×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Microsoft PHK 9000 karyawan, tapi rela bayar triliunan untuk game

Oleh: Nur Chandra Laksana - Jumat, 11 Juli 2025 11:01

Dalam sebuah bocoran terbaru, mantan eksekutif Microsoft ungkap perusahaan rela bayar hingga triliunan per game untuk masuk di Xbox Game pass.

Microsoft PHK 9000 karyawan rela bayar triliunan untuk game

Di tengah sorotan publik atas gelombang PHK besar-besaran di Microsoft yang berdampak pada 9.000 karyawan, muncul fakta menarik terkait strategi investasi raksasa teknologi ini dalam layanan Xbox Game Pass. Kabarnya, Microsoft rela menggelontorkan uang hingga triliunan Rupiah hanya untuk membeli sebuah lisensi game untuk dapat dimainkan para gamer di platform tersebut.

Informasi ini datang dari LinkedIn Iain MacIntyre, mantan Senior Business Development Manager di Microsoft. Dia mengungkapkan besarnya dana yang digelontorkan perusahaan demi memperkaya katalog Game Pass.

Iain membagikan bahwa selama masa tugasnya, ia telah menegosiasikan lebih dari 500 kesepakatan untuk menghadirkan game ke Xbox Game Pass, dengan nilai kontrak mulai dari USD50.000 atau sekitar Rp811 juta hingga lebih dari USD50 juta atau sekitar Rp811 triliun. Angka fantastis ini mencakup berbagai judul, mulai dari game indie hingga AAA yang menjadi magnet utama layanan berlangganan ini.

Meski begitu, hanya sedikit game yang mampu mencapai nilai triliunan Rupiah. Biasanya, judul besar seperti Call of Duty atau Diablo yang mendapatkan angka sebesar ini, apalagi setelah akuisisi Activision Blizzard King oleh Microsoft.

Di sisi lain, untuk game indie atau AA, biaya lisensi bisa mencapai miliaran Rupiah per judul. Namun, untuk game AAA atau waralaba besar, investasi bisa melonjak hingga ratusan miliyar per kesepakatan. Strategi ini bertujuan menjaga daya tarik Game Pass sekaligus mendorong pertumbuhan pelanggan secara global.

Namun, seperti dilansir dari laman Wccftech (11/7), sempat muncul keraguan di industri mengenai profitabilitas Xbox Game Pass, terutama setelah gelombang PHK dan pembatalan sejumlah proyek game besar. Namun, laporan terbaru menegaskan bahwa Game Pass tetap menjadi layanan yang menguntungkan bagi Microsoft, bahkan setelah memperhitungkan biaya pengembangan game first-party yang langsung dirilis di layanan tersebut.

Sumber internal lain menyebutkan bahwa meski margin keuntungan sangat tipis, Game Pass masih menghasilkan keungungan, baik dari biaya langganan maupun transaksi mikro di dalam game.

Nilai kontrak yang mencapai puluhan juta dolar untuk satu game menjadi bahan kritik dari sebagian pelaku industri. Mantan kepala studio Arkane Austin menyebut model bisnis Game Pass sebagai “tidak berkelanjutan”, mengingat biaya tinggi dan ekspektasi pendapatan yang sangat besar dari Microsoft. Kekhawatiran ini diperkuat oleh fakta bahwa Microsoft menuntut pengembalian investasi yang signifikan dari Xbox dan ekosistemnya. Jika ekspektasi ini tidak tercapai, masa depan Xbox dan studio-studio pengembang di bawahnya bisa semakin terancam.

Sedangkan gelombang PHK yang melanda divisi Xbox berdampak pada pembatalan sejumlah proyek besar, seperti reboot Perfect Dark dan Everwild. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan konsistensi pipeline konten di Game Pass, serta menambah tekanan pada model bisnis yang sudah dipertanyakan kelangsungannya.

Meski menghadapi tantangan, data terbaru menunjukkan bahwa pengeluaran untuk layanan game berlangganan di AS mencapai rekor tertinggi USD600 juta atau sekitar Rp9.73 triliun pada Mei 2025, didorong oleh popularitas Xbox Game Pass dan layanan sejenis. Namun, kontribusi segmen ini terhadap total industri game masih di bawah 20%, sehingga masa depan model berlangganan masih terus dipantau pelaku industri.

Tag

Tagar Terkait

×
back to top