Kwai perlu tangkal konten negatif kalau mau saingi TikTok di Indonesia

Oleh: Zhafira Chlistina - Selasa, 03 Mar 2020 15:47 WIB

Kwai hadir menyaingi aplikasi milik ByteDance, Douyin (TikTok lokal untuk masyarakat Tiongkok). Sayangnya, konten negatif masih bermunculan di aplikasi Kwai.

Source: Pandaily

ByteDance melalui aplikasinya Tik Tok mendapat banyak perhatian di Amerika Serikat (AS). Namun pencapaian itu tak akan selalu berjalan mulus. Kuaishou hadir menyaingi ByteDance di lingkup yang lebih kecil sebagai startup teknologi yang populer di Google Play, melalui aplikasinya bernama Kwai.

Dengan 300 juta pengguna aktif setiap harinya di Tiongkok, Kwai hampir menandingi Douyin, yakni versi lokal TikTok. Douyin telah berkembang dengan video-video lucu yang ditujukan untuk kaum urban yang butuh hiburan. Lain halnya dengan Kuaishou lebih menyasar masyarakat di kota-kota kecil dan pedesaan untuk pembangunan komunitas online.

Aplikasi milik Kauishou dan ByteDance ini mewakili jenis baru media sosial hiburan. Setidaknya TikTok telah terbukti mengepakkan sayapnya di luar Tiongkok. Melesatnya perkembangan aplikasi milik Tiongkok tersebut, membuat AS bereaksi. Hal ini terlihat dari upaya Facebook yang meluncurkan aplikasi berbagi video pendek di Amerika Latin yang disebut Lasso.

Meski Kwai tak begitu terdengar eksistensinya di Indonesia, namun rupanya aplikasi ini tak kalah banyak digunakan oleh pengguna Tanah Air. Penasaran seperti apa tampilan Kwai serta unggahan pengguna Kwai di Indonesia? Simak ulasan Tek.id menggunakan Kwai.

Tampilan Kwai mirip Instagram ketimbang TikTok