Adopsi Kripto Kian Matang, Tokocrypto Prestige Perkuat Layanan Premium untuk Investor Institusional
Tokocrypto meluncurkan layanan premium Tokocrypto Prestige untuk menjawab lonjakan minat investor.
Tokocrypto Prestige. dok. Tokocrypto
Industri aset kripto memasuki fase baru yang semakin matang. Kapitalisasi pasar global menembus 4 triliun dolar AS sepanjang 2025, ditopang reli Bitcoin yang meroket lebih dari 120 persen YoY.
Performa tersebut bahkan mengungguli emas dan indeks Nasdaq, menandai besarnya minat investor berskala besar terhadap aset digital.
Fenomena serupa tercermin di Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai transaksi kripto pada Januari–September 2025 mencapai Rp409,56 triliun, sementara jumlah investor melampaui 18,6 juta konsumen per Oktober 2025.
Indonesia juga naik ke peringkat ke-7 Global Crypto Adoption Index 2025, dengan posisi kuat di kategori institusional dan DeFi.
Data ini menunjukkan pergeseran yang semakin nyata, kripto bukan lagi arena dominan investor ritel, melainkan mulai menjadi bagian dari strategi investasi lembaga keuangan dan badan usaha.
“Minat institusi terhadap aset digital kini meningkat sangat cepat… Mereka tidak lagi melihat kripto sebagai tren jangka pendek, tetapi sebagai kelas aset strategis yang mampu memberikan diversifikasi dan potensi imbal hasil jangka panjang,” ujar CEO Tokocrypto Calvin Kizana.
Percepatan adopsi institusional tak lepas dari perubahan regulasi. Setelah pengawasan transaksi kripto beralih dari Bappebti ke OJK melalui POJK 27/2024, aturan Pasal 80 dan Pasal 81 secara tegas memperbolehkan konsumen non-perseorangan, termasuk badan usaha dan badan hukum—untuk menggunakan layanan perdagangan kripto melalui Pedagang Aset Keuangan Digital (PAKD).
Hingga Januari 2025, terdapat 556 investor institusional yang telah berinvestasi di aset digital. Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatat tiga emiten yang menempatkan sebagian aset mereka dalam bentuk aset kripto, PT Eastparc Hotel Tbk (EAST), PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH), dan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA). Portofolio yang mereka miliki mencakup Bitcoin, Ethereum, Solana, hingga XRP.
Secara global, survei Coinbase dan EY-Parthenon mengungkap lebih dari 75% investor institusional berencana meningkatkan porsi dana ke aset digital pada 2025. Sebanyak 59% di antaranya bahkan mempertimbangkan alokasi lebih dari 5% dari total dana kelolaan.
“Tren global dan dukungan regulasi di Indonesia menunjukkan bahwa aset digital sudah memasuki fase adopsi institusional yang jauh lebih matang… Ini menjadi momentum penting bagi pelaku industri,” jelas Calvin.
Menjawab momentum tersebut, Tokocrypto menghadirkan pembaruan layanan Tokocrypto Prestige, sebuah program eksklusif yang dirancang khusus bagi investor institusional dan pengguna VIP.
Layanan ini menawarkan pengalaman investasi yang lebih aman, personal, dan terstruktur—selaras dengan kebutuhan pelaku usaha yang kini mulai menjadikan aset digital sebagai bagian dari strategi diversifikasi jangka panjang.
Calvin menegaskan Tokocrypto ingin hadir sebagai mitra strategis bagi institusi.
“Melalui Tokocrypto Prestige, kami ingin menjawab kebutuhan institusi secara menyeluruh… bukan hanya menyediakan akses perdagangan, tetapi membangun ekosistem yang mendukung eksplorasi aset digital secara strategis dan terukur,” ujarnya.
Layanan Tokocrypto Prestige mencakup manajer akun pribadi, akses prioritas ke produk investasi khusus,
biaya transaksi yang lebih kompetitif, dukungan operasional 24/7, serta standar kepatuhan yang selaras dengan regulasi OJK.
Pendekatan ini memberikan ruang bagi institusi untuk mengembangkan portofolio aset digital dengan pendampingan yang lebih intensif dan berbasis tata kelola yang kuat.
Dengan ekosistem yang semakin matang dan regulasi yang lebih jelas, Tokocrypto melihat tahun 2026 sebagai fase percepatan berikutnya bagi adopsi institusional di Indonesia.
“Dengan regulasi yang semakin solid dan minat institusi yang terus tumbuh, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pasar aset kripto paling progresif di Asia… Tokocrypto Prestige hadir untuk mendampingi institusi memanfaatkan peluang ini secara aman, strategis, dan berkelanjutan,” pungkas Calvin.









