Toyota investasi Rp14 triliun di Grab
Sudah dapat dipastikan bahwa Toyota menginginkan investasi di saat perusahaan transportasi tersebut berjalan dengan baik
Source: Coolerinsights
Setelah berinvestasi saham di perusahaan transportasi berbasis aplikasi Uber, kini dikabarkan bahwa Toyota telah berinvestasi sejumlah USD1 miliar (Rp14 triliun) pada perusahaan transportasi berbasis aplikasi terbesar di Asia Tenggara, Grab.
Dengan investasi dari Didi Chuxing, Hyundai Motor, Honda Motor, dan akuisisi baru-baru ini dari bisnis Uber Asia, Grab perlahan-lahan telah memperkuat dominasinya di sektor ini. Dilansir dari Engadget (13/6), Grab mengungkapkan mereka memiliki 95 persen dari bagian taksi pihak ketiga yang muncul di Asia Tenggara, dan menangani 71 persen kendaraan pribadi pada bulan Juli tahun lalu. Selama periode tersebut, Grab melayani sekitar tiga juta tumpangan per hari. Dengan demikian, Toyota menginginkan investasi di saat perusahaan transportasi tersebut berjalan dengan baik.
Tetapi rencana utama Toyota bukan untuk melibatkan keamanan monopoli pasar, bahkan meski munculnya layanan berbagi tumpangan seperti Lyft dan Uber menekan pembuat mobil untuk mengikuti kecepatannya. Cara pandang Presiden Direktur Atlantis Investment Research Corporation melihatnya adalah kemitraan Toyota dengan Grab lebih tentang “mendapatkan akses ke teknologi yang cocok di beberapa tempat dalam bisnis Toyota yang lebih luas.”
Merner juga menekankan bahwa meningkatkan portfolio pengetahuan perusahaan, khususnya informasi mengenai navigasi otomatis, akan memberikan nilai tambah dalam hal penelitian dan pengembangan di masa mendatang.
Toyota telah mengucurkan dana senilai USD2,8 miliar (Rp39 triliun) ke dalam penelitian teknologi otonom, namun terpaksa menunda pengujiannya di jalan umum setelah kecelakaan fatal mobil otonom milik Uber, Tesla, dan General Motors. Sebaliknya, Toyota akan melakukan uji coba di fasilitas tertutup di Michigan mulai bulan Oktober. Belum ada informasi lebih lanjut apakah impian Toyota untuk membuat mobil terbang akan menjadi kenyataan pada Olimpiade Tokyo, yang mungkin memerlukan fasilitas riset tersendiri.








