×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Ketika kita dicekoki terus-menerus oleh Instagram Story

Oleh: Lalu Ahmad Hamdani - Kamis, 31 Agustus 2017 22:45

Awalnya membuat pengguna senang, kemudian muncul peluang bisnis.

Teknologi di balik Instagram Story

Di kalangan pegiat dan jurnalis teknologi, Augmented Reality bukan kata yang asing lagi. Namun, tentu teknologi ini masih asing di telinga orang kebanyakan. Syukurnya, pengguna teknologi zaman sekarang tidak perlu tahu nama teknologi yang susah-susah. Contoh paling tepat untuk menggambarkan Augmented Reality dalam kehidupan sehari-hari adalah fitur Instagram Story.

Bisa jadi, kalau kita bicara Augmented Reality, orang masih bingung. Tapi, kalau kita bertanya, apa mereka suka main Instagram Story, mereka akan menjawab suka atau minimal tahu fitur yang booming belakangan itu.

Sejujurnya, ketika kita memasang hidung dan telinga kelinci di wajah kita dalam story di Instagram, rasanya menyenangkan. Saya pernah melakukannya. Ada rasa geli yang menggelitik ketika memasang mahkota virtual di atas kepala.

Saya tidak tahu bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali mencobanya. Hanya saja, setelah sekian lama memerhatikan orang-orang memasang telinga dan hidung kelinci mereka di Instagram Story, tampaknya mereka suka-suka saja. Bahkan, kita tidak sedikit pun tersinggung kepada Instagram karena telah mengubah wajah kita menjadi hewan. Justru, tanpa sadar, kita bangga memamerkannya kepada pengikut kita di Instagram yang jumlahnya pasti tidak sedikit.

Instagram Story, mengubah masa depan

Begitu cepatnya fitur Augmented Reality ini diterima masyarakat, semakin meyakinkan kami bahwa masa depan sudah ada di depan mata. Masyarakat sudah tidak gagap lagi menerima teknologi baru ini. Semua ini sekaligus usaha yang baik dari tim Instagram dan Facebook untuk mengaplikasikannya ke dalam layanan mereka, dengan cara yang mudah diterima khalayak.

Saat ini, Facebook dan Instagram tengah berpikir keras, bagaimana "meracuni" kita lebih jauh lagi dengan Augmented Reality. Tujuannya, tidak lain tidak bukan, untuk membuat kita semua makin ketagihan aplikasi tersebut. “Mantengin”, kata generasi millennial.

Snapchat, yang lebih dahulu hadir dengan fitur yang sama, mampu meningkatkan pengguna mereka dalam waktu tak terlalu lama. Persis setahun lalu, Snapchat sesumbar punya pengguna aktif sebanyak 100 juta orang tiap harinya.  Rata-rata, mereka menghabiskan waktu 25-30 menit tiap hari untuk mantengin Snapchat. Itu semua berkat fitur mirip Instagram Story di dalam aplikasinya.

Sayang, Snapchat urung diakuisisi Facebook. Malahan, Facebook berinvestasi pada perusahaan Augmented Reality tak terlalu terkenal, MSQRD. Setelah itu, fitur Story di Instagram pun hadir dengan memanfaatkan kamera depan ponsel pintar yang kini tidak bisa diremehkan lagi fungsinya.

Boom! hasilnya Instagram Story telah digunakan 200 juta pengguna aktif tiap hari. Itu dua kali lipat dibandingkan pencapaian Snapchat yang lebih dahulu menghadirkan teknologi Augmented Reality dengan susah payah.

Lebih dari 60% pengguna Instagram tidak hanya menikmatinya, tapi menggunakannya untuk berkomunikasi. Jadi, ini bukan sekumpulan pengguna pasif yang cuma bisa cekikikan mempertontonkan tingkah mereka sehari-hari dalam bingkai live video. Ini adalah sesuatu yang benar-benar baru.

Pengaruhnya dalam kehidupan pengguna

Saya pribadi memulai hari dengan membuka beragam aplikasi. Aplikasi wajib saya salah satunya adalah Instagram. Aktivitas kesukaan saya adalah mengintip teman-teman saya setiap pagi lewat Instagram Story mereka. Sebagian besar adalah wanita-wanita cantik berumur dua puluh tahunan yang masih melajang. Saya bisa cekikikan ketawa bila melihat tingkah aneh di Story mereka. Kemudian, tidak segan saya kirimkan pesan ke mereka kalau perlu.

Itu yang terjadi dengan saya. Bisa jadi, ada jutaan millennial dan Gen Z yang punya kebiasaan sama di luar sana. Kunci dari fenomena ini menurut saya, pengalaman menggunakan teknologi yang sederhana, menyenangkan, dan tepat guna.

Imbasnya nanti akan terasa ketika menyentuh urusan jual beli online. Tren ke depan akan ada visualisasi produk layaknya prinsip yang diberikan Instagram dan Facebook. Ini memberikan kesempatan bagi pengguna untuk mencoba produk hanya dengan menggunakan kamera ponsel mereka.

Langkah Instagram sudah dimulai dengan membawa Snap Ad ke tengah-tengah Story teman-teman saya. Kini, mereka memberikan tombol usap ke atas di dalam iklan-iklan itu sebagai tautan menuju ke situs, atau akun pemasang iklan aslinya.

Snapchat bahkan lebih canggih. Mereka memberikan kenyamanan Geofilter bagi pengiklan. Artinya, ada filter-filter sepatu Nike, Adidas, atau tas Hermes yang bisa digunakan setiap orang untuk melengkapi dirinya di bingkai video pribadi.

Dibarengi dengan data usia pengguna, jenis kelamin, kategori yang disukai, orang-orang yang diikuti, kita akan mudah ditargetkan iklan yang relevan. Elemen Augmented Reality ini akan sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam keseharian kita.

Nyatanya, harga CPM di Instagram Stories kini dibandrol seharga USD3-USD4 atau sekitar Rp40 ribu sampai Rp52 ribu. Artinya, bagi selebgram dan influencers, kalau Anda makin kreatif dalam membuat konten di Instagram Story Anda, akan ada peluang baru yang ditawarkan teknologi Augmented Reality ini dalam tempo yang tidak terlalu lama.

Tag

Tagar Terkait

×
back to top