Alasan Putra Nababan konsisten tak mau debat di media sosial

Oleh: Lalu Ahmad Hamdani - Jumat, 27 Okt 2017 20:36 WIB

Putra Nababan bicara soal karakter warganet yang kehilangan konteks. Ini memicu perdebatan di antara warganet.

Kalau kamu pernah menonton siaran Seputar Indonesia di RCTI dari 2005-2012, kamu pasti mengenal wajah Putra Nababan. Jurnalis senior ini cukup kondang di awal 2000-an. Sapaan khasnya, Salam Hangat, menjadi ikon. 

Sebagai salah satu jurnalis yang kenyang pengalaman, baik di jurnalisme televisi, cetak, radio maupun digital, Putra Nababan punya pandangan mengenai persoalan-persoalan di ranah digital akhir-akhir ini. Founder sekaligus COO IDtalent itu kami temui acara SiBerkreasi Netizen Fair 2017. Dia tidak henti-hentinya berbagi kepada pemuda Indonesia mengenai literasi digital yang berkiblat pada etika ketimuran kita.

"Kita terlalu banyak baca teks. Tapi tahu tidak apa yang kita kehilangan saat ini? Kita kehilangan konteks. Kalian tahu tidak, kenapa sekarang banyak orang marah-marah? Ya, karena banyak orang tidak mengerti konteksnya," ujar Putra Nababan penuh semangat.

"Kalau saya betul-betul menjalani secara konsisten, tidak mau berdebat di media sosial. Orang akan kehilangan konteks dengan teks pendek-pendek itu. Perdebatan di sana juga cenderung bergaya emosional."

Menyinggung soal kebebasan berpendapat di media sosial, Putra sependapat dengan internet yang memberikan kebebasan berpendapat. "Memang bebas menyuarakan pendapat, tapi harus mengedepankan budaya kita. Saya sering berkunjung ke kampus-kampus, mereka tanya sama saya, bagaimana kita berperilaku yang tepat di media sosial. Saya jawab, berperilakulah seperti apa yang orangtua kamu ajarkan di rumah. Berani tidak kamu print screen postingan kamu, kemudian kamu tunjukkan ke bapak ibu kamu. Bisa jadi kamu malu, atau malah bisa dijewer. Jadi, jangan berprilaku dualisme. Di sosial media tidak berperilaku sesuai budaya kita. Tapi di rumah, di keluarga, budayanya sopan. Hal-hal seperti ini yang harus kita ingatkan lagi."