Comb Jelly Atlantik: Makhluk laut dengan kemampuan regenerasi
Sea walnut dikenal memiliki kemampuan langka untuk mengalami regresi biologis, saat mengalami stres lingkungan seperti kelaparan atau cedera, makhluk ini dapat mengecil menjadi bentuk larva.
Penelitian terbaru mengungkapkan penemuan luar biasa mengenai comb jelly Atlantik, atau dikenal sebagai "sea walnut" (Mnemiopsis leidyi). Studi ini, yang belum melalui proses peer review, menunjukkan bahwa makhluk laut ini memiliki kemampuan unik untuk membalikkan proses penuaan dan kembali ke bentuk larva ketika menghadapi kekurangan makanan atau cedera.
Dilansir dari Wion News (7/9), Sea walnut dikenal memiliki kemampuan langka untuk mengalami regresi biologis. Saat mengalami stres lingkungan seperti kelaparan atau cedera, makhluk ini dapat mengecil menjadi bentuk larva, sebuah tahap awal kehidupan yang ditandai dengan keberadaan tentakel untuk menangkap makanan. Bentuk dewasa dari sea walnut mirip dengan sepasang paru-paru transparan dan tidak memiliki tentakel.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan melakukan eksperimen dengan memisahkan sekelompok comb jelly dari sumber makanan dan memberi cedera fisik pada kelompok lain dengan menghilangkan jaringan dari lobus mereka. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa meskipun tidak mendapatkan makanan dan mengalami amputasi, makhluk-makhluk ini tidak mati. Sebaliknya, mereka mengecil menjadi bentuk larva dan kemudian dapat berkembang kembali ke ukuran dan fungsi dewasa setelah diberi makan.
Dari 65 comb jelly yang diuji, 13 menunjukkan pertumbuhan tentakel, menandakan bahwa mereka telah kembali ke tahap larva. Setelah proses ini, mereka mampu mencapai ukuran dewasa semula, memperbaiki kerusakan yang terjadi, dan melanjutkan proses reproduksi.
Sea walnut, yang awalnya merupakan spesies asli Samudra Atlantik barat, kini telah menyebar ke berbagai perairan di Eropa dan Asia, termasuk Laut Hitam, Laut Kaspia, Laut Mediterania, Laut Baltik, dan Laut Utara. Kemampuan makhluk ini untuk bertahan hidup dalam air ballast kapal tanpa makanan selama beberapa minggu diduga telah memfasilitasi penyebaran mereka ke wilayah baru.
Temuan ini memberikan wawasan baru mengenai kemampuan adaptasi dan ketahanan makhluk laut, serta menantang pemahaman kita tentang proses biologis dan evolusi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi implikasi dari kemampuan regenerasi ini dalam konteks ekologis dan biologis yang lebih luas.
Kemampuan regenerasi yang dimiliki oleh sea walnut membuka kemungkinan baru dalam studi biologi dan ekologi. Penemuan ini tidak hanya mengubah pemahaman kita tentang proses penuaan dan regenerasi, tetapi juga menyoroti kekuatan adaptasi makhluk laut dalam menghadapi perubahan lingkungan.