×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Akuisisi Netflix Terhadap Warner Bros. Picu Kontroversi di Industri Perfilman Global

Oleh: Tek ID - Senin, 08 Desember 2025 08:40

Akuisisi Netflix atas Warner Bros senilai US$82,7 miliar memicu penolakan serikat pekerja dan sorotan regulator atas ancaman monopoli.

Akuisisi Netflix Terhadap Warner Bros. Picu Kontroversi Ilustrasi menonton Netflix. dok. Freepik

Rencana akuisisi senilai 82,7 miliar dolar AS atau lebih dari Rp1.300 trilun antara Netflix dan Warner Bros. langsung mengguncang industri hiburan global. 

Kesepakatan ini sudah memicu kepanikan luas di Hollywood, bahkan disebut-sebut berpotensi menjadi pukulan telak bagi perfilman layar lebar dan masa depan industri hiburan secara keseluruhan.

Penolakan paling keras datang dari Writers Guild of America (WGA), serikat penulis terbesar di Amerika Serikat. Dalam pernyataan resminya, WGA secara tegas menyatakan, “Merger ini harus diblokir.”

“Perusahaan streaming terbesar di dunia menelan salah satu pesaing terbesarnya adalah hal yang justru ingin dicegah oleh undang-undang antimonopoli,” tegas WGA, dikutip dari TechCrunch.

Mereka juga memperingatkan dampak serius dari merger tersebut, mulai dari hilangnya lapangan kerja, penurunan upah, memburuknya kondisi kerja, kenaikan harga langganan bagi konsumen, hingga menyusutnya keberagaman konten hiburan.

Sikap senada juga disampaikan serikat aktor SAG-AFTRA, meski dengan nada lebih moderat. Mereka menyebut terdapat “banyak pertanyaan serius” terkait dampak akuisisi ini terhadap masa depan industri hiburan.

Dalam proses lelang sebelumnya, Paramount dan Comcast juga sempat mengajukan penawaran untuk mengakuisisi Warner Bros. 

Paramount bahkan berupaya membeli seluruh perusahaan. Namun akhirnya Netflix hanya akan mengakuisisi studio film dan televisi serta lini bisnis streaming Warner Bros, setelah melanjutkan rencana pemisahan divisi jaringan televisi.

Awalnya, Paramount disebut-sebut sebagai kandidat terkuat, terutama karena kedekatannya dengan pemerintahan Donald Trump. 

Namun sebelum kesepakatan dengan Netflix diumumkan, pengacara Paramount telah mengirimkan surat protes terkait proses yang dinilai “tidak adil.” Tak lama berselang, Netflix muncul sebagai pemenang.

Kesepakatan ini ditargetkan rampung pada kuartal ketiga 2026 dan dipastikan akan menghadapi pengawasan ketat regulator. Bahkan Senator Elizabeth Warren, tokoh Demokrat yang dikenal sebagai pengkritik raksasa teknologi, menyebut kesepakatan ini sebagai “mimpi buruk anti-monopoli.”

“Merger Netflix-Warner Bros akan menciptakan raksasa media yang menguasai hampir setengah pasar streaming, mengancam kenaikan harga langganan, mempersempit pilihan tontonan, serta membahayakan pekerja industri hiburan,” ujar Warren. 

Ia juga menekankan proses penegakan hukum antimonopoli harus berlangsung adil dan transparan.

Jika pemerintah Amerika Serikat akhirnya memblokir akuisisi ini, Netflix disebut wajib membayar denda pembatalan sebesar 5,8 miliar dolar AS. 

Namun hingga kini belum dipastikan apakah Warner Bros akan kembali beroperasi secara independen atau membuka kembali opsi akuisisi dari pihak lain.

Menanggapi gelombang kritik tersebut, manajemen Netflix berusaha menenangkan pasar. Dalam pertemuan analis, Co-CEO Netflix Ted Sarandos menyatakan keyakinannya terhadap proses regulasi.

“Kesepakatan ini pro-konsumen, pro-inovasi, pro-pekerja, pro-kreator, dan pro-pertumbuhan. Kami akan bekerja erat dengan pemerintah dan regulator, dan kami sangat yakin akan mendapatkan seluruh persetujuan yang dibutuhkan,” kata Sarandos.

Netflix juga memastikan HBO akan tetap beroperasi seperti biasa, termasuk produksi konten untuk jaringan lain dan layanan streaming di luar Netflix. 

Sementara terkait masa depan integrasi HBO dan HBO Max dalam aplikasi Netflix, Co-CEO Greg Peters menyatakan masih terlalu dini untuk membahas skemanya secara detail.

“Yang jelas, kami menilai merek HBO sangat kuat di mata konsumen dan akan menjadi bagian penting dari struktur layanan ke depan,” ujarnya.

Di luar persoalan bisnis dan regulasi, perhatian besar juga tertuju pada masa depan film layar lebar. Sepanjang 2025, Warner Bros mencatat rekor kesuksesan box office, sementara Netflix dikenal hanya merilis film di bioskop dalam waktu sangat terbatas, bahkan kerap melewati jaringan bioskop besar.

Menanggapi hal itu, Sarandos menegaskan tidak akan ada perubahan drastis dalam waktu dekat. 

“Semua film Warner Bros yang memang direncanakan untuk tayang di bioskop akan tetap tayang di bioskop,” ujarnya. 

Namun ke depan, Netflix tetap mendorong agar jarak tayang eksklusif di bioskop menjadi lebih singkat demi mempercepat distribusi ke platform streaming.

Tag

Tagar Terkait

×
back to top