Gojek, 1.001 wajah aplikasi 10 miliar dollar

Oleh: Lalu Ahmad Hamdani - Selasa, 05 Nov 2019 21:30 WIB

Dalam waktu yang relatif singkat, Gojek menjelma tak sekadar menjadi aplikasi super, namun juga sebagai mentor bagi startup lainnya.

Ada perubahan perspektif saat saya menghadiri acara sembilan tahun kelahiran Gojek di Jakarta, Sabtu (2/11). Pengembangan bisnis, ekspansi pasar, model investasi, sampai kultur perusahaannya, terasa berbeda dengan Gojek yang saya kenal beberapa tahun silam. Tak bermaksud nostalgia, tapi itu semua mereka tempuh dalam waktu relatif singkat.

Soal visi dan misi, misalnya, Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo, Co-CEO Gojek yang menggantikan Nadiem, mengklaim diri sebagai super app pertama di panggung global. Kedengarannya seperti jemawa. Pasalnya, konsep super app dikembangkan WeChat dan Alibaba yang lebih dahulu hadir di platform mobile daripada Gojek. Akan tetapi, dari sisi kesetiaan pemakaian pengguna sehari-harinya, Gojek mengklaim lebih baik dari platform super app lain.

Konsep super app Gojek bertumpu pada tiga pilar. Pertama, aplikasi Gojek untuk konsumen, kemudian aplikasi Gojek Driver, yang digunakan mitra driver, yang kini telah menjelma seperti aplikasi utama Gojek untuk konsumen. Tambahan fitur-fitur bagi aplikasi driver Gojek pun mengikuti kelengkapan fitur yang ada dalam aplikasi konsumennya. Dari aplikasi tersebut, mitra driver kini bisa memberikan layanan top up GoPay pada pelanggan, sampai menerima tips GoPay dari pelanggan.

“Banyak sekali fitur-fitur lain yang akan kita tambahkan nantinya, visinya adalah untuk menambah pendapatan bagi rekan-rekan driver kami,” ujar Andre Soelistyo, Co-CEO Gojek.

Aplikasi super lain yang coba Gojek bangun adalah aplikasi merchant GoFood. Aplikasi ini mirip seperti yang digunakan mitra driver, tapi khusus bagi mitra GoFood. Gojek menambahkan kemampuan marketing dan promosi melalui aplikasi tersebut. Menarik, mengingat di ekosistem sosial media, seperti Facebook, Instagram, Google, pengguna juga bisa beriklan di dalamnya secara mandiri.