Industri telekomunikasi tumbuh negatif, so what?

Oleh: Insaf Albert Tarigan - Senin, 20 Mei 2019 21:05 WIB

Industri telekomunikasi kita tumbuh negatif sebesar 7,3% pada tahun 2018. Apa sebenarnya yang terjadi?

Jajaran direksi Telkomsel dalam acara Media Gathering 2019, Mei 2019.

Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, awal Mei 2019 di Bali, mengatakan, industri telekomunikasi kita tumbuh negatif sebesar 7,3% pada tahun 2018. Pada tahun yang sama, kinerja keuangan Telkomsel mengalami penurunan 4,3%.

Ririek menyebut setidaknya tiga alasan pemicu pertumbuhan negatif tersebut. Pertama, menyusutnya layanan legacy, yakni panggilan suara dan SMS, karena pergeseran perilaku konsumen ke layanan data (siapa hari gini yang masih SMS-an?). Kedua, kebijakan registrasi kartu SIM. Dan ketiga, perang tarif antar-operator.

Agaknya terlalu buru-buru jika kita menyebut industri telekomunikasi sedang memasuki fase "sunset", tetapi tak ada yang membantah bahwa ada kontraksi karena disrupsi digital. Semua orang pun tahu hal itu, utamanya para pelaku di sektor ini. Ihwal disrupsi di industri telekomunikasi sudah dikaji banyak sekali lembaga, baik dalam maupun luar negeri. 

Pertanyaannya adalah, how low can you go? dan seberapa lama kondisi ini akan berlangsung?

Ririek selaku pemimpin operator terbesar di Tanah Air optimistis, industri telekomunikasi kita masih akan tumbuh tahun 2019. Memang tidak besar, hanya satu digit. Pertumbuhan negatif yang "hanya" 7,3 persen sebetulnya masih lebih baik dibanding outlook Standard & Poor's, 2018, yang menyebut angka -11 persen. Biang keroknya, kata S&P, adalah " intensifying competition".