Tren perilaku & minat beli masyarakat Indonesia saat pandemi

Oleh: Dinda Ayu Widiastuti - Jumat, 29 Mei 2020 17:08 WIB

GfK melakukan riset Consumer Pulse untuk menggali lebih dalam perilaku konsumen saat ini dan di masa mendatang, termasuk di Indonesia.

Source: Unsplash

GfK melakukan riset Consumer Pulse untuk menggali lebih dalam perilaku konsumen saat ini dan di masa mendatang, gaya hidup, dan mood di 30 negara, termasuk Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap 500 hingga 1000 konsumen dari setiap negara setiap minggunya. Hasil riset mencakup analisa kebiasaan pengeluaran belanja, konsumsi media dan produk, serta tren mobilitas dan perjalanan konsumen.

“Setelah pemerintah menerapkan aturan dalam mengatasi krisis Covid-19, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor industri sebaiknya melakukan penyesuaian bisnisnya mengikuti perubahan kebutuhan konsumen. Hasil riset ini menyediakan informasi mendalam sebagai referensi bagi para pelaku bisnis dan pemilik merek di berbagai kategori untuk mengeksplorasi peluang-peluang yang bisa memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan bisnis di masa mendatang serta mendukung pemulihan bisnis mereka secara efektif pasca krisis," kata Regional Lead GfK Digital Research Asia Pasifik & Timur Tengah, Karthik Venkatakrishnan. 

Dengan angka kasus baru penularan Covid-19 yang terus meningkat, 97% masyarakat Indonesia sangat mengkhawatirkan wabah penyakit ini, serta memikirkan akibat dari pandemi ini bila terus memburuk ke depannya. Lebih dari separuh responden (60%), terutama masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, mempercayai bahwa mereka (atau orang yang mereka kenal) memiliki kemungkinan terpapar Covid-19.

Lebih jauh lagi, 94% masyarakat juga mencemaskan krisis ekonomi yang timbul akibat wabah Covid-19 ini. Hal ini diperkuat oleh hasil riset dari 47% responden yang menyatakan bahwa kondisi keuangan pribadi mereka telah mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. 

Sehubungan dengan adanya pembatasan mobilitas masyarakat akibat PSBB, riset GfK menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan masyarakat untuk aktivitas luar rumah berkurang 80% . Bahkan, di antara responden yang memiliki kemungkinan work from home (WFH), 50% di antaranya menjalankan aktivitas WFH secara full time.