King Candy Crush pecat ratusan staf, gantikan dengan AI buatan sendiri
King, studio di balik game populer Candy Crush Saga, baru-baru ini melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran pada lebih dari 200 karyawan.
King
King, studio di balik game populer Candy Crush Saga, baru-baru ini melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran pada lebih dari 200 karyawan setelah Microsoft mengumumkan restrukturisasi divisi gim mereka, sebagaimana dilansir dari Engadget. Ironisnya, sebagian besar posisi yang dihapus kemudian diisi oleh alat kecerdasan buatan (AI) yang sesungguhnya turut dikembangkan oleh tim internal King sendiri. Langkah ini memicu protes dari para pegawai yang merasa kerja keras mereka justru dipakai untuk menggantikan keberadaan manusia demi efisiensi biaya operasional.
Keputusan tersebut secara langsung memengaruhi tim pengembangan judul andalan seperti Farm Heroes Saga. Sumber anonim di dalam perusahaan menggambarkan suasana internal sebagai “memalukan”, karena performa studio secara finansial dan kualitas produk tetap solid. Beberapa mantan karyawan Halo Studios—salah satu anak usaha Microsoft—juga menyatakan kekecewaan, dengan menyebut penggunaan agen Copilot dan automasi lain sebagai bentuk eksploitasi atas hasil kerja kreator.
Microsoft membela kebijakan ini sebagai bagian dari upaya “transformasi digital” yang diklaim akan mempercepat produksi konten dan mengurangi biaya. Namun para kritikus menyoroti bahwa AI generatif sejatinya memerlukan proses feedback loop berkelanjutan dari manusia untuk menjaga kualitas gim. Tanpa keterlibatan kreator asli, risiko munculnya bug dan konten yang terkesan repetitif justru meningkat, yang pada akhirnya dapat menurunkan retensi pemain.
Dampak peristiwa ini tidak hanya dirasakan di markas besar King, tetapi juga memberi peringatan bagi industri gim mobile global, termasuk Indonesia. Sebagai pasar gim mobile kelima terbesar di dunia, pengembang lokal perlu merancang strategi baru: berinvestasi pada kekayaan intelektual yang unik dan mekanik permainan orisinal yang sulit ditiru AI, meningkatkan literasi AI agar tenaga kerja tetap relevan, serta mengadvokasi standar etika penggunaan AI agar teknologi benar-benar memperkuat talenta kreatif, bukan menggantikannya.
- SCALECON AI 2025 Dorong Transformasi Nyata Bisnis Indonesia ke Era Kecerdasan Buatan
- Global Sources Indonesia 2025 Hadirkan Sesi Konferensi Inspiratif Bersama Helmy Yahya, Theo Derick, Samuel Christ, dan Leo Giovanni
- Kenapa Bisnis Kecil Harus Mulai Bangun Sistem Otomatis Sejak Dini
- Ant Digital luncurkan GenAI perdana di Indonesia









