politik untuk transisi energi bersih.
“Ini menciptakan kondisi dan insentif yang bisa mempercepat peralihan dari fasilitas intensif karbon ke teknologi yang lebih ramah lingkungan,” tutupnya.









