Cambridge Analytica dan ketelanjangan kita di internet

Oleh: Insaf Albert Tarigan Lalu Ahmad Hamdani Nur Arifin - Jumat, 23 Mar 2018 21:01 WIB

Dari Cambridge Analytica sampai #deletefacebook, bagaimana sebenarnya duduk perkara kasus ini?

Ilustrasi (Sumber: Shutterstock)

Cambridge Analytica & awal mula kebocoran 50 juta data pengguna Facebook

Pada 2014, Cambridge Analytica, sebuah perusahaan yang melakukan profiling pemilih dalam pemilu, mempersiapkan diri untuk ikut serta dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat.

Mereka mendapatkan dana USD15 juta (Rp236 triliun) dari Robert Mercer, anggota Partai Republik dan sukses menarik hati Stephen K. Bannon, Ketua Umum tim sukses Donald Trump. Cambridge Analytica berjanji mereka akan membuat alat yang bisa mengidentifikasi kepribadian para pemilih dan memengaruhi perilaku mereka.

Waktu itu, Cambridge tidak memiliki data untuk membuat produk tersebut. Karena itulah, mereka mengumpulkan data pribadi 50 juta pengguna Facebook secara ilegal. Setidaknya begitulah yang dikatakan olah mantan pegawai dan rekan Cambridge. Tuduhan ini juga diperkuat oleh dokumen perusahaan yang bocor.

Laporan New York Times (17/3), menyebutkan bahwa kasus ini adalah "kebocoran data" paling besar yang pernah terjadi dalam sejarah Facebook. Hal ini memungkinkan tim kampanye Trump untuk mengeksploitasi sifat para pemilih.