Kiprah Nokia di Indonesia, kembalinya si anak hilang

Oleh: Lalu Ahmad Hamdani - Rabu, 21 Feb 2018 11:45 WIB

Kalau Nokia serius menggarap pasar ponsel pintar, bisa jadi pelanggan lama dan baru kembali kepadanya suatu saat nanti.

Nokia pernah mendominasi pasar ponsel global. Kendati begitu, pangsa pasarnya terus tergerus dari 2009 sampai sempat “tiarap” pada 2012. Problemnya tak lain adalah kemunculan tren baru di pasar ponsel. Pesaingnya, Apple, tidak disangka-sangka, menciptakan ponsel pintar. Zaman berubah. Era smartphone tiba.

 

Pada 2014, Nokia diakuisi Microsoft. Akan tetapi, Nokia masih belum mampu bersinar di bawah Microsoft. Pangsa pasar Nokia tidak pernah mencapai 10 persen sejak 2011.

Microsoft mengakuisisi Nokia demi memperluas penetrasi sistem operasi Windows Mobile mereka. Kala itu, hegemoni iOS dan Android sangat kuat. Samsung menjadi pemimpin di pasar ponsel pintar berbasis Android. Sementara Apple percaya diri dengan perangkat iPhone berbasis iOS mereka. Masuk akal jika Microsoft membutuhkan hardware ponsel pintar yang kuat untuk masuk ke pasar mobile. Kendati strateginya tidak mulus.

Pada 2013, diam-diam Nokia menguji coba Android di perangkat Nokia X. Dalam interview bersama Forbes, mantan CEO HMD, Arto Nummela, menyebutkan bahwa Nokia X secara mengejutkan ternyata popular di antara pengguna ponsel pintar kelas premium, seperti Samsung dan Apple. Padahal, ia merupakan model ponsel pintar menengah ke bawah.

HMD Global Oy, atau HMD merupakan perusahaan Finlandia yang kembali menghidupkan brand Nokia. Beroperasi sejak 2016, HMD mengembangkan bisnis ponsel (feature phone) dan ponsel pintar Nokia di pasar global, termasuk Indonesia. Pada September 2017, ponsel pintar Nokia kembali masuk ke Indonesia, yakni seri Nokia 3,5, dan 6 sekaligus.