×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Riset MSC Ungkap Perempuan Masih Tertinggal dalam Ekonomi Digital Meski Social Commerce Tumbuh Pesat

Oleh: Tek ID - Jumat, 26 September 2025 15:05

Social commerce tumbuh pesat di Indonesia, namun perempuan masih tertinggal akibat minim akses pembiayaan formal, pelatihan, dan perlindungan digital.

Riset MSC Ungkap Perempuan Tertinggal dalam Ekonomi Digital Iustrasi Social Commerce. dok. Freepik

Pertumbuhan pesat social commerce di Indonesia membuka peluang ekonomi baru, namun riset terbaru MSC (MicroSave Consulting) Southeast Asia mengungkap kesenjangan serius. Mayoritas pelaku perempuan masih mengandalkan dana pribadi, minim pelatihan, serta menghadapi hambatan akses keuangan formal.

Cerita Jumiyah, pengusaha kuliner di Balikpapan, mencerminkan kondisi ini. 

"Saya hanya tahu fitur katalog di WhatsApp Business dari wawancara ini. Saya harap ada pelatihan supaya bisa menggunakannya dengan efektif," ujarnya.

Berdasarkan riset berjudul “The Landscape and Financial Access of Social Commerce Sellers in Indonesia”, sebanyak 74% pelaku social commerce masih menggunakan modal pribadi, sementara hanya sedikit yang memperoleh kredit formal.

Meski perempuan mendominasi aktivitas jual beli di media sosial, mereka cenderung lebih berhati-hati mengambil risiko finansial. Banyak yang lebih memilih arisan ketimbang pinjaman bank. 

Selain itu, transaksi manual tanpa fitur terintegrasi seperti katalog, pembayaran, atau logistik membuat usaha mereka rawan risiko dan sulit diakses lembaga keuangan formal.

Riset MSC juga mencatat hanya 5,8% pengusaha yang pernah mengikuti pelatihan bisnis. Rendahnya literasi digital semakin memperbesar risiko, terutama di tengah maraknya penipuan online.

Ratna, pengusaha kerajinan dari Jawa Barat, misalnya, enggan menggunakan pembayaran digital karena khawatir penipuan. 

"Saya tidak terbiasa dengan sistem perbankan, saya percaya pada orang-orang yang saya kenal," katanya.

Cerita seperti ini menunjukkan bahwa tanpa edukasi dan ekosistem yang inklusif, pelaku usaha berbasis komunitas rentan tertinggal dari arus ekonomi digital.

Ekosistem Digital yang Inklusif

Direktur MSC Southeast Asia, Grace Retnowati, menegaskan  social commerce adalah ruang penting bagi perempuan untuk berusaha sekaligus mengurus keluarga.

“Social commerce bukan sekadar berjualan online, tapi menjadi ruang penting bagi perempuan untuk membangun usaha. Sudah saatnya mereka didukung dengan sistem yang mendorong mereka berpartisipasi secara formal dalam ekonomi digital,” ujarnya.

Sementara itu, Deputi Usaha Mikro Kementerian UMKM Riza Adha Damanik menekankan pentingnya penguatan kapasitas dan skala UMKM agar daya saing nasional tetap terjaga. Menurutnya, dukungan harus selaras dengan karakteristik UMKM yang beragam agar kebijakan benar-benar efektif.

Riset MSC juga relevan dengan Permendag No. 31 Tahun 2023 yang menegaskan perlindungan UMKM lokal dari dominasi platform besar. Namun, integrasi fitur, akses pasar, dan literasi digital masih menjadi tantangan yang perlu segera dijawab.

Meski tantangan besar membayangi, peluang untuk membangun ekosistem digital inklusif masih terbuka lebar. 

Dengan kebijakan yang tepat, investasi berperspektif gender, serta kolaborasi lintas sektor, social commerce berpotensi menjadi motor pemberdayaan ekonomi perempuan dan kelompok rentan.

Saat perempuan mendapat akses pembiayaan, pelatihan, dan perlindungan digital yang setara, mereka tidak hanya bertahan, tetapi mampu tumbuh, berinovasi, dan menjadi penggerak penting dalam transformasi ekonomi digital Indonesia.

×
back to top