sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
Senin, 02 Sep 2019 18:44 WIB

Mitos 5G dan pertanyaan seputarnya

Ternyata, masih banyak pertanyaan dan mitos yang beredar mengenai jaringan seluler generasi kelima atau sering disebut sebagai 5G tersebut.

Mitos 5G dan pertanyaan seputarnya
Ilustrasi 5G dan mitos serta pertanyaannya (Pixabay)

Teknologi jaringan generasi kelima atau yang sering disebut sebagai 5G sudah mulai dijalankan di beberapa negara. Pengguna akan mendapatkan banyak peningkatan performa dari jaringan baru ini, dibandingkan dengan jaringan 4G yang saat ini masih mendominasi jaringan di seluruh dunia.

Meski demikian, masih ada beberapa orang yang ragu untuk berpindah ke jaringan tersebut. Masih banyak mitos yang beredar di masyarakat, yang membuat mereka ragu untuk beralih dan mencoba 5G.

Nah, pada kesempatan kali ini tim Tek.id akan membahas beberapa mitos yang beredar di masyarakat terkait dengan 5G, yang dirangkum dari laman Cnet (2/9). Kami mulai dengan pertanyaan, apakah 5G itu aman?

Pertanyaan ini ternyata paling banyak ditanyakan. Pasalnya mereka mendengar bahwa frekuensi radio yang digunakan untuk jaringan 5G tidaklah aman. Jaringan ini pun akan membuat orang terpapar radiasi dan menyebabkan kanker. Menurut sebuah laporan yang diumumkan pada 2011 silam oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyarankan bahwa radiasi ponsel harus terdaftar sebagai kemungkinan karsinogen bagi manusia.

Lanjut pada 2016, sebuah studi yang didanai oleh pemerintah Amerika dilakukan untuk mencari hubungan antara radiasi frekuensi radio dan kanker pada tikus. Hasilnya, ponsel populer seperti iPhone dan Galaxy memiliki tingkat radiasi yang aman, sesuai batas yang dikeluarkan oleh FCC.

Lalu, apakah 5G akan menggantikan 4G? Apakah saya memerlukan telepon baru? Seperti pada saat jaringan 4G diluncurkan beberapa tahun lalu, pertanyaan ini selalu berulang setiap ada teknologi jaringan baru diperkenalkan.

Jawabannya adalah meskipun kita membutuhkan ponsel 5G untuk mengakses jaringan 5G, namun tak berarti bahwa jaringan 4G akan hilang begitu saja. Pasalnya frekuensi yang digunakan oleh kedua jaringan tersebut tidak tumpang tindih. Ada juga kemungkinan kecepatan jaringan 4G akan meningkat saat 5G menjadi populer. 

Ada yang bilang bahwa untuk pindah ke jaringan 5G, pengguna harus menggunakan paket data unlimited untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang akan berujung dengan membengkaknya tagihan penggunaan data pelanggan. Apakah benar? Kemungkinan jawabannya adalah benar.

Secara umum, jaringan 5G akan lebih mahal dibandingkan dengan 4G. Hal ini selalu terjadi pada saat jaringan terbaru meluncur, termasuk juga pada saat 4G pertama kali digaungkan. Selain itu, dikarenakan memiliki kecepatan yang besar dan latensi jaringan yang sangat rendah, jadi buffer video akan jauh lebih cepat dari 4G.

Pertanyaan lainnya adalah, apakah pengguna akan mendapatkan streaming video berkualitas terbaik setiap saat dengan menggunakan jaringan 5G?  Jawabannya adalah relatif. Hal ini dikarenakan jaringan di setiap daerah mungkin akan berbeda.

Berbicara mengenai streaming YouTube, mungkin pengguna akan dapat melakukan streaming dengan resolusi tertinggi yang bisa diputar oleh perangkat mereka. Sedangkan jika berbicara mengenai streaming Netflix, akan dikembalikan ke paket apa yang Anda gunakan.

Oleh karena latensi 5G lebih rendah, apakah benar jaringan ini memungkinkan operasi dilakukan dari jarak jauh? Apakah mobil otonom juga akan lebih banyak di jalan? Kemungkinan besar semua pernyataan tersebut benar.

Selama ajang MWC 2019, para pengunjung dapat menyaksikan apa yang disebut sebagai operasi bedah live streaming pertama menggunakan jaringan 5G yang melibatkan dokter bedah yang berkonsultasi dengan ahli bedah dari lokasi lain. Ahli bedah tersebut dapat menyampaikan instruksi dan menggambar pada video pasien secara real time, ketika ahli bedah lain melakukan prosedur operasi.

Tapi, saat berbicara mengenai operasi yang benar-benar dilakukan oleh mesin yang terhubung dengan jaringan 5G untuk pengoperasiannya, mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.

Adapun untuk kendaraan otonom, kembali lagi dikarenakan saat ini masih belum diketahui seberapa besar latensi yang akan bisa dilakukan oleh jaringan 5G penggunaanya terjadi secara massal, kemungkinan besar kendaraan otonom ini masih belum bisa hadir dalam waktu dekat ini.

Tapi narasi mengenai 5G dipandang sebagai "enabler" dan "akselerator" untuk mobil otonom benar adanya.

Pertanyaan terakhir, apakah 5G akan benar-benar menutup kesenjangan digital? Sayangnya, hal ini tidak akan terjadi di awal jaringan digelar. Pasalnya kantong-kantong jaringan 5G akan pertama kali terbentuk di kota besar.

Sedangkan di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, akan lebih sulit untuk menyebar jaringan 5G. Apalagi di Indonesia, frekuensi yang akan digunakan khusus untuk jaringan 5G bentrok dengan jaringan yang digunakan untuk menyebar siaran TV ke seluruh pulau. Jadi, untuk melakukan pemerataan 5G tampaknya Indonesia harus menata banyak hal.

Tag
Share
×
tekid
back to top